Seperti yang telah saya tulis di artikel sebelumnya, bagi yang belum membaca, dapat membacanya melalui di link dibawah ini:
Ada dua tindakan penting pemerintah yang diluncurkan akhir tahun 2017 dan awal tahun 2018 ini yang berkaitan dengan dunia maya, yaitu;
Presiden yang mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 133 Tahun 2017, yang isinya memutuskan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) berada langsung di bawah Presiden, yang sebelumnya tanggung jawab itu berada di bawah Menko Polhukam, ini ditandai dengan dilantiknya Mayjen TNI Djoko Setiadi oleh Presiden sebagai Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) di Istana Negara Jakarta, hari ini Tanggal 3 Januari 2018
Presiden Jokowi menjelaskan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) adalah sebuah badan yang sangat penting dan diperlukan negara, terutama dalam mengantisipasi perkembangan dunia siber yang pertumbuhannya sangat cepat.
Tugas lembaga ini adalah mendeteksi dan mencegah kejahatan siber dengan menjaga keamanan siber secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan, mengembangkan dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber.
Di hari yang sama, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) telah mengaktifkan mesin pengais (crawling) konten negatif mulai hari ini, 3 Januari 2018, bersama dengan sembilan layanan yang telah menandatangani kerja sama dengan Kominfo, yakni Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, BBM, Line, Telegram, Bigo, dan Google dan diharapkan akan terus bertambah.
Dua aktifitas pemerintah tersebut menunjukkan sudah betapa gentingnya kondisi dunia maya, dimana berita-berita hoax dan fitnah bertebaran, hujatan-hujatan yang disampaikan sudah tidak menggunakan etika lagi, segala cacian oleh orang-orang yang mengaku ulama tapi lebih mirip orang tidak beragama berseliweran memprovokasi sana-sini.
Bayangkan, bila hal ini tidak segera diatasi, pertentangan di dunia maya tentu akan merembet ke dunia nyata juga, bahkan dalam skala yang lebih besar, lebih kasar dan lebih brutal, akibatnya sesama anak bangsa akan cakar-cakaran, bunuh-bunuhan, rakyat menjadi terbelah yang pada gilirannya tentu akan mengancam terjadinya perpecahan di NKRI ini.
Apalagi ada indikasi bahwa cara yang sama di pilkada DKI Jakarta akan diterapkan di pilkada 2018 ini, dan besar kemungkinan bila dibiarkan maka merembet hingga pilpres 2019 dan itulah yang harus kita hindari sedini mungkin.
Memang benar, bahwa selama ini kita memiliki polisi siber yang menangani hal tersebut, namun efektifitasnya masih dirasakan kurang, terbukti dari masih banyaknya berita-berita hoax yang bergentayangan di dunia maya, sehingga dibutuhkan backup dari institusi lainnya seperti BSSN dan Kominfo.
Kembali sedikit ke belakang, semua ini berawal dari pengorbanan Ahok di Pilkada DKI yang ternyata tidak sia-sia. Melalui kejadian yang menimpa dirinya, ormas-ormas radikal, politisi-politisi busuk dipaksa lahir prematur. Mereka dipaksa muncul kepermukaan sebelum waktunya sehingga memudahkan pemerintah untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berniat melakukan makar, orang-orang yang bermaksud jahat dengan agenda busuk untuk melawan pemerintah yang tentu saja disokong dengan dana tak terbatas oleh kolaborasi antara kaum mafia korup dengan pengusaha hitam yang bisnisnya terganggu selama ini.
Bila tidak ada Ahok, kita mungkin tidak akan pernah tahu dan menganggap semuanya baik-baik saja. Para ormas radikal akan bersembunyi sambil mengajarkan ajaran sesatnya dan menyebarkan pengaruhnya di masyarakat, menyusupkan para pemujanya kedalam institusi pemerintahan.
Para politikus busuk yang bersemayam di beberapa partai busuk tentu akan menanamkan kebencian kepada pemerintah melalui provokasi-provokasinya. Sampai mereka merasa waktu yang tepat lalu serentak bangkit dan menyerang pemerintah. Dihajar dari dalam dan dari luar, tidak remuk pun minimal babak belur. Segala prestasi dan kerja keras pemerintah untuk memakmurkan rakyatnya pun akan hancur seketika.
Beruntunglah hal tersebut tidak sampai terjadi, ternyata Tuhan masih menyayangi Indonesia. Melalui Ahok, mata kita dibukakan bahwa dipermukaan yang terlihat baik-baik saja, dibawahnya para bangsat-bangsat yang merupakan kolaborasi ormas radikal dan politisi busuk sedang berencana menghancurkan pemerintahan saat ini.
Langkah pertama diambil pemerintah dengan melarang serta membubarkan salah satu ormas radikal yang jelas-jelas anti Pancasila dan memuja khilafah sebagai tindakan peringatan. Walaupun status ormas yang nama HTI tersebut telah bubar dan sama terlarangnya dengan PKI, nasib para tokohnya masih jauh lebih beruntung, tidak ditangkap atau ditembak mati seperti tokoh PKI.
Para tokoh HTI masih bisa menghirup udara segar dan menjalankan aktifitas sehari-hari sama seperti masyarakat biasa. Sayangnya hal ini tidak disyukuri oleh mereka, terbukti, walaupun mereka telah dibubarkan, namun tetap memprovokasi masyarakat melalui medsos, menyebarkan kebencian terhadap pemerintah melalui dunia maya. Salah satu tokohnya Felix Siuw bahkan sering menggunakan medsos buatan kafir untuk mempromosikan radikalisme dan kebencian terhadap pemerintah, sungguh memalukan.
Tentu saja pemerintah tidak boleh berdiam diri terlalu lama, tidak bertindak apa-apa sama dengan memelihara anjing gila, setelah makin besar akan sembarangan menggigit. Apa yang dilakukan pemerintah tentulah harus kita dukung, biarlah tahun 2018 ini menjadi tahun bersih-bersih terhadap elemen perusak bangsa.
Sudah terlalu lama kita biarkan mereka merajalela, memprovokasi masyarakat dengan berita-berita yang tidak benar. Bila perlu kita bantu pemerintah untuk melaporkan website-website yang terindikasi penyebar hoax dan kebencian melalui link dibawah ini:
https://trustpositif.kominfo.go.id/
Pemerintah dengan BSSN dan mesin AIS ibarat sedang memegang dua buah tongkat pemukul anjing, semoga dapat dipergunakan untuk memukul anjing-anjing tersebut hingga terkaing-kaing.
Semoga dengan aksi pemerintah di tahun 2018 ini, segala elemen penyebar hoax, penyebar ujaran kebencian, penyebar ajaran sesat radikalisme dan berita-berita fitnah dapat dibersihkan dari dunia maya sehingga tercipta kampanye pilkada 2018 dan pilpres 2019 yang bersih dari SARA