“Dengan mulai aktifnya CPNS baru ini diharapkan dapat mendorong Kemenperin untuk menyongsong penerapan teknologi digital di sektor industri karena mereka sangat melek teknologi,” kata Sekretaris Jenderal Kemenperin Haris Munandar dalam kegiatan Pengarahan dan Orientasi Penguatan Kompetensi Bidang CPNShasil rekrutmen 2018 di Kemenperin, Selasa (15/1).
Menurut Haris, para CPNS yang merupakan generasi milenial dan Z ini diyakini memiliki keunggulan dalam kompetensi tertentu karena perkembangan zaman. “Tetapi kita harus tetap menghargai, menghormati dan bisa belajar dari pengalaman para senior,” ujarnya.
Dalam menghadapi era digital ini, Kemenperin sendiri telah menyusun peta jalan Making Indonesia 4.0 dengan menetapkan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan dan prioritas dalam pengembangannya. Kelima sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronika, serta kimia.
Hal tersebut, selaras dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2015. “Kelima sektor industri yang diunggulkan untuk memasuki Industri 4.0 tersebut, selama ini berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional,” ungkap Haris.
Salah satu contohnya adalah industri otomotif. Pada Januari hingga Oktober 2018, industri otomotif di Indonesia mengekspor kendaraan roda dua dengan total nilai sebesar USD1,3 miliar. Sedangkan, untuk kendaraan roda empat, dengan nilai USD4,7 miliar.
Haris pun menegaskan, para CPNS wajib mengetahui tugas dan tanggung jawab Kemenperin secara keseluruhan, terutama dalam membangun bangsa melalui penguatan sektor industri. “Jadi misalnya ada yang bertugas di Biro Umum, terus ditanya tentang pengembangan mobil listrik, tentunya juga harus bisa menjawab,” ucapnya.
Tenaga Pendidik
Haris menambahkan, dari 375 CPNS yang diterima di Kemenperin, sebagian besar adalah tenaga pendidik. Formasi tersebut memang diutamakan untuk mendorong program kerja prioritas Kemenperin di tahun 2019, salah satunya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri.
“Program tersebut merupakan langkah strategis untuk mendukung produktivitas dan daya saing sektor industri dan meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian,” tuturnya.
Para tenaga pengajar baru tersebut akan mengisi kebutuhan di sejumlah unit pendidikan yang dimiliki oleh Kemenperin, seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Politeknik. “Sebanyak 212 formasi pengajar akan ditempatkan sebagai dosen, guru, instruktur dan pranata laboratorium pendidikan bagi SMK dan Politeknik di lingkungan Kemenperin,” imbuhnya.
Haris menegaskan, peta jalan Making Indonesia 4.0 mengisyaratkan peningkatan kualitas SDM bagi industri di era digital. Karena itu, Kemenperin fokus dan semakin gencar mendorong peningkatan kompetensi SDM melalui berbagai pendidikan dan pelatihan vokasi. “Sebab, SDM terampil menjadi kunci penting untuk kesuksesan dari implementasi industri 4.0,” jelasnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, untuk menyongsong era industri digital, Indonesia membutuhkan 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi pada tahun 2030. Hal tersebut, sejalan dengan perkembangan revolusi industri 4.0 yang kian merata.
“Tentunya, itu dapat terwujud dengan adanya bonus demografi yang dinikmati Indonesia hingga tahun 2030,” kata Menperin. Momentum ini yang harus dimanfaatkan dengan baik agar dapat mengantarkan Indonesia masuk pada jajaran 10 kekuatan ekonomi di dunia.
Studi McKinsey menyebutkan, Indonesia bisa meraih posisi tersebut dengan syaratkontribusi ekspor neto 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), produktivitas naik dua kali lipat, dan anggaran riset sebesar dua persen dari PDB.
“Ini merupakan tugas pemerintah untuk mendorong gernerasi muda, terutama generasi milenial supaya mengambil peranan penting dalam perekonomian di 2030,” ujar Airlangga.