Diantara sekian banyak buku yang pernah saya baca, salah satunya berjudul Business @ The Speed Of Thought (Sistem Syaraf Digital) yang dikarang oleh Bill Gates. Buku tersebut pertama kali saya baca tahun 2000 dan masih saya simpan hingga saat ini. Walaupun di dalam buku tersebut tidak terdapat istilah Revolusi Industri 4.0.
Namun ini adalah buku yang cukup visioner menurut saya, karena mampu menjelaskan dengan tepat seperti apa sesungguhnya revolusi industri 4.0 yang sedang kita hadapi 18 tahun setelah buku tersebut diterbitkan. Untuk memulai pembahasan mengenai Revolusi Industri 4.0 ini sendiri akan saya mulai dengan sebuah pertanyaan.
Pertama yang akan saya tanyakan, apakah Anda yakin bahwa perubahan dalam hal pemanfaatan teknologi untuk kehidupan kita sehari-hari sedang terjadi?. Aplikasi Ojek Online merupakan contoh yang sempurna untuk hal ini.
Coba perhatikan, betapa dimanjakannya kita saat ini, tinggal menggunakan aplikasi yang terinstall di hp kita, jemputan pun segera datang dan siap mengantar kita ke tempat tujuan. Lapar, tinggal memesan melalui aplikasi makanan yang kita inginkan, dalam waktu tak terlalu lama, ada yang mengantarkannya kehadapan kita. Pembantu mudik lebaran? Permasalahan yang memusingkan bertahun-tahun yang lalu buat sebagian orang, namun kini, lagi-lagi menggunakan aplikasi, semua terselesaikan.
Itu baru kita berbicara dari satu aplikasi saja, membaca berita, melihat ramalan cuaca, transaksi perbankan, jual beli online, bermain games, bermain saham dan seribu satu kegiatan lainnya saat ini telah mampu kita lakukan dengan menggunakan gadget. Yang mengesankan adalah tidak peduli berapa banyak data maupun aplikasi yang kita install di dalam, gadget kita tidak akan menjadi lebih besar atau bertambah berat, selama memory di gadget kita memadai.
Di dunia pendidikan, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik dari jumlah sekolah maupun partisipannya. Percayakah Anda, dimasa depan, bukan hanya ujian, bahkan sekolah yang berbasis komputer akan mewabah?. Gambaran anak-anak SD yang harus berjalan terbungkuk-bungkuk karena memakai tas pungggung yang isinya terdiri dari puluhan buku pun akan tergantikan oleh anak-anak yang menenteng laptop, notebook dan perangkat digital lainnya.
Dalam bayangan saya, anak-anak tersebut akan masuk ke dalam kelas saat jam pelajaran. Lalu sang guru akan berkata, “anak-anak, silahkan sambungkan soket perangkat digital Anda ke soket yang ada dibawah meja Anda. Download dan pelajari Bab V sesuai mata pelajaran kita hari ini”. “Hapalkan dalam waktu 30 menit sebelum isi dalam bab tersebut akan terhapus secara otomatis dari perangkat digital Anda”. Wow, keren bukan?.
Itu belum seberapa, yang lebih keren lagi, sang guru diwaktu yang bersamaan mengajar dari rumah melalui teleconference ke 5 kelas yang berbeda. Dan masing-masing kelas tersebut tersebar di berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Tidak percaya? Percayalah, teknologi kita sudah semakin maju. Apa yang kita anggap tidak mungkin hari ini, akan menjadi mungkin di masa yang akan datang.
Saya rasa contoh yang saya sebutkan diatas sudah cukup memberikan gambaran seperti apa masa depan yang sedang dan akan kita jalani kelak. Kita belum berbicara soal nano partikel dan pemanfaatannya dalam bidang militer dan kedokteran, mobil otonom dalam dunia otomotif, dan seribu satu penemuan terbaru yang terus bermunculan bukan dalam hitungan tahun lagi melainkan bulan bahkan hari.
Perubahan-perubahan tersebut adalah hal yang tidak dapat kita hindari dalam peradaban manusia yang selalu bergerak ke depan. Sepuluh ribu tahun yang lalu, bila Anda memiliki kemampuan menyalakan api dengan menggesekkan kayu atau batu dalam waktu kurang dari 5 menit, Anda akan disebut hebat. Di zaman sekarang, cukup bermodalkan korek api, maka api pun akan tercipta dalam hitungan detik. Hal yang dianggap luar biasa di masa lalu menjadi hal yang lumrah di masa sekarang dan apa yang dianggap luar biasa di masa sekarang akan dianggap biasa di masa depan.
Lantas pertanyaan berikutnya adalah apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi perubahan tersebut?. Jawabannya adalah beradaptasi. Tergantung ada di posisi mana diri kita saat ini. Bila kita adalah siswa SMU yang akan segera lulus, pertimbangkanlah untuk mengambil jurusan yang mengarah pada teknologi, informatika, komputerisasi, robotic dan sejenisnya, karena di masa depan, kebutuhan tenaga ahli tersebut dapat dipastikan akan semakin meningkat.
Bila kita seorang wirausahawan, pertimbangkanlah pemanfaatan teknologi dalam operasional maupun kegiatan usaha kita. Bila kita adalah pembuat startup (aplikasi), berinovasilah menghasilkan berbagai aplikasi yang berdaya guna unggul dan dibutuhkan oleh masyarakat.
Kemajuan teknologi, bukannya tidak memiliki efek samping. Menilik hukum abadi sebab-akibat (kausalitas), segala tindakan pasti akan menghasilkan akibat. Demikian halnya juga dengan perubahan teknologi tersebut. Pekerjaan yang mengandalkan tenaga kerja tidak terlatih (unskill labour), akan menjadi korban pertamanya dilanjutkan oleh tenaga kerja yang sifat pekerjaannya rutin atau berkeahlian rendah.
Ambil contoh mengenai pembantu rumah tangga (PRT) saja, mungkin akan tergantikan oleh robot yang mampu melakukan kegiatan mengepel, menyapu serta berbagai kegiatan sederhana lainnya. Buruh-buruh pabrik yang melakukan kegiatan operasional yang sifatnya rutin, misalnya mengepak barang dan sejenisnya akan tergantikan oleh teknologi industri yang juga mampu melakukan hal yang sama, sebagian telah terjadi dan sebagian akan menyusul.
Pekerjaan supir akan tergantikan oleh mobil otonom yang dilengkapi oleh berbagai sensor dan mampu bergerak sendiri menuju tujuan yang telah ditentukan, tidak menutup kemungkinan pesawat terbang otonom juga akan muncul di masa depan.
Disisi lain, akan muncul berbagai jenis pekerjaan baru yang belum kita kenal sebelumnya, misalnya bengkel untuk service dan reparasi robot, toko penjual berbagai sparepart ataupun suku cadang robot, toko jual beli upgrade robot bekas dan sebagainya.
Revolusi Industri 4.0 merupakan lompatan jauh ke depan yang memiliki perkembangan sangat dahsyat. Mengutip laporan lembaga riset McKinsey pada 2015, dampak revolusi industri 4.0 akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad ke-19.
Hal ini sangat disadari benar oleh pemerintah Indonesia. “Kecepatan perubahannya akan 10 kali lebih dan dampaknya 300 kali lebih luas,” ujar Jokowi saat membuka Industrial Summit di Jakarta Convention Center, Rabu, 5 April 2018.
Menyikapi perkembangan Revolusi Industri 4.0, pemerintah bahkan telah menyiapkan Roadmap Making Indonesia 4.0 yang difokuskan pada pengembangan lima sektor manufaktur yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik.
Saya pribadi menilai, selain itu masih ada beberapa hal yang dapat dimaksimalkan oleh pemerintah dalam menyikapi revolusi Industri 4.0. Diantaranya dengan memberikan perhatian lebih untuk bidang pendidikan yang bersifat teknologi, misalnya memberikan semacam insentif ataupun keringanan biaya kuliah untuk calon mahasiswa yang mengambil jurusan yang condong ke teknologi, industrialisasi, informatika dan komputerisasi serta bidang terkait lainnya.
Dengan demikian diharapkan tenaga yang ahli dibidang tersebut akan banyak diminati dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan beberapa tahun ke depan. Tentu saja pertukaran pelajar untuk bidang tersebut dengan berbagai negara lain sebagai sarana transfer pengetahuan juga perlu diperhatikan.
Pembentukan kawasan pelatihan maupun pengembangan teknologi seperti halnya Silicon Valley di Amerika perlu dipertimbangkan juga. Hal ini mengingat berbagai negara dunia sudah menerapkannya, seperti Silicon Valley India yang dipusatkan di Bangalore, India. Di China sendiri Silicon Valley versi mereka disebut dengan Zhong Guan Cun, sebuah daerah yang dikhususkan untuk berbagai pengembangan teknologi yang terletak di Distrik Haidian, Beijing, China.
Yang terakhir dan tak kalah pentingnya adalah memikirkan solusi untuk para tenaga kerja yang tidak atau kurang terlatih, jangan sampai mereka menjadi beban sosial maupun ekonomi bagi masyarakat maupun negara. Berbagai solusi yang dapat dilakukan pemerintah diantaranya adalah meningkatkan taraf pendidikan mereka.
Bila selama ini pemerintah mensyaratkan pendidikan minimal adalah SMU dan sederajat. Mungkin bisa ditingkatkan minimal D1 atau D3 sederajat dan diarahkan untuk memiliki spesialisi berbasis teknologi seperti menjadi tenaga mekanik, juru rawat anak balita maupun lansia yang memang membutuhkan sentuhan tangan manusia.
Kita tentu tak ingin anak kita diasuh oleh Robot, belajar bicara seperti robot, memiliki emosi, bergerak dan bertindak seperti robot bukan?. Jadi menurut saya, bidang-bidang tersebut tetap membutuhkan sentuhan tangan manusia untuk menanganinya.
Menilik harapan Indonesia yang bertekad menjadi salah satu dari 10 kekuatan ekonomi dunia (target yang diberikan oleh Jokowi adalah peringkat 7 dunia) 2030 nanti. Maka keterlibatan Indonesia dalam Revolusi Industri 4.0 ini menjadi salah satu persyaratan mutlak yang harus dipenuhi. Terlibat dalam hal ini bukanlah hanya sebatas pemakai atau konsumen namun lebih sebagai produsen yang mampu berkonstribusi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dunia yang pada gilirannya berkonstribusi terhadap perekonomian nasional dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara perindustrian yang terkemuka saat itu.
Saya memiliki impian, suatu saat ketika era robot telah tiba, melihat robot pembersih jalan selazim melihat pasukan orange menyapu jalan hari ini atau melihat robot menyajikan makanan dan minuman di berbagai tempat makan selazim melihat pramusaji menyajikan makanan dan minuman saat ini. Semoga saat itu kita bisa melihat tulisan “Made In Indonesia” yang tercetak pada salah satu bagian robot tersebut.
Lantas bila ada pertanyaan, kapan mimpi yang saya sebutkan diatas itu terwujud, maka pertanyaan tersebut akan saya kembalikan ke pembaca dalam bentuk pertanyaan juga, sudah siapkah kita? Alih-alih memikirkan dan menunggu kapan saat itu tiba, lebih baik kita mempersiapkan diri dari sekarang sehingga kapan pun masa itu tiba kita sudah siap menghadapinya.
Ini kuncinya
Improve Your Skills Before You’re Replaced
Trailer Revolusi Industri