Indovoices.com – Badan Koordinasi Penaman Modal Asing (BKPM) menegaskan perbedaan bisnis rintisan (start-up) digital untuk e-commerce dengan bisnis lainnya adalah komitmen kuat dari investor terhadap model bisnis yang mereka jalankan.
“Hanya ada tiga cara agar modal e-commerce berubah yakni dengan melakukan Initial Public Offering (IPO), jual ke investor lain, ataunilainya diminimalkan. Jadi investasi melalui pola ini harus komit total. Sekali masuk mereka tidak bisa keluar. Ini yang membedakan dengan pola menabung di deposito yang setiap saat bisa ditarik keluar,” kata Kepala BPKP Thomas Lembong menjawab kekhawatiran adanya arus modal keluar dari bisnis e-commerce.
Demikian disampaikan Thomas Lembong dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema “Investasi Unicorn untuk Siapa?”, bertempat di Ruang Serba Guna Kementerian Kominfo, Jakarta, Selasa (26/2/2019).
“Kita mulai sadar betapa besarnya arus investasi ke e-commerce, kira-kira tiga tahun lalu. Tiba-tiba muncul banyak berita-berita ada start up dengan nilai triliunan. Pertumbuhan arus modal unicorn memang begitu cepat,” jelas Thomas.
Menurut Lembong, sejak tahun 2015 itulah, pihaknya selalu membuka data tersebut namun sampai saat ini masih kewalahan. Mayoritas pendiri e-commerce adalah anak-anak muda yang belum tahu cara memenuhi prosedur investasi di BKPM.
“Karena pertumbuhan yang amat cepat. Kami masih kewalahan mengumpulkan data, struktur finansialnya juga masih ruwet,” jelas Lembong.
Kepala BKPM lebih lanjut menerangkan, struktur finansial dari perusahaan e-commerce memang kompleks karena ada pembagian antara modal yang disetor oleh pemegang saham, suntikan manajemen dan manajemen.
Perkembangan investasi bisnis digital ini memang luar biasa, Thomas Lembong memaparkan dari rata-rata total Foreign Direct Investment setiap tahun mencapai USD 9 miliar sampai USD 12 miliar. Dari jumlah tersebut investasi yang masuk ke e-commerce sebanyak 15%-20% atau sekitar USD 2,5 miliar-USD 3 miliar.
Satu hal, Thomas menerangkan, sumber pendanaan domestik dan asing sudah seimbang di sektor e-commerce dan start up digital. Lebih dari 95% pemilik dan pekerja di Unicorn adalah orang Indonesia.
“Penempatan dana melalui modal ventura memang berbeda dengan konsep bisnis konvensional. Sumber daya manusia (human capital) atau pendiri (inovator) dari perusahaan start up menjadi penopang dari bisnis yang didanai modal ventura,” urai Thomas yang merintis karier di bidang modal ventura.
Menurutnya, peran pemodal ventura lebih pasif dibandingkan pemodal di bisnis lainnya. Mereka lebih percaya pendiri dan pelaksana bisnis e-commerce sebagai pengendali perusahaan. Investor modal ventura tidak mau membuat pendiri atau inovator dari bisnis e-commerce kehilangan peran.
Turut hadir dalam FMB 9 kali ini antara lain Menkominfo Rudiantara, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Founder PT Daya Cipta Mandiri Solusi Fanky Christian.