Indovoices.com- Hari Santri 2019 mengusung tema “Santri untuk Perdamaian Dunia”. Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin mengatakan bahwa tema ini sangat relevan karena pesantren merupakan laboratorium perdamaian.
Menurutnya, ada sembilan alasan pesantren disebut sebagai laboratorium perdamaian. Pertama, tumbuh suburnya kesadaran harmoni beragama dan berbangsa di kalangan pesantren. Ini dibuktikan dengan perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa hingga tercetusnya resolusi jihad dan perang melawan PKI, semua tidak lepas dari peran pesantren.
“Hubbul wathan minal iman bagian dari nilai yang terus diajarkan di pesantren,” ujar Kamaruddin saat menjadi inspektur upacara Hari Santri 2019 di halaman kantor Kemenag, Jakarta.
Alasan kedua, menurut Kamaruddin, metode mengaji dan mengkaji di pesantren sangat khas. Selain transfer ilmu, pesantren juga mengajarkan keterbukaan kajian dari berbagai kitab, bahkan lintas madzhab. “Santri dididik belajar terima perbedaan dari sumber hukum otentik,” ujarnya.
Ketiga, pesantren mengajarkan khidmah dan pengabdian kepada masyarakat dan bangsa. Keempat, pesantren mengajarkan kemandirian, kerjasama dan sikap saling membantu. “Santri terbiasa mandiri, solider, dan suka gotong royong,” ucap Kamaruddin.
Alasan kelima pesantren menjadi laboratorium perdamaian, karena di lembaga ini, gerakan seni dan sastra tumbuh subur. Hal itu berpengaruh pada prilaku seseorang dalam ekspresi keindahan, harmoni, dan kedamaian.
Keenam, di pesantren banyak kelompok diskusi, mulai dalam skala kecil hingga besar, dari tema recehan hingga yang serius. “Sehingga, santri berkarakter terbuka,” ujar Kamaruddin.
Alasan ketujuh, menurut Kamaruddin, pesantren merawat khazanah kearifan lokal. Pesantren menjadi ruang kondusif untuk menjaga lokalitas. Kedelapan, maslahah (kemaslahatan) merupakan pegangan yang tidak bisa ditawar di kalangan pesantren. “Pesantren tidak suka meresahkan masyarakat, malah membina masyarakat,” tegasnya.
Alasan terakhir, lanjut Kamaruddin, pesantren menjadi ladang penanaman spiritual. Selain Fiqh, santri dilatih tazkiyatun nufus, pembersihan hati melalui amalan zikir dan puasa. “Santri jauh dari intoleransi, pemberontakan, apalagi terorisme,” pungkasnya. (jpp)