BANDUNG – Merespon kekhawatiran masyarakat terhadap risiko dari intensitas gempa bumi yang kerap melanda wilayah Jawa Barat belakangan ini, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengantisipasi kebencanaan geologi dengan menempatkan 3 (tiga) unit seismograf di daerah Bandung dan sekitarnya.
“Badan Geologi menempatkan 3 unit seismograf untuk memantau perkembangan kegempaan di daerah Bandung dan sekitarnya,” ungkap peneliti Pusat Survei Geologi (PSG) Badan Geologi, Muchammad Wahyudiono dalam “Geoseminar Patahan Lembang: Fakta dan Realitas” di Kantor Badan Geologi Bandung, Jumat (7/9).
Tiga unit seismograf tersebut telah ditempatkan di wilayah Soreang, Ciparay dan Lembang. Seismograf tersebut difungsikan untuk melihat kondisi fakta, karakteristik dan kemungkinan dampak dari sumber bencana kegeologian terutama pada Sesar Lembang. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Daryono pada 2017 menunjukan Sesar Lembang yang memiliki panjang 29 km mampu bergerak dengan kecepatan 3 hingga 5,5 mm per tahun dan berpotensi menghasilkan gempa bumi hingga di atas 5 Skala Richter (SR).
Wahyudiono mengungkapkan pentingnya penyampian informasi terhadap hasil kajian ini untuk masyarakat. “Dari hasil kajian edukasi ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui wilayah yang termasuk zona rawan gempa bumi sehingga dapat mengikuti standar-standar bangunan yang ditentukan,” ujar Wahyudiono.
Sebagai upaya mitigasi, Badan Geologi rutin melakukan sosialisasi mengingat pergerakan tanah pada sesar Lembang bukan hanya berdampak masif pada penduduk Lembang, namun juga akan menimpa daerah di sekitar Cekungan Bandung. Secara administratif, cekungan Bandung meliputi Kabupaten Bandung, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat yang selama ini memiliki nilai strategis dan vital dalam menjalankan roda perekonomian Jawa Barat.
Pemantauan kegempaan, ujar Akhmad Solikhin, peneliti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), di wilayah Bandung dan sekitarnya perlu dilakukan mengingat bahwa selain Patahan Lembang terdapat patahan-patahan lain di sekitar wilayah ini, antara lain: patahan Cileunyi – Tanjungsari (tengah), patahan Cicalengka (timur), patahan G. Geulis (selatan) dan patahan Jati (barat) yang berada dalam radius kurang dari 20 km.
Guna terus memantau aktivitas sesar Lembang, PVMBG melakukan kajian mikrozonasi gempa bumi dengan metode analisis mikrotremor Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan Multichannel Analysis of Survace Wave. “Kajian ini sudah dilakukan sejak tahun 2008 dan dilanjutkan kembali pada tahun 2016 hingga 2018,” ujar Solikhin pada kesempatan yang sama.
Dari hasil kajian tersebut diperoleh peta kerentanan tanah terhadap guncangan gempa bumi serta profil kedalaman Cekungan Bandung. Secara umum, wilayah Bandung dan sekitarnya memiliki potensi kejadian gempa bumi dengan peakground accelaration (PGA) 0,227 G yang setara 7 – 8 MMI (Modified Mercalli Intensity).
Secara historis, kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di Bandung dan sekitarnya dengan kekuatan kurang dari 5 Skala Ritcher merupakan rujukan dari Peta Mikrozonasi Kota Bandung dan Peta Seismotektonik Bandung yang telah disusun oleh PSG Badan Geologi.
Penulis: PSG/ Naufal Azizi