Apa sih Penyakit Autoimun itu? Penyakit Autoimun adalah gangguan karena gagalnya sistem Pertahanan tubuh dalam mengenali tubuh sendiri. Contoh penyakit autoimun banyak di masyarakat seperti demam rematik, Psoriasis, endometriosis, Lupus dan lainnya.
Strategi Perusakan dari dalam sudah dimulai dari Sejarah China, dimana dinasti emas Qin Shi Huang hancur lebur karena kasim kepercayaan Kaisar, Zhao Gao. Dimana Zhao Gao membuat mabok Pangeran Huhai, anak kaisar, yang doyan main wanita, dan dibunuh saat berbuat mesum di istana dan meracuni Kaisar Qin Shi Huang yang terlalu obsesi untuk hidup abadi, sehingga Zhao Gao meracuninya dengan Pil Merkuri yang malah membuatnya sekarat.
Bagi umat Kristiani, tak ada pengkhianat yang paling mereka benci selain Yudas Iskariot. Bagaimana tidak, sosok inilah yang menyerahkan Yesus yang pada akhirnya harus dihukum mati dengan cara disalib. Bahkan dalam salah satu ayat di Injil, Yudas menerima 30 keping perak untuk perbuatannya ini. Pengkhianatan Yudas membuat Yesus akhirnya harus disalip. Yudas sendiri termasuk murid terpilih di antara 11 lain. Namun ia tega melakukan hal ini hanya karena berbeda suatu hal dengan sang guru. Namun, diceritakan pada akhirnya Yudas menyesal telah melakukan hal tersebut, ia pun mengembalikan 30 keping perak tersebut, dan pada akhirnya ia mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Dulu Islam sangat berjaya dengan bentuk kesultanan. Namun, seperti yang kita tahu, kesultanan Turki Ustmani menjadi kerajaan Islam terakhir. Kemudian Turki pun disulap menjadi republik yang artinya menghapuskan sistem Islam yang lama. Hal ini pun berpengaruh terhadap dunia Islam secara keseluruhan. Daerah-daerah Islam pun terpecah-pecah dan akhirnya agama ini mengalami fase kemunduran setelah kejayaan yang begitu besar. Mustaha Kemal Attaturk dipercaya ada di balik skenario pecahnya Islam ini. Banyak dugaan jika ia adalah agen dari pihak tertentu yang misinya memang menghancurkan kejayaan Islam. Attaturk berhasil, namun namanya begitu terhina di kalangan Muslim.
Sebelumnya di kubu Prabowo-Sandi, Yusril nampak begitu sulit berkembang. Jangankan diberi kepercayaan untuk menduduki salah satu posisi di Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, ia justru dicueki. Ia tidak dianggap. Yusril kalah bersaing dengan para politikus PAN dan PKS, partai yang memiliki platform yang kurang lebih sama dengan PBB.
Mantan penulis pidato Soeharto itu lalu memutar otak. Ia mungkin berpikir, jika ia tetap berada di barisan pendukung Prabowo, ia dan partainya akan tenggelam tanpa meninggalkan bekas. Sebab ia kalah pamor dengan partai-partai pegusung Prabowo-Sandi lainnya. Ia lalu menjumpai Jokowi, yang sebelumnya kerap ia hina, fitnah, dan rendahkan.
Apa boleh buat. Demi kepentingan politiknya, dan seluruh kadernya yang saat ini sedang berjuang untuk duduk sebagai wakil rakyat, ia harus menjilat kembali ludahnya sendiri. Ia balik menyanjung Jokowi, yang sebelumnya ia tuduh tidak pantas menjadi presiden itu. Ia beralasan, bahwa ia memiliki kesamaan visi dan misi dengan Jokowi.
Namun, keberadaannya di Tim Kampanye Nasional (TKN) sebagai kuasa hukum Jokowi-Ma’ruf, bukan justru memberi dampak positif. Ia justru terkesan menjadi seperti benalu. Ia memanfaatkan nama besar Jokowi, ia memanfaatkan pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki Jokowi untuk meraup untung yang sebesar-besarnya bagi dirinya.
Ketika Jokowi berjuang keras untuk melawan hoax, dan segala tindakan rasisme dan radikalisme, Yusril justru sebaliknya. Ia seperti menjadi pendukung tindakan tidak beradab itu. Sebutlah ketika Tengku Zulkarnain menyebarkan kabar bohong tentang ditemukannya 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos misalnya, Yusril justru membelanya.
Ia berusaha mengintervensi hukum dengan menghimbau agar pihak kepolisian tidak memproses Tengku Zulkarnain, terkait kasus hoax yang ia sebar. Bahkan dengan sedikit mengancam ia menyebut bahwa untuk mengambil langkah hukum terhadap Tengku Zul, haruslah penuh kehati-hatian, sebab ia adalah ulama yang berwibawa dan disegani.
Setelah kasus Tengku Zul yang sempat membuat heboh jagad media sosial itu, Yusril nampaknya semakin leluasa bergerak. Ia semakin menjadi-jadi. Ia lalu melobi Presiden Jokowi agar membebaskan Abu Bakar Ba’asyir, narapidana teroris yang cukup berbahaya itu. Saya tidak tahu entah apa yang ia sampaikan, sehingga Jokowi memenuhi permintaannya.
Yusril menyebut bahwa tidak butuh proses panjang hingga Jokowi meng-acc usulannya untuk membebaskan Ba’asyir. Hanya dua kali pertemuan saja. Dan yang paling mengejutkan, dalam keterangan Yusril kepada para pewarta, ia menyebut bahwa Jokowi setuju atas usulannya tersebut, yakni Abu Bakar Ba’asyir bebas tanpa syarat demi alasan kemanusiaan.
Apakah Yusril adalah Yudas Iskariot, Zhao Gao dan Mustaha Kemal Attaturk jaman Now? Tidak ada yang tahu, tapi kita harus waspada akan gerak geriknya. Jika memang benar, Jokowi dan timsesnya harus waspada, karena bisa jadi ini taktik dari sebelah juga menjadikan Yusril sebagai Autoimun disease untuk Jokowi.
Memang kita tidak boleh suudzon, tetapi tetap harus siaga dan tetap menyiapkan “Suntikan Antibiotik” jika memang ybs menjadi biangnya Autoimune Disease di tubuh Kubu Jokowi Maruf.
Bakteri Immune disease dalam dunda perpolitikan adalar mereka yang koar koar Golput. Golputer sejati tidak pernah mengiklankan dirinya baik di depan teman temannya maupun media sosial. Golputer tukang koar koar adalah Virus/bakteri kedua immune disease dalam tubuh kubu Jokowi Maruf. Golputer tukang koar koar bisa ada 2 kemungkinan, rencana jahat kubu sebelah ataupun memang kesadaran dari diri sendiri. Bedanya hampir tidak ada karena jika mereka suruhan dari kubu sebelah, mereka tidak akan pernah mengaku dan selalu beralasan muncul dari dalam hati Nurani.
Untuk yang pertama ini, barangkali ada baiknya kita renungkan dalam-dalam pernyataan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan: “Jika orang baik tidak terjun ke politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya”.
Jadi, kalau selama ini banyak pemimpin dalam berbagai level belum sesuai harapan, mungkin karena banyak orang baik yang pesimis dan cuek, lalu menjadi golput di setiap Pemilu. Akhirnya, terpilihlah pemimpin yang jauh dari harapan rakyat. Pertanyaannya, masihkah kita mau kondisi seperti ini terus berlangsung?
Kedua, orang yang golput bisa juga dicap sebagai orang yang tidak cinta tanah air. Sebab, Pemilu
adalah salah satu instrumen atau tahapan yang harus dilalui dalam sebuah negara demokrasi. Dalam ungkapan yang lebih keras, mungkin dapat disebut sebagai “pengkhianat bangsa”. Dalam Islam (sebagai agama mayoritas di negeri ini) cinta tanah air adalah bagian dari iman dan menjadi pengkhianat tentu saja sangat dibenci oleh agama apapun. Bahkan yang cukup mencengangkan, Gereja Katholik yang tidak pernah mau terlibat dalam Politik praktis, akhir akhir ini selalu menggaungkan untuk ikut Pilpres dalam menentukan Pemimpin yang berkhidmat walaupun tidak menyebutkan nama Paslon. Mereka menentang Golput, bahkan di setiap misanya, selalu muncul ajakan Jangan Golput dalam setiap bagian Doa.
Jokowi Maruf bisa kalah bukan karena agama.
Jokowi Maruf bisa kalah bukan karena kinerjanya.
Tapi Jokowi Maruf bisa Kalah dari strategi Immune Disease. Strategi Immune Disease dari penghianatnya, Immune Disease dari Pendukungnya sendiri yang mudah pasrah, baik meneriakkan Golput yang mana juga merupakan Virus ke pendukung lainnya yang juga bisa ikut ikutan.
Immune Disease dari para pendukungnya yang teriak teriak kasar di Media Sosial kepada kubu sebelah sehingga menyebabkan Swing Voters memutuskan untuk mendukung kubu sebelah yang seakan akan sebagai pihak terzholimi, apalagi kubu sebelah memang menggunakan strategi “Merasa sebagai korban” untuk strateginya, Klop lah sudah.
Jadi waktu 2 bulan tersisa ini, Janganlah kita sendiri menjadi Autoimmune disease dalam tubuh Jokowi Maruf, yang akan “Mematikan” mereka pelan pelan, dan kubu oposisilah yang akan menang dan mereka akan sebaliknya akan pelan pelan “mematikan” Indonesia, Pancasila dan UUD’45.