Indovoices.com –Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa Ibu Kota tengah dalam usaha untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 50 persen pada 2030, hingga mencapai nol emisi di 2050. Selain itu, kota yang dipimpinnya disebut sedang mengembangkan ketahanan masyarakat dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan iklim.
“Jakarta tengah bekerja menunaikan komitmennya untuk menjadi kota berketahanan, dan kini kami telah menurunkan emisi gas rumah kacasebesar 26 persen. Ini akan terus kami kerjakan hingga target tersebut terpenuhi, bahkan terlampaui,” ucap Anies dalam Zero Carbon City International Forum, Rabu, 17 Maret 2021.
Pernyataan Anies tersebut diunggah di laman resmi Pemerintah DKI Jakarta, ppid.jakarta.go.id. Dalam forum yang diselenggarakan oleh Institute For Global Environmental Strategies (IGES) secara daring tersebut, Anies menjadi salah satu pembicara. Forum itu juga dihadiri oleh Wali Kota Yokohama, Jepang.
Terobosan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca ini diklaim sudah dikerjakan secara serius oleh Pemerintah DKI. Kolaborasi juga dilakukan dengan berbagai pihak melalui pembentukan gugus tugas iklim pada tahun 2020, yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan antara lain lembaga publik, entitas swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan universitas.
Selain itu, kata Anies, Jakarta terus mengembangkan Zona Rendah Emisi atau Low Emission Zone (LEZ) dengan mentransformasi sektor transportasi umum. “Kami telah mengubah paradigma pembangunan kota berorientasi mobil menjadi pembangunan berorientasi transit dengan melakukan integrasi sistem transportasi umum massal, hingga akhirnya kami mendapatkan penghargaan Sustainable Transport Award 2020,” kata dia.
Di forum tersebut, Anies menyampaikan informasi bahwa Kota Tua di Jakarta sudah ditetapkan sebagai zona rendah emisi. Kemudian, adanya kewajiban lolos uji emisi untuk setiap kendaraan, revitalisasi trotoar, penyiapan jalur sepeda dan tempat parkir sepeda, dan lain-lain.
Anies mengakui bahwa usaha untuk mengurangi emisi GRK terbantu dengan pandemi Covid-19. Dia berujar, pandemi yang memberikan dampak negatif utamanya di bidang kesehatan, ternyata memiliki efek positif dengan keluarnya Jakarta sebagai 10 besar kota termacet di dunia versi TomTom Traffic Index. Hal itu secara langsung membuat peningkatan kualitas udara di Jakarta.