Ada Cinta Untuk Papua #1
Oleh Samuel Tanujaya
“Ketika yang lain masih berwacana tentang Papua di Media sosialnya, kami memilih langsung bergerak turun ke jalan, melakukan apa yang bisa kami lakukan…”
Berbagi cinta bersama kawan Papua untuk mereka yang hidup dijalanan,
Mereka yang sangat membutuhkan…
Sepekan terakhir ini kita semua dikagetkan dan dikejutkan dengan adanya berbagai kerusuhan yang berawal dari aksi demo, dengan berbagai penyebabnya aksi demo itu berujung ricuh.
Penghadangan masyarakat Malang terhadap aksi demo yang dilakukan sekelompok massa yang menamakan diri AMP, kemudian berlanjut dengan kejadian di Cianjur. Dimana ada Petugas Polisi yang disiram bahan bakar dan kemudian dilempar sejenis Peledak, beberapa Media menyebut mirip Bom Molotov sehingga para petugas polisi mengalami Luka Bakar Tingkat Tinggi.
Berlanjut ke dengan kejadian rusuh di Asrama Papua di Surabaya. Dimana diberitakan oleh Media-media bahwa penggerebegan atau oleh sekelompok masyarakat dan massa yang berasal dari berbagai ormas.
Disana terjadi ricuh karena kedua belah pihak baik massa yang mengatas namakan masyarakat Surabaya dan Kawan-kawan Mahasiswa Papua pun sama-sama terpancing emosi.
Ada tindakan dan teriakan-teriakkan yang dianggap dan dinilai menyakiti hati dan melecehkan harga diri kawan-kawan Papua sehingga memicu keributan.
Seperti mengapa mereka didatangi sekelompok massa dengan tuduhan telah merusakkan dan membuang Bendera Merah Putih ke saluran air.
Sebuah tindakan yang sangat memancing emosi dan kemarahan siapapun yang merasa Warga Negara Indonesia.
Tetapi akhirnya terkonfirmasi oleh pihak polisi hal itu tidak benar, karena tidak didukung bukti-bukti yang kuat.
Nah berawal dari kegelisahan hati saya, kemudian saya menghubungi salah seorang kawan yang adalah Orang Asli Papua.
Kawan saya ini asli Wamena, Papua dan sedang menempuh Pendidikan Sekolah Penerbangan di Cirebon.
Saya menelponnya lalu saya sampaikan agar kita bertemu saat jam makan siang untuk membicarakan apa yang bisa kita lakukan untuk menyikapi kejadian ini.
Saya sangat berharap dia bisa ikut dan mendukung rencana ini karena apa yang akan kami lakukan adalah untuk menyampaikan pesan bahwa Kawan Papua Baik-baik saja di Kota Cirebon, bahwa kami menerima Kawan Papua bahkan sebagai saudara.
Saya juga lalu menghubungi salah seorang yang adalah salah satu relawan di kota Cirebon, mendapat response positif akhirnya kami bertiga berkumpul saat jam makan siang.
Saya dari Organisasi DAG #DemiAnakGenerasi. Sebuah Organisasi Relawan yang lahir untuk menjadi wadah bagi semua yang cinta NKRI, yang menginginkan terciptanya Indonesia yang lebih baik untuk anak generasi nantinya.
Ada ibu Mei dari organisasi SOLMET, Solidaritas Merah Putih dan Kaka Steve mewakili Kawan Papua.
Sembari menunggu waktu pertemuan, terbetik ide untuk berbagi makanan kepada saudara-saudara dijalanan, para gelandangan dan Tuna Wisma yang memang sangat membutuhkan uluran tangan.
Mereka hidup dari belas kasihan orang-orang yang suka memberikan makanan dan sebagainya.
Saya menyiapkan sejumlah Kayu Putih, ada Sabun Deterjen kiloan, juga ada Kaus Organisasi DAG, organisasi tempat saya bernaung selama ini.
Saya membayangkan akan sangat indah, sangat kuat pesannya dan memiliki value plus-plus ketika nanti kami bertiga bersama-sama membeli sejumlah makanan dan membagikan barang-barang yang tadi telah saya siapkan.
Saya hanya berpikir sederhana saja:
“Kalau hati ini tergerak untuk berbagi ya berbagi saja, kalau mau berbuat baik, ya lakukan saja tanpa harus banyak berpikir yang macam-macam, setalah itu lupakan.
Walau saya sendiri sampai saat ini masih hidup dalam keterbatasan tetapi itu bukan penghalang saya untuk berbagi dengan saudara-saudara saya dijalanan.
“Justru karena saya hidup dalam keterbatasan, saya tahu pasti bagaimana rasanya saat lapar tetapi tidak bisa makan karena tidak punya makanan.”
Saya paham sekali kalau perut lapar itu sangat menyakitkan.
Akhirnya siang itu kami bertemu, kami berdiskusi sambil mendengarkan kesaksian langsung terkait kerusuhan Papua dari Orang Asli Papua.
Singkatnya kami akhirnya memutuskan 3 hal:
1.Bahwa Masalah Papua ini sangat Kompleks, butuh pendekatan dan solusi yang sangat Persuasif dan Humanis
2.Kami sebagai relawan Pendukung Pemerintah harus membantu Pemerintah untuk mendinginkan suasana yang sedang terjadi ini.
Salah satunya kami akan membagikan makanan bersama Kaka Steve yang mewakili saudara-saudara di Papua. Disana nanti kami akan berfoto bersama para Pemulung dan Tuna Wisma, Manusia Gerobak
Saya ingin menyampaikan pesan bahwa: “Saudara-saudara kami, Kawan Papua di Cirebon baik-baik saja.
Bahwa Kawan Papua di Cirebon hidup aman, damai, tenang dan mendapat perlakuan yang baik.
3. Kami ingin mengadakan konser kecil-kecilan dihalaman sebuah rumah ibadah di Kota Cirebon.
Nanti dikonser itu akan diisi dengan bernyanyi lagu-lagu daerah dengan riang gembira.
Kawan Papua bersukacita sambil menyanyi dan menari, juga kami akan ikut bernyanyi lagu khas Kota Cirebon dan banyak lagu daerah lainnya.
Pesannya satu:
Kita semua cinta Papua !
Bhineka Tunggal Ika !
Tema konsernya memang bertajuk Cinta dan Kasih Persaudaraan Untuk Papua.
Akhirnya kami bertiga bergerak menggunakan mobil salah satu teman, dan berhenti disebuah Kedai makanan fast food mengingat waktu yang sangat terbatas karena ini acara dadakan hehehe…
Kami sengaja memilih makanan yang justru jarang mereka nikmati.
Kami sejujurnya hanya ingin melihat mereka tersenyum bahagia, bisa makan sesuatu yang menyenangkan mereka.
Asal bisa melihat mereka tersenyum saja kami sudah sangat bahagia. Setelah selesai membeli sejumlah besar makanan kami segera meluncur Jl.Kalibaru Selatan arah menuju Pos 2 Pelabuhan Cirebon.
Kami membagikan makanan itu untuk mereka, kami datangi langsung mereka ditempat dimana mereka tinggal sehari-hari yaitu dipinggiran Sungai Kalibaru Selatan – Kota Cirebon.
Disana mereka bercampur baur ada yang tinggal di Gerobak, ada yang membangun rumah-rumahan dari kardus bekas dan ada juga yang hanya tidur ditrotoar tempat pejalan kaki…
Ketika kami bertiga membagikan makanan itu kami seketika lupa siapa mereka, yang ada dihati dan kepala kami hanya mereka harus ditolong, mereka butuh makanan, hilang semua rasa jijik, kotor, dan lain-lain. Yang ada hanya rasa sedih dihati kami. Salah satu teman wanita kami sampai menyeka airmata dengan hijabnya.
Sementara Kawan Papua saya lebih banyak tersenyum dan diam namun tatapannya begitu dalam demi melihat kenyataan yang ada dihadapannya.
Saya ? Rasanya malu menyampaikan ini karena saya berkali-kali harus menahan mata ini agar tidak basah, tetapi tetap saja mata ini berkaca-kaca, saya membuang jauh pandangan saya ketika airmata ini tak tertahan lagi dan ketika kembali melihat mereka mata ini kembali berkaca-kaca.
Melihat sepasang suami istri yang mohon maaf ada keterbelakangan mental plus cacat fisik sekaligus sakit-sakitan dan harus hidup dijalanan.
Si istri harus mencari makan karena sang suami sudah tidak bisa berdiri lagi apalagi berjalan dan mencari nafkah.
Selama ini suaminya menderita sakit saluran pernafasan tetapi tidak pernah dibawa ke dokter ataupun rumah sakit.
Saya termenung seketika teringat Ibu saya yang ada dirumah.
Apa yang kami bagikan sungguh tidak sebanding dengan pelajaran dan pengalaman kehidupan yang kami terima dari mereka.
Bagaimana mereka yang hidup sungguh-sunguh sangat keterbatasan tetapi masih mampu mengucap:
“Alhamdulilah, Sebuah kata penuh makna tanda ungkapan hati yang bersyukur kepada Tuhannya”
Kami sampaikan kepada mereka dalam waktu insya Allah kami akan kembali bersilaturahmi lagi dengan mereka. Kami akan berkunjung lagi ketempat mereka, ke Istana mereka.
Kami bertiga bersepakat untuk membuat suatu Acara semacam konser mini untuk kawan Papua, untuk menyampaikan pesan lagi bahwa “ADA CINTA UNTUK PAPUA”
Mohon doa dan dukungan dari segenap pembaca tulisan ini agar rencana kami bertiga mengadakan konser “ADA CINTA UNTUK PAPUA” bisa terlaksana dan diterima dengan positif oleh saudara-saudara kami di Papua.
Semoga lantunan lagu-lagu daerah dari Kota Cirebon bisa memeluk dengan penuh kehangatan bagi semua Mace, Pace dan Mamak-mamak di Papua sana.
“Mace, Pace, anak-anak kalian baik-baik saja.”
“Kami menyambutnya, kami menerimanya bahkan kami saudara bagi mereka…”
Salam hangat dari Kota Wali,
Cirebon, 21 Agustus 2019
*Special Thank to:
Kaka Steve, Bu Mei and last but not least Happy Days, Luar biasa….