Indovoices.com-Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (antara Indonesia dan Australia (IA-CEPA) telah ditandatangani pada tanggal 04 Maret 2019 oleh Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita dan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia Simon Birmingham. IA-CEPA sebagai kemitraan komprehensif tidak hanya berisi perjanjian perdagangan barang, jasa, dan investasi. Perjanjian ini juga meliputi kerja sama di bidang keamanan, lingkungan, pendidikan, isu-isu transnasional, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Investasi Australia salah satunya ditegaskan pada komoditas garam. Demikian pula dalam program ekstensifikasi lahan garam di Nusa Tenggara Timur. Setelah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco dengan Presiden Direktur PT Cheetham Flores Indonesia pada Bulan Oktober 2019, Cheetham Australia menegaskan komitmen investasi dengan peletakan batu pertama site lahan translok seluas 443 ha dari rencana sekitar 700ha yang sedianya menjadi lahan garam kualitas industri. Peletakan batu pertama (groundbreaking) ini dilakukan oleh Bupati Don Bosco didampingi CEO Cheetham Garam Australia Andrew Speed dan perwakilan Kedutaan Besar Australia James di Nagekeo.
Direktur Jenderal Penguasaan Tanah Kementerian ATR/BPN Budi Situmorang, Kepala Bidang Sumber Daya Non-Konvensional Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Fatma Puspita Sari dan Perwakilan Kementerian Kelautan dan Perikanan turut hadir dalam acara ini. Fatma mengatakan bahwa nilai investasi Cheetham di Nagekeo cukup besar, “Untuk investasi lahannya saja sekitar 3 juta US dollar, untuk totalnya (dengan infrastruktur dan modal kerja) bisa dua kali lipatnya. Jadi investasi Cheetham cukup besar, semoga memberi manfaat untuk masyarakat Nagekeo. Ini program jangka panjang, jadi harus dijaga, jangan dipersulit.”
Dalam sambutannya Bupati Don menegaskan harapannya agar investasi ini dapat membuka lebih banyak lapangan pekerjaan di Nagekeo, tentunya dengan menyerap tenaga kerja lokal. Bupati juga berharap ‘kampus garam’ mendapat dukungan agar dapat terus dikembangkan demi meningkatkan kualitas SDM Nagekeo. ‘Kampus Garam’ ini merupakan kampus rintisan Akademi Komunitas Negeri (AKN) Nagekeo yang berada di Mbay, Nagekeo, NTT. ‘Kampus Garam’ menawarkan dua program studi, yakni teknologi kimia industri dan administrasi bisnis. Kampus tersebut merupakan satu-satunya yang memiliki program studi teknologi produksi garam di Indonesia. Tahun ini kampus tersebut telah berhasil meningkatkan programnya dari D2 menjadi D4 atau sarjana terapan. Bupati berharap agar lulusan akademi ini dapat bekerja dalam industri garam yang mulai berkembang.
Sementara CEO Cheetham Australia Andrew Speed menjelaskan bahwa Cheetham telah berinvestasi sejak 20 tahun yang lalu di Indonesia, “Dua puluh tahun yang lalu, diawali dengan pabrik kecil di Cilegon, Jawa Barat.” Ditambahkan oleh Presiden Direktur Cheetham Flores Indonesia Arthur Tanudjaja, bahwa , Cheetham akan memproduksi garam kualitas industri, “Untuk diserap industri aneka pangan di Jawa.”
Arthur menegaskan komitmen Cheetham dalam meningkatkan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas SDM. “Yang pertama dengan adanya pembangunan pabrik (garam), juga investasi lahan garam, potensi anak muda, semua itu jadi potensi ekonomi. Pengembangan SDM sangat krusial dan sangat signifikan. Saya pikir dua itu yang dominan. Ekonomi melalui intervensi dengan adanya investasi dan pengembangan SDM”. Arthur berharap pemerintah juga dapat melakukan intervensi pada sektor telekomunikasi di Nagekeo. “Internet, sinyal itu penting sekali, tapi di sini masih banyak blank spot. Padahal internet ini penting untuk meningkatkan knowledge dan akses komunikasi. Bahkan sekitar kampus garam itu, masih blank spot”, cetusnya.
Arthur menambahkan bahwa peningkatan ekonomi selain melalui peningkatan pendapatan perkapita juga dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, “Dari knowledgenya, dari skillnya, dan ini memang yang butuh waktu, paling tidak sampai 5 tahun pertama. (SDM) Ini mesti dikembangkan, karena sumber potensial ini, harus dari daerah sini, bukan dari luar”. Arthur mengatakan pihaknya siap menampung lulusan kampus garam untuk bekerja dan belajar di Cheetham. “Bisa magang, kerja praktek, kerja lapangan, dan kerja beneran juga. Bisa ditempatkan di sini (pabrik Nagekeo) bisa juga ke pabrik kami di Cilegon”.
Mengenai masalah telekomunikasi, Kabid Non-Konvensional Fatma Puspita Sari menegaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dan BAKTI. “Bupati Nagekeo telah menindaklanjuti surat dari Deputi Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Marves perihal kebutuhan telekomunikasi Nagekeo yang dirasa mendesak. Bupati telah bersurat kepada BAKTI Kominfo, semoga masalah telekomunikasi ini bisa segera diselesaikan oleh Kominfo”, pungkas Fatma.(jpp)