Indovoices.com –Presiden Jokowi menugaskan Menko Maritim dan Investasi (Marves) Luhut B Pandjaitan dan Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo untuk tangani penambahan kasus harian virus corona di 9 provinsi prioritas.
Dalam kejar target waktu dua minggu seperti diminta Jokowi, Luhut mengebut berbagai rencana penanganan COVID-19. Mulai dari koordinasi penyiapan lokasi isolasi mandiri bagi pasien corona hingga berkonsultasi dengan sejumlah ahli kesehatan.
Seperti rapat koordinasi yang berlangsung pada Jumat (25/9) kemarin, Luhut blak-blakan mengaku telah memarahi jajaran pejabat di bawah Menkes Terawan Agus Putranto terkait penanganan COVID-19.
Apa saja alasannya?
- Keluhan Dokter soal Minimnya Persediaan Obat-obat COVID-19
Pernyataan Luhut tersebut dilontarkan saat menjawab masukan dari jubir RSUP Persahabatan, dr. Erlina Burhan. Kepada Luhut, Erlina awalnya mengatakan penanganan corona di rumah sakit sudah menunjukkan perbaikan.
Namun, Erlina bercerita soal banyaknya dokter yang mengeluhkan tidak tersedianya obat-obat COVID-19 di rumah sakit di daerah.
“Ada teman-teman kami yang dari daerah menangis, mengatakan, lihat pasien tapi cuma bisa kasih vitamin, karena obat-obat sering tidak tersedia,” ujar Erlina.
Mendengar masukan Erlina, Luhut mengucapkan terima kasih. Ia ikut bersedih melihat kondisi keterbatasan obat seperti yang disampaikan Erlina.
“Saya jangan dibuat terharu, jadi saya sedih. Karena kemarin saya sudah marahi ini semua orang Menteri Kesehatan, bahwa obat itu kunci, Bu,” ucap Luhut.
- Luhut Kaget Indonesia cuma Punya 4 Alat Pengganti Paru-paru
Luhut menanyakan kesiapan alat-alat kesehatan di rumah sakit rujukan COVID-19, salah satunya di RSUP Persahabatan Jakarta.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dewi Susanto pun menjawab apa adanya.
“Di Persahabatan kita belum punya ECMO pak, ventilator ada, NIV ada. ECMO itu pengganti paru, kalau parunya rusak itu bisa digantikan,” jawab Agus.
Mendengar pernyataan itu, Luhut merasa sedih karena alat seperti ECMO masih sangat sedikit jumlahnya. Padahal, alat tersebut berperan penting dalam membantu penanganan pasien corona.
“Saya jadi geli dan sedih, masa negara kaya seperti kita ini cuma punya ECMO berapa biji. Eh Daniel, Ini perintah kau beli itu,” tegas Luhut ke Staf Khusus Menkes, Daniel Tjen.
- Kondisi RS Corona di Jakarta
DKI Jakarta menjadi salah satu provinsi yang jadi prioritas penanganan COVID-19 oleh Luhut. Ia mengungkapkan saat ini kondisi rumah sakit di Jakarta sudah lebih baik dibandingkan wilayah lain di luar Jakarta.
“Kami sekarang mulai fokus per kota, mungkin lebih kecil lagi. Karena kita lihat Jakarta ini flattening sekarang. Tapi di luar Jakarta seperti Depok, Bogor, Bekasi kabupaten dan kota, Tangsel, Kabupaten Tangerang ini masalahnya agak parah,” kata Luhut.
“Jadi rumah sakit itu paling cepat harus segera diurus. Artinya sosialisasi obat tolong, Pak Daniel, dilaporkan di situ,” lanjut Luhut.
Sementara itu, Kemenkes juga telah membentuk 5 sub task force yang akan mulai bergerak ke lapangan untuk menyalurkan ventilator, alat tes PCR hingga reagen.
- Kematian Anak karena Corona di TPU Pondok Ranggon
Luhut melaporkan temuan timnya yang menyebut kematian anak-anak akibat COVID-19 di TPU Pondok Ranggon mencapai 3 persen. Ia mengingatkan kepada khususnya Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR. Dr. Aman Pulungan, untuk memperhatikan persoalan kematian anak-anak akibat virus corona.
“3 persen Pak Pulungan. Staf saya bilang yang kena anak-anak itu. Jadi cukup besar, meninggal di Pondok Ranggon, Pak Pulungan, anak itu 3 persen,” imbuhnya.
Menurut Luhut, kematian anak-anak yang dimakamkan di TPU Pondok Ranggon tak bisa diabaikan. Ia berharap penyebaran virus corona, termasuk ke anak-anak, dapat diminimalisir dengan cepat.
- Luhut Tegaskan Obat Corona itu Kunci
Luhut meminta untuk memaksimalkan penggunaan alat-alat kesehatan sebagai penanganan pasien COVID-19. Terlebih, situasi saat ini obat dan vaksin corona masih belum juga ditemukan.
“Saya jangan dibuat terharu, jadi saya sedih, karena kemarin saya sudah marahi ini semua orang Menteri Kesehatan, bahwa obat itu kunci, Bu. Jadi makanya obat, alat, training, itu jadi kunci. Makanya saya sudah bilang beliin saja itu alat, sehingga kita bisa menyelamatkan nyawa orang di ICU itu,” ujar Luhut.
Luhut lantas meyakinkan bahwa pemerintah dibantu para tenaga kesehatan perlahan dapat menekan angka penularan, bahkan kematian akibat virus ini.
Luhut pun meminta agar tiap RS menyampaikan inventaris alat kesehatan yang mereka butuhkan dalam proses penanganan pasien.
“Ini kan momentum yang baik sekali buat kita membenahi sekaligus fasilitas-fasilitas rumah sakit kita, terutama yang pemerintah tadi, tuh. Jadi elok diaudit, diinventarisir, apa sih kebutuhan kita itu, loh,” tuturnya.
- Dana Stimulus Penanganan Corona Bisa untuk Memperbaiki Fasilitas RSUD
Pemerintah mempersiapkan stimulus untuk menambal kekurangan dana di berbagai bidang akibat pandemi virus corona. Luhut menyebut stimulus ini juga bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas RSUD.
Menurut Luhut, perbaikan kualitas tata kelola kesehatan penting untuk memastikan pasien positif tertangani dengan baik. Sehingga angka kematian karena virus corona dapat ditekan.
“Kemarin perintah Presiden dan saya sudah bicara di Bogor, jadi stimulus kita manfaatkan sekaligus memperbaiki RSUD itu dengan dana stimulus. Jadi sambil memperbaiki kualitas kesehatan kita,” jelasnya.
“Jadi jangan sampai stimulus untuk makan doang. Ini masalah kesehatan juga bikin bagus. Jadi yang disampaikan Pak Daniel (Stafsus Menkes) ini cukup bagus,” sambungnya.
Kepada Stafsus Menkes Daniel Tjen, Luhut meminta agar ada perbaikan penanganan pasien positif di rumah sakit non rujukan. Sebab buruknya kondisi fasilitas kesehatan di daerah juga berdampak pada kualitas penanganan pasien.
“Pak Daniel, tolong perhatikan itu. Rumah sakit non rujukan itu di daerah berbahaya yang tadi kita bahas itu tolong anda diperhatikan deh,” ungkap Luhut.
- RS Persahabatan Curhat Tak Dikirimi Mesin PCR
dr Erlina kembali curhat ke Luhut bahwa pihaknya tak pernah dikirimi mesin PCR oleh Kemenkes.
“Rumah Sakit Persahabatan itu, itu adalah pusat rujukan untuk COVID-19, pasien kami banyak. Tapi ini mohon maaf, ada Pak Daniel, nih, kebetulan dari Kemenkes, kita tuh enggak pernah, lho, Pak, dikasih PCR. Dulu pernah Persahabatan,” cerita Erlina.
Mendengar keluhan Erlina, Luhut pun menyentil lagi Daniel. Daniel kemudian bertanya ke Erlina, kenapa hal tersebut baru dibicarakan sekarang, padahal kasus corona di RI telah ada sejak 2 Maret.
“Erlina, kau ngomongnya baru sekarang. Sudah sering ketemu, baru curhat sekarang,” tutur Daniel.
Seluruh peserta rapat tertawa. Luhut menyebut Erlina baru menyampaikan hal ini karena ada dirinya.
“Ini dia enggak berani curhat, mumpung depan gue, baru dia berani (ketawa). Awas, lo, kalau enggak urusin, tuh (ketawa). Ya, nanti, Bu Erlina, saya minta,” tutup Luhut.(msn)