Bisnis.com, JAKARTA – Kecanggihan teknologi kini tak hanya dapat membantu mempermudah dalam menjalin komunikasi antar sesama. Aktivitas sehari-hari juga mulai tergantung pada hebatnya dunia dalam jaringan (daring). Tak terkecuali fasilitas sebuah kota untuk melayani masyarakatnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Tangerang Liza Puspadewi mengatakan kota cerdas yang tren dikalangan pengembang saat ini dalam menciptakan fasilitas kota mandiri yang dibangun sebaiknya tetap memerhatikan kelestarian lingkunga.
“Mau smart city, tecno city, apapun namanya intinya tidak boleh melanggar aturan yang sudah diterapkan dalam imb (izin mendirikan bangunan),” katanya kepada Bisnis.com, Jumat (1/4/2016).
Liza mencontohkan seperti di Tangerang pihaknya aktif turut serta memonitori setiap pengembang yang akan membuat hunian atau bangunan sejenisnya di sana. Menurut Liza secanggih apapun sebuah lingkungan jika tidak ramah lingkungan tidak akan layak untuk ditinggali.
Liza pun turut menciptakan kampung hijau sejak 2011 di Tangerang. Hingga akhir 2016 BLH menargetkan 80 kampung hijau terbentuk di 13 kecamatan.
Program kampung hijau memiliki tujuan untuk membentuk kesadaran di masyarakat akan budaya hidup bersih. Mengubah pola acuan terhadap lingkungan menjadi peduli.
Ada tiga unsur lingkungan yang ada di dalamnya yakni udara, air, dan lahan. Oleh karena itu berbagai kegiatan yang dilaksanakan antara lain penghijauan melalui tanam pohon, pengelolaan sampah, pembuatan biopori, pengolahan limbah domestik, dan lainnya.
“Program BLH ini turut mensinergikan dengan kebijakan pembangunan dari wali kota Tangerang yaitu Liveable, Investable, Visitable, dan E-City,” katanya.
Liza menambahkan program besar pemerintah tersebut hendaknya turut disadari oleh para pengembang khususnya penyelenggara perumahan yang ingin membuat proyeknya di Tangerang.
“Kalau enggak mau nurut aturan, enggak usah buat-buat proyek buat masyarakat,” ujar Liza.