Indovoices.com –Direktur Eksekutif The Indonesian Democracy Initiative (TIDI) Arya Sandhiyudha selaku penyelenggara webinar bersama Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Rodon Pedarson menyatakan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluaran keterangan terkait jumlah kesepakatan jual-beli pesawat antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Klarifikasi ini merujuk dengan pemberitaan media asal Jepang Nikkei yang memuat detil jumlah kesepakatan.
Arya menjelaskan, media Nikkei mengutip sembarangan pernyataan dari Dirjen Strahan Kemhan yang ketika itu menjadi narasumber. Webinar itu pun digelar pada Selasa, 8 Desember lalu.
Pemaparan yang dilakukan oleh Dirjen Strahan ketika itu menurutnya lebih menjelaskan mengenai bagaimana komitmen dukungan Amerika Serikat untuk turut serta menjaga kawasan agar tetap dalam kondisi stabil, damai, menghormati hukum internasionale. Serta kepentingan nasional Indonesia.
“Tidak benar bahwa ada statement dari Dirjen Strahan terkait hasil kerjasama yang terjalin antara Indonesia dan Amerika ketika kunjungan kerja Menteri Pertahanan Amerika Christopher Miller ke Indonesia. Jadi, media diharapkan tidak membiaskan opini berita terkait hal yang telah disampaikan diatas karena hanya semata-mata mencari keuntungan tertentu,” ucapnya dalam keterangan tertulis.
Arya menjelaskan, penjelasan jenderal bintang dua itu lebih banyak mengenai upaya menjaga keseimbangan antar negara-negara di kawasan. Menurutnya, dalam pembahasan di webinar tersebut tidak hanya Laut Cina Selatan saja, melaikan juga sengketa perbatasan Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
“Padahal di dalam webinar udah diberitahu soal etikanya,” ucapnya.
Sebelumnya, media Jepang, Nikkei Asia, mengutip pejabat Kementerian Pertahanan (Kemhan), mengabarkan sinyal kuat diberikan Plt menteri Pertahanan AS Christhoper Miller saat mengunjungi Jakarta pekan ini.
“Indonesia telah mendorong AS menjual jet tempur F-15, F-18 dan F-35, tapi yang disepakati hanya dua model karena yang ketiga pengirimannya memakan waktu 10 tahun,” tulis media tersebut mengutip Direktur Jenderal Strategi Pertahanan di Kementerian Pertahanan Indonesia, Rodon Pedrason.(msn)