Indovoices.com –Menkes Terawan Agus Putranto menganggap penanganan corona di Indonesia tidak buruk. Salah satu indikatornya positivity rate.
Positivity rate merupakan rasio antara jumlah kasus positif corona dengan orang yang dites. Semakin rendah rasionya, semakin baik. WHO menetapkan batas aman positity rate di angka 5 persen.
“Indonesia berapa sih? 14 persen. Kalau kita lihat banyak negara contoh Meksiko, Bolivia, (positivity rate) di atas 20-50 persen,” ujar Terawan dalam sambutan virtual di HUT ke-56 Golkar pada Selasa (20/10).
Terawan bahkan mengklaim positivity rate di Indonesia di bawah rata-rata dunia. Ia merujuk pernyataan Direktur Eksekutif WHO, Mike Ryan, pada awal Oktober yang memperkirakan sekitar 10 persen populasi dunia telah terpapar COVID-19. Artinya sekitar 760 juta orang dari total 7,6 miliar populasi dunia mungkin sudah terinfeksi corona.
“Kalau ada pertanyaan positivity rate masih jauh dari standar WHO. WHO berapa sih? 5 persen. Tapi ingat WHO baru saja menyatakan bahwa 10 persen dari populasi (dunia) itu positif. Artinya WHO mengatakan 5 persen, tapi loh dia mengatakan 10 persen populasi itu positif ratenya pasti,” ucap Terawan.
“Sehingga semua itu kita melihat bahwa kalau melihat secara holistik kita bisa melihat bahwa Indonesia sudah masuk dalam range yang baik, positivity rate 14 persen di bawah rata-rata dunia. Kalau WHO menyatakan populasi itu 10 persen populasi itu terinfeksi artinya 10 persen dianggap pasti positif. Sedangkan 5 persen waktu dulu waktu dia (WHO -red) melakukan tracing awal-awal,” sambungnya.
Untuk itu, Terawan meminta masyarakat terus mengikuti perkembangan yang disampaikan WHO dan tidak terpaku angka-angka yang statis.
Pernyataan Prof Wiku
Jubir Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan, tantangan lainnya yang harus ditangani adalah angka positivity rate yang masih lebih tinggi dari standar WHO. Wiku menyebut pegangannya masih standar 5 persen, batas aman dari WHO.
Wiku kemudian mencontohkan di bulan September saja, positivity rate di Indonesia mencapai 16,11 persen. Ia menganggap angka tersebut masih sangat besar.
Masyarakat dan seluruh pihak harus bekerja keras menurunkan positivity rate tersebut. Salah satunya dengan kompak mematuhi protokol kesehatan.
“Ini tiga kali lebih besar dari standar yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 5 persen. Angka ini sangat besar dan harus segera ditekan dan dikoreksi, memperbanyak testing dan disiplin protokol kesehatan agar penularan dan positivity rate bisa turun,” lanjutnya di BNPB, Jakarta, Selasa (6/10).
Memang acuan periode data yang diambil berbeda. Wiku September, sementara Terawan Oktober. Namun yang menjadi sorotan adalah cara memandang positivity rate yang berbeda.
Pada bulan Oktober ini, memang ada sedikit penurunan positivity rate. Salah satu faktornya karena jumlah tes yang semakin banyak meski belum memenuhi standar WHO.
Pada bulan Oktober ini, tes corona di Indonesia mencapai 77,5 persen dari standar WHO yakni 38 ribu tes per hari. Pada bulan September, Wiku pernah menyebut tes corona di angka 70 persen dari target WHO.(msn)