Indovoices.com-Jika hingga saat ini kita masih belum melakukan cuci tangan dengan baik dan benar, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menegaskan bahwa hal itu adalah cara terbaik mencegah wabah virus Covid-19.
Meski sering mencuci tangan, apakah kita juga harus sering mencuci bagian tubuh lain seperti kulit, rambut, dan kuku? Dapatkah bagian tubuh tersebut membawa virus?
Dilansir dari HuffPost, Mobeen H. Rathore, kepala penyakit infeksi anak dan imunologi di Wolfson Children’s Hospital of Jacksonville, Florida, mengatakan, peneliti baru memahami berapa lama virus hidup di luar tubuh manusia.
“Virus ini baru berumur beberapa bulan dan kami tidak tahu sebanyak itu,” kata Rathore.
“Yang kami tahu, virus corona menetap di permukaan keras, seperti meja, selama dua hingga tiga hari. Itu elemen penting untuk memahami mengapa kita perlu membersihkan setiap permukaan.”
“Ada beberapa penelitian yang mengatakan virus mungkin tetap melayang di udara hingga tiga jam. Ini adalah data baru yang dapat berubah setiap saat, jadi itu sesuatu yang harus kita sadari.”
Jika virus yang menyebabkan Covid-19 dapat hidup di permukaan yang keras dan halus selama berhari-hari, berapa lama virus itu bisa bertahan di kulit kita?
Tidak ada waktu yang pasti, namun menurut Rathore, masuk akal jika mengatakan virus itu menetap lama untuk menyebar dari orang ke orang. Karena itu, ia pun menyarankan kita untuk mencuci sarung tangan yang kotor.
Namun jangan lupa, membersihkan kuku kita sama pentingnya. Bahkan, jika cat kuku kita terkelupas setelah melakukan social distancing dari salon, kita harus memberi perhatian ekstra untuk menggosok bagian tersebut.
“Ini bukan sesuatu yang spesifik tentang gel atau akrilik atau cat, tetapi fakta bahwa kuku menciptakan sedikit celah bagi virus untuk bertahan, dan lebih sulit mendapatkan bagian itu benar-benar bersih saat mencuci tangan kita.”
Begitu kata Elizabeth Ransom, kepala eksekutif dokter di Baptist Health di Jacksonville.
“Sama halnya dengan bagian bawah kuku. Kita harus rajin membersihkan area ini.”
CDC merekomendasikan tiap rumah sakit, agar tidak mengizinkan karyawan mereka memiliki kuku panjang atau kuku palsu, karena kuman dapat hidup di bawahnya bahkan setelah mencuci tangan atau menggunakan pembersih.
Jadi, meskipun kita menyukai kuku yang lebih panjang, pastikan kita membersihkannya dengan baik.
“Kita tahu kuku palsu tidak baik untuk pencegahan infeksi, jadi lebih baik tidak memilikinya,” ujar Rathore.
Sementara itu Ransom mengatakan, ia tidak terlalu khawatir tentang rambut atau kulit di bagian lain tubuh akan membawa virus, karena bagian tersebut jarang bersentuhan dengan permukaan yang terinfeksi.
Selama kita sering mencuci tangan, kata Ransom, kita bisa terus memainkan rambut sesuka hati.
“Virus mungkin ada di rambut kita, tetapi sulit dibayangkan, kecuali seseorang secara aktif batuk dan meninggalkan tetesan di rambut kita,” kata Ransom.
“Mekanisme transmisi paling umum terkait dengan tangan, karena kita menggunakannya setiap saat, menyentuh benda, dan kita bahkan tidak menyadarinya. Lalu kita menyentuh wajah setiap saat tanpa memikirkannya.”
Jika mencuci tangan dan membersihkan kuku dengan baik adalah satu-satunya perubahan besar, lalu adakah produk terbaik untuk membasuh virus?
Para dokter setuju, ini bukan tentang apa yang kita pakai, melainkan bagaimana kita memakainya.
Karena itu mereka menyarankan, jangan semata-mata mengandalkan hand sanitizer.
“Orang bertanya-tanya ‘apakah sabun antibakteri lebih baik daripada sabun biasa? Bagaimana dengan gel pembersih?’ Jawabannya hanya sabun dan air yang terbaik,” kata Ransom.
“Ada banyak penelitian yang benar-benar tidak menunjukkan manfaat signifikan menggunakan sabun antibakteri.”
“Hand sanitizer itu bermanfaat jika kita tidak bisa mencuci tangan dan kita baru saja menyentuh pegangan tangga.”
“Tapi sebenarnya itu tidak sepenuhnya membersihkan kulit dan celah-celahnya, jadi jika kita memiliki sedikit kotoran atau minyak kulit alami di tangan, akan lebih mudah bagi virus menetap di sana.” (msn)