Indovoices.com- Menteri Agama Jenderal (Purn) Fachrul Razi menerima kunjungan dari Asosiasi Ma’had Aly se-Indonesia (AMALI) di Kantor Kementerian Agama, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, AMALI yang dipimpin oleh KH Abdul Jalal meneyampaikan tiga hal kepada Menag.
Pertama, KH Abdul Jalal menyampaikan salam dari para kiai pengasuh Ma’had Aly se-Indonesia yang mengucapkan selamat atas pengangkatan Jenderal (Purn) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. “Saya menyampaikan pesan dan doa para kiai, supaya mudah-mudahan bapak Menteri Agama bisa mengemban amanat sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Pak Presiden dan tentu kepada seluruh rakyat Indonesia,” kata KH Abdul Jalal.
Ma’had Aly merupakan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) berbasis pesantren. Saat ini, sudah berdiri 46 Ma’had Aly yang tersebar di oesantren-pesantren nusantara. Ma’had Aly sendiri menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
Kitab kuning yang dimaksud adalah kitab keislaman berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren. Adapun tujuan Mahad Aly adalah menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin), dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning.
Kedua, Abdul Jalal menyampaikan harapannya untuk melakukan pengembangan kurikulum di Ma’had Aly. Menurutnya, saat ini keberadaan Ma’had Aly perlu juga didukung dengan kelengkapan regulasi, utamanya yang mengatur tentang pengembangan Ma’had termasuk kurikulum. “Kami sampaikan latar belakang berdirinya Ma’had Aly sampai dengan harapan-harapan ke depannya,” tutur Abdul Jalal Yang ditemui usai pertemuan.
KH Abdul Jalal menyampaikan bahwa salah satu alasan didirikannya Ma’had Aly karena adanya keprihatinan karena minimnya jumlah ulama yang menguasai ilmu keagamaan secara utuh. KH Abdul Jalal juga mengungkapkan komitmen Ma’had Aly untuk bersama-sama menangkal radikalisme di Indonesia.
Salah satu kegiatan yg digagas Ma’had Aly guna melakukan peningkatan kemampuan ulama sekaligus menyebarkan Moderasi Islam adalah Workshop Kaderisasi Ulama yg akan digelar di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Tebu Ireng. “Acara ini akan dihadiri 100 ribu habib dan santri di Indonesia. Kami berharap, Pak Menag berkenan menghadiri pembukaan acara tersebut pada 6 November mendatang,” tutur Pengasuh Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.
Ketiga, Abdul Jalal menyampaikan, bahwa Ma’had Aly berkomitmen untuk selalu menjadi mitra pemerintah untuk membangun keberagamaan di Indonesia. “Tentu keberagamaan yang ingin dibangun oleh para Kiai di Ma’had Aly adalah keberagamaan yang moderat seperti yang diajarkan para wali, termasuk walisongo,” tutur pengasuh Ma’had Aly Situbondo ini.
Menag amat mengapresiasi keberadaan Ma’had Aly dan berharap dapat terus memberikan manfaat bagi umat. Ia berharap Ma’had Aly dapat memberikan kontribusi menghasilkan pemuka agama yang berilmu. “Mempunyai juru dakwah yang berilmu adalah impian saya. Coba nanti kalau ada penataran juru dakwah kita kasih tahu. Dia harus betul-betul menambah ilmunya di bidang terkait yang dibutuhkan,” pesan Menag.
Bukan hanya ilmu agama, menurut Menag, para juru dakwah juga harus melengkapi diri dengan ilmu lainnya. Misalnya, jika juru dakwah ingin berceramah pada hal yang menyangkut perihal ekonomi, maka. Mereka perlu melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan ekonomi. “Ini penting, agar jangan sampai kita menyesatkan masyarakat,” kata Menag.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Zayadi menyampaikan dirinya terus berkomitmen untuk meningkatkan peran Ma’had Aly. Zayadi juga menyampaikan minat masyarakat terhadap perkembangan pendidikan islam di Indonesia khususnya pesantren, amat menggembirakan.
“Dalam tiga tahun terakhir, di pesantren banyak santri nasional dan internasional. Kalau dulu, banyak santri berasal dari Asia Tenggara, mulai dari Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Tapi tiga tahun terakhir banyak sekali santri-santri internasional yang sedang belajar di pesantren Indonesia yang berasal dari Timur Tengah seperti Yaman, Turki bahkan beberapa negara Eropa,” tuturnya.
“Yang di Australia, Inggris itu sudah banyak lulusan pesantren Indonesia. Di beberapa tempat sudah banyak. Kita optimistis bahwa Indonesia, dengan pengalaman pesantren semacam ini akan menjadi kiblat tidak hanya untuk skala regional tapi Insyaallah pendidikan agama Islam di dunia,” kata Zayadi. (jpp)