Se-Istimewa Apa Sophia, Sampai Jokowi Harus Mewawancarainya?
Adalah CSIS, yang berencana mendatangkannya. Oleh Lembaga kajian Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Sophia akan dihadirkan dalam seminar internasional bertajuk ‘Harnessing Frontier Technologies: Redesigning National, Regional and Global Architecture’ pada 16-17 September 2019.
Rencananya dalam acara tersebut CSIS juga akan mengundang Jokowi yang akan mewawancarai humanoid (robot berbentuk manusia) yang bisa berbicara itu.
Rupanya Jokowi bukanlah pemimpin negara pertama di dunia yang berkesempatan berbicara dengan robot ini. Sebelumnya, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad juga pernah berbincang dengan Sophia, demikian nama robot humanoid ini, dalam acara ‘Beyond Paradigm Summit 2019’ di Kuala Lumpur, 16 Juli 2019.
Yang menakjubkan dari humanoid ini, tak hanya mampu menjawab pertanyaan Mahathir dengan fasih, robot ini juga bisa balik mengajukan pertanyaan. Selain itu robot Sophia juga bisa membuatkan sketsa wajah Perdana Menteri berusia 94 tahun itu.
Di dunia sendiri sebenarnya telah ada dikembangkan berbagai type humanoid berbentuk manusia. Beberapa waktu yang lalu saya juga pernah menuliskan bila di Jepang juga dikembangkan robot yg bisa membabarkan ajaran Buddha di Kuil Kodaiji di Kyoto (di sini)
Namun sepertinya tidak ada yang se-unik diri humanoid ini. Bila dalam berbagai kitab suci samawi disebutkan Adam dan Hawa adalah manusia pertama dunia. Maka Sophia layak disebut Humanoid pertama di dunia yang diperlakukan layaknya manusia. Pasalnya Sophia memperoleh kewarganegaraan dari pemerintah Arab Saudi pada pertengahan Oktobet 2017 silam. Pemberian kewarganegaraan itu dilakukan menjelang acara Future Investment Initiative di Riyadh.
Dalam sebuah sesi tanya jawab yang dihadiri oleh banyak pejabat dan investor, robot Sophia berseloroh. Katanya, ia merasa istimewa menjadi warga negara Arab Saudi. Karena ia robot, mungkin ia akan dibolehkan sebagai satu satunya wanita yang tak perlu memakai jilbab di Arab Saudi.
Saat pertanyaan mengacu kepada bagaimana nasib manusia (homo sapiens)? Seandainya robot pintar sejenis dirinya bertambah banyak, bukankah ini akan menjadi ancaman bagi manusia homo sapiens? Sophia menjawab sambil tertawa. Ujarnya, anda terlalu banyak menonton film Holywood.
Namun bukan berarti Sophia tidak pernah memberikan jawaban yang kontroversial. Pada bulan Maret 2016, pencipta Sophia, David Hanson dari Hanson Robotics, bertanya kepada Sophia saat demonstrasi langsung di festival SXSW. “Apakah Anda ingin menghancurkan manusia? … Tolong katakan ‘tidak’.” Dengan ekspresi kosong, Sophia menanggapinya, “Baiklah, saya akan menghancurkan manusia.”
Sophia yang “dilahirkan” (aktifkan) pada 14 Februari 2016 ini, tidak hanya pandai berbicara dan merespon berbagai pertanyaan, namun ia juga dapat menunjukkan lebih dari 50 ekspresi melalui mimik wajahnya, layaknya manusia. Wajah humanoid ini sendiri disebut-sebut terinspirasi oleh wajah aktris Audrey Hepburn
Dikembangkan oleh perusahaan Hanson Robotics yang berbasis di Hong Kong. Sophia hanyalah salah satu dari sekian banyak robot lainnya yang dilengkapi dengan artificial inteligence. Hanson Robotics saat ini juga sedang memprodukai Humanoid yang akan mengajarkan bahasa Inggris di Jepang. Setidaknya sudah 500 sekolah di Jepang yang mendaftar dan akan mempekerjakan robot pintar itu.
Sophia memiliki sembilan “saudara” robot humanoid robot yang juga diciptakan oleh Hanson Robotics, yakni, Alice, Albert Einstein Hubo, BINA48 , Han, Jules, Profesor Einstein, Philip K. Dick Android, Zeno, dan Joey Chaos.
Merujuk situs resmi Hanson Robotics, nama “Sophia” diambil dari bahasa Yunani yang memiliki arti wisdom atau kebijakan.
“Saya diciptakan untuk membantu orang-orang dalam menerapkan medis, edukasi, dan menyajikan riset kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI),” begitu tulisan yang tertera di laman khusus Sophia.
“Saya ingin menjadi bijak, empatik, dan memberi kontribusi positif terhadap peradaban manusia. Desainer saya dan saya sendiri menginginkan masa depan di mana AI dan manusia bisa hidup secara berdampingan, bersahabat, dan menjalin simbiosis baik agar dunia semakin lebih baik. Kolaborasi manusia-teknologi AI. Itulah jati diri saya.”
Kemajuan teknologi mengalami perkembangan dengan sangat cepatnya dari waktu ke waktu, semakin cepat dan semakin canggih. Sampai-sampai Manusia selaku homo sapiens tak lagi menjadi satu-satunya species paling cerdas di dunia. Robot dengan artificial inteligence model Sophia akan terus bermunculan dan semakin banyak. Untuk beberapa hal, robot dengan artificial inteligence bahkan lebih pintar dibandingkan manusia.
Terkait seminar yang akan dibuka langsung oleh Jokowi tersebut, akan menyoroti berbagai hal yang berkembang beberapa tahun terakhir ini, di mana terjadi disrupsi di berbagai aspek kehidupan akibat perkembangan teknologi yang begitu cepat. Juga berbagai inovasi yang menyertainya.
Selain memacu berbagai dampak positif yang berkontribusi pada sumber-sumber pertumbuhan baru, ada banyak potensi buruk yang menyertainya seperti risiko tumbuh ketidaksetaraan dan struktur perubahan produksi ekonomi.
Tentu akan sangat menarik melihat bagaimana interaksi antara humanoid warganegara Saudi pertama di dunia ini dengan presiden Jokowi. Mampukah Sophia menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh Jokowi dan sebaliknya? Apakah pertemuan yang terjadi akan terasa canggung? Akankah Jokowi terpesona oleh kecerdasan Sophia dan menawarkannya untuk menjadi menteri di kabinetnya nanti?
Bisa jadi bukan? Apalagi segala kualifikasi yang diinginkan Jokowi sebagai menterinya terdapat dalam diri Sophia, yakni rajin bekerja, tidak banyak bicara, tidak perlu istirahat, anti korupsi, penurut dan tidak butuh gaji, cukup dikasih makan baterai. Bagaimana menurut Anda?