Indovoices.com – Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggiatkan pertukaran inovasi antar petani, diantaranya dengan secara rutin memfasilitasi gelaran Pekan Nasional Petani Nelayan (Penas) XVI yang rencananya akan diadakan di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 20-25 Juni 2020. Bahkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengharapkan esensi Penas sebagai ajang pertukaran inovasi dan teknologi antara petani, tidak hanya terjadi tiga tahun sekali, tapi bisa terjadi setiap saat.
“Saya membayangkan Penas bisa berlangsung setiap detik. Kita saat ini sudah memasuki era pertanian 4.0. Ajang pertukaran inovasi antara anggota Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) seharusnya tidak hanya tiga tahun sekali, tapi bisa terjadi setiap saat. Kebutuhan petani akan inovasi sangat mendesak, jadi pertukaran tidak bisa hanya berkala. Untuk mempercepat pertukaran inovasi, bisa difasilitasi melalui website atau media komunikasi lainnya,” jelas Amran saat membuka Rapat Koordinasi Persiapan Penas XVI 2020 di Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (20/5).
Saat ini Amran menyebutkan pihaknya terus mendorong modernisasi pertanian dengan mengenalkan produk-produk inovatif kepada petani. Untuk alat dan mesin pertanian (alsintan) misalnya, Kementan sedang mengembangkan pemanfaatan drone untuk proses pemupukan dan juga penggunaan traktor secara otomatis. “Pertanian masa depan adalah pertanian digital, seperti ke depannya mesin alsintan seharusnya bisa beroperasi sendiri,” terangnya.
Pengembangan modernisasi pertanian dan transfer teknologi menjadi hal yang mutlak di era pertanian 4.0. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan minat anak muda untuk terjun ke sektor pertanian. “Kita harus tunjukkan kepada generasi muda bahwa bertani sekarang bisa dilakukan tanpa menyentuh tanah,” tandas Amran.
Selain Alsintan, Amran mengharapkan Penas XVI dapat memperagakan varietas komoditas pertanian unggulan yang berhasil dikembangkan selama empat tahun terakhir. Salah satunya, keberhasilan Indonesia mengembangkan varietas padi dan jagung dengan produktivitas lebih dari 10 ton per hektare.
Terobosan teknologi yang dikembangkan untuk peningkatan produksi jagung, bahkan mendapatkan pujian dari negara lain. Amran menyebutkan terjadi sejarah baru karena selama empat tahun terakhir, Kementan sudah kedatangan empat tamu negara setingkat Wakil Presiden, di antaranya Wakil Presiden Argentina yang datang awal Mei ini. “Mereka umumnya mengungkapkan keheranan mereka Indonesia yang tadinya impor jagung, sekarang malah ekspor. Ini tidak lepas dari pengembangan inovasi budidayanya,” ungkapnya.
Ketua Umum KTNA sekaligus Ketua Panitia Penas XVI Winarno Tohir menyambut positif usulan Menteri Pertanian tentang percepatan transfer teknologi. Kebutuhan petani akan inovasi diakuinya memang sangat krusial. “Saya sudah melihat sendiri berbagai teknologi yang dikembangkan oleh Kementan. Teknologi tersebut sangat diimpikan oleh petani, terutama yang berasal dari generasi milenial,” papar Winarno pada kesempatan yang sama.
Senada dengan Amran, Winarno menyebutkan transfer teknologi harus bisa berlangsung secara cepat. Tantangan terbesar adalah persoalan waktu. Untuk mempercepat proses transfer teknologi tersebut, KTNA akan memberdayakan para penyuluh swadaya yang selama ini berasal dari petani maju.
“Ke depannya kita harapkan para petani milenial juga bisa menjadi penyuluh swadaya. Karena dengan pendidikan yang lebih tinggi dan kemampuan nalar mereka, para petani milenial ini bisa lebih banyak menghasilkan inovasi,” sebut Winarno.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Momon Rusmono memastikan Penas XVI nanti akan dimaksimalkan sebagai ajang pembelajaran petani.
“Penas merupakan proses pembelajaran dari petani, oleh petani, dan untuk petani. Kami berkoordinasi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbantan) untuk pesiapkan teknologi dan inovasi yang akan diperagakan nanti. Semua (teknologi.red) ini akan dilihat langsung oleh petani. Petani secara otomatis akan mereplikasi kalau memang teknologi itu aplikatif,”kata Momon.
Kegiatan Penas merupakan kegiatan rutin setiap tiga tahun sekali. Digagas oleh para tokoh tani dan nelayan sejak tahun 1971, kegiatan Penas diharapkan bisa menjadi wadah pertemuan para tani dan nelayan dan petani hutan untuk saling mengisi dan memperkuat kepemimpinan agribisnis sektor pertanian dan perikanan.