Indovoices.com-Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung mengingatkan konsumen untuk mewaspadai diskon palsu saat Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas. Menurut dia, baik dalam Harbolnas maupun tidak, ada saja pelaku yang memiliki orientasi bisnis pendek dan hanya mementingkan transaksi tinggi.
“Akhirnya, yang terjadi ialah menghalalkan segala cara termasuk diskon palsu. Semisal, ada barang harganya Rp 1 juta, kemudian digelembungkan dulu menjadi Rp 5 juta baru dikasih embel-embel diskon 80 persen menjadi Rp 900 ribu, kan, jadi terlihat wah,” ujar Untung di Jakarta.
Harbolnas memang identik diskon besar-besaran yang ditawarkan oleh sejumlah e-commerce di Tanah Air. Namun, praktik culas dalam acara tahunan tersebut masih saja ditemukan dalam bentuk diskon palsu. Pelakunya tidak lain tidak bukan ialah para pedagang yang memasarkan dagangannya di platform e-commerce.
Menurut Untung, praktik tersebut pernah ditemui oleh idEA, baik secara daring maupun luring. Jika praktik ini terus berlanjut, dia khawatir kepercayaan publik pada industri e-commerce di Indonesia yang baru seumur jagung ini akan hancur.
Berangkat dari kekhawatiran itu, idEA akhirnya memutuskan untuk ikut dalam penyelenggaraan Harbolnas 2019 dengan syarat semua peserta e-commerce mesti menandatangani surat komitmen bahwa tidak akan secara sengaja melakukan praktik promosi yang tidak etis.
Namun, di sisi lain, Untung juga mengakui bahwa banyaknya pedagang yang berjualan di platform e-commerce menjadi kendala tersendiri dalam penerapan komitmen tersebut.
“Untuk itu, kami akan buat email pengaduan bagi konsumen yang mengalami pengalaman tidak menyenangkan bersama platform,” ujarnya.
Setelah proses pengaduan itu, idEA akan terlebih dahulu mendorong konsumen dan platform untuk menyelesaikan persoalan secara kekeluargaan. Jika menemui jalan buntu, idEA akan membantu menyelesaikan persoalan tersebut.
Namun, jika persoalan itu tak kunjung selesai, idEA bakal merilis daftar nama pedagang beserta platform yang memiliki permasalahan dengan konsumen tersebut ke publik.
“Jika mereka mau coba-coba, silakan saja, tetapi ingat ada hukumannya secara sosial. Sebab, ini merupakan bisnis reputasi, jika reputasinya rusak, ya selesai sudah,” ucap Untung. (msn)