Setelah menulis sosok relawan yang bernama Samuel beberapa hari yang lalu. Sekarang saya ingin menulis relawan yang bernama Advent. Advent ini masih muda usianya, baru 28 tahun jadi istilahnya masih generasi millenial lah. Bergabung dengan organisasi relawan Demi Anak Generasi (DAG) sejak tahun 2014, jadi usianya ketika bergabung masih 23 tahun.
Sebagai relawan yang sering terjun ke lapangan, Advent tidak kalah dibanding senior-seniornya yang berusia jauh di atasnya. Dibekali dengan semangat pantang menyerah, energik, cerdas dan rasa nasionalisme yang tinggi, menjadikannya pemuda yang tangguh. Hal ini tercermin dari sebaris motto yang menjadi pegangannya bahwa, “Perjuangan Tidak Akan Mengkhianati Hasil”.
Ketika saya tanyakan maknanya, Advent pun menjelaskan, “Hasil dari buah perjuangan adalah bukan hanya sekedar kemenangan saja. Apa ‘pun hasilnya terpenting adalah kerja keras yang dijalankan dengan bersih dan baik adalah sebuah Kemenangan” katanya. Sebuah makna yang cukup mendalam menurut saya.
Sebagai relawan, keluar masuk gang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Malah melalui kegiatannya tersebut, dirinya banyak memetik pelajaran berharga.
“Terkadang belusukan masuk ke Gang-Gang kecil, jalanan sempit dan becek. Mungkin bahasa kasarnya ‘Jijik’, terkadang masih berasa kita jauh lebih beruntung di bandingkan dengan mereka. Ada yang tidur masih kehujanan dengan lingkungan yang baunya nggak sedap” Ujarnya.
Lantas apa saja kegiatan yang dilakukannya sebagai relawan?
“Mulai dari silahturahmi dengan Warga. Bertanya kepada warga, apakah ada permasalahan di bidang birokrasi dengan pemerintah? Mendengar dan mengumpulkan masalah-masalah Warga untuk sama-sama dipikirkan solusinya” demikian tuturnya.
Bukan itu saja, dirinya juga seringkali mendampingi para caleg yang menjumpai calon konstituennya. Simak saja penjelasannya di bawah ini.
“Bagi sebagian Caleg, mungkin blusukan dijadikan ajang pencitraan untuk dokumentasi kamera. Tapi relawan yang mendampingi terkadang nggak punya kepentingan politik.
Merasa sungguh miris lihat kenyataan di tengah Kota Jakarta masih ada yang tinggal di pemukiman pelosok Gang-Gang Kecil dengan tempat tinggal yang pemandangan tidak elok dan bangunan tidak layak.”
Rasa prihatinnya terhadap kehidupan di tengah-tengah masyarakat, menunjukkan rasa kemanusiaan yang tinggi di dalam dirinya. Membuat dirinya sadar bahwa masih banyak yang harus diperjuangkan lagi.
Tentu saja bukan relawan namanya kalau tidak pernah mengalami suka duka berhadapan dengan masyarakat. Tidak semua warga masyarakat yang dikunjungi, menerima dengan tangan terbuka.
“Diusir secara halus ya, kalau kasar belum pernah sich, misalnya ada yang bilang ‘Nggak ikut-ikutan Politik’. Ada juga yang pernah kejadian ‘Maaf, Ini waktunya Sholat Magrib’, tuturnya.
Saat saya tanyakan apakah penolakan-penolakan tersebut, apakah membuat dirinya patah semangat? Advent pun dengan lantang menjawab,
“Jangankan patah semangat, hampir patah tulang saja tetap jalan terus dan berjuang.
Perjuangan tidak akan mengkhianati hasil”
“Bagi saya, apa pun bentuk perjuangannya yang terpenting dimulai dengan Hati. Jadikan sebagai sebuah pelayanan”, demikian tutupnya.
Luar biasa bukan? Satu benang merah persamaan antara relawan Advent dan Samuel yang pernah saya tulis adalah, mereka berjuang dari hati. Seberat apapun pekerjaan yang kita lakukan, selama dilakukan dari dalam hati akan membuat pekerjaan itu menjadi ringan. Sebaliknya seringan apapun pekerjaan yang kita lakukan, bila bukan dari lubuk hati yang paling dalam, maka akan terasa berat. Itu sudah merupakan hukum alam yang berlaku universal.
Dan semua ini sudah dibuktikan oleh Advent, karena yang lebih luar biasa lagi adalah kegiatannya sebagai relawan dilakukannya di sela-sela waktu liburnya sebagai penjaga toko. Di saat yang lainnya lebih memilih mengisi waktu kosongnya dengan shopping, jalan-jalan, santai atau beristirahat di rumah.
Advent meninggalkan kenyamanan itu untuk mensosialisasikan pencapaian Jokowi ke masyarakat. Keluar masuk gang, dari satu rumah ke rumah yang lain, dari satu lokasi ke lokasi yang lain, tidak jarang harus menggunakan biaya dari kantong sendiri, semua dilakukannya tanpa mengeluh. Semua dilakukan dengan keyakinan bahwa apa yang mereka perjuangkan bukanlah demi anak generasi saat ini saja, namun juga demi anak generasi di masa depan.
Bila bukan kita yang berinisiatif bergerak memperjuangkan pemimpin baik seperti Jokowi, mau harapin siapa lagi? Bila bukan sekarang? Mau kapan lagi?. Jangan sampai karena rasa malas kita dijadikan alasan untuk turun ke lapangan. Perlu kita ingat bahwa pilpres bukan sekedar memencet tombol like di sosmed. Apa yang kita coblos itu ada di dunia nyata.
Jadikan pilkada DKI sebagai pelajaran, ketika itu banyak relawan yang mengaku Ahoker dengan percaya diri menyakini kemenangan BTP-Djarot, tanpa merasa perlu turun ke lapangan, merasa bahwa dengan tingkat kepuasan terhadap hasil kerja Badja sebesar 70 persen sudah menjadi jaminan bahwa Badja pasti menang.
Namun kenyataan berbeda dengan harapan. Rasa percaya diri menjurus ke angkuh yang berlebihan menampar wajah para pendukung Badja sendiri. Pil pahit pun harus ditelan, Pilkada dimenangkan oleh orang yang tidak berkompeten, tidak becus bekerja. Calon yang digadang-gadang pasti menang pun terpuruk dalam penjara.
Semoga kisah Advent dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi kita semua, bahwa tiada keberhasilan tanpa perjuangan. Kegagalan demi kegagalan sudah seharusnya menjadi pembelajaran. Bahwa memenangkan Jokowi tidak hanya perlu duduk santai bermain sosmed, sibuk berdebat dengan pendukung paslon lain, menang debat lantas merasa senang.
Percayalah, saat Anda sibuk berdebat dengan pendukung lawan di sosmed, pendukung lawan lainnya sedang bergerilya dari rumah ke rumah untuk mempengaruhi warga masyarakat lainnya. Anda boleh saja berhasil memenangkan Jokowi sebagai presiden di dunia maya, namun lawan berhasil menjadikan paslon yang didukungnya sebagai presiden di dunia nyata. Itu kah yang anda inginkan?
Relawan Samuel dan Advent jelas tidak menginginkannya, oleh sebab itu mereka meninggalkan zona nyaman mereka untuk terjun ke lapangan, bersaing mempromosikan Jokowi dengan pendukung sebelah yang jumlahnya jauh lebih banyak. Membiarkan relawan Samuel dan Advent berjuang sendiri? atau kita turut menemani dan membantu mereka? semua keputusan ada di tangan Anda. Sekali lagi, pertempuran sesungguhnya ada di dunia nyata, bukan di dunia maya.
Trailer Relawan DAG