Indovoices.com -Sebuah laporan terbaru menampilkan negara-negara mana saja yang paling terkoneksi, paling inovatif, dan yang layanan daring serta gaya hidupnya maju secara digital sehingga menarik para ekspatriat dari berbagai penjuru dunia.
Konektivitas membentuk budaya di seluruh dunia dan di banyak tempat kehidupan digital semakin tidak terpisahkan dari rutinitas sehari-hari. Internet berkecepatan tinggi dan pembayaran non-tunai semakin mendorong perekonomian global. Bahkan, sejumlah negara menitikberatkan pada masa depan digital dengan layanan daring dan akses yang semakin baik.
Untuk mengetahui negara mana saja yang menempati posisi teratas dalam konektivitas generasi selanjutnya, komunitas jaringan global InterNations merilis laporan Digital Life Abroad.
Laporan itu memuat daftar peringkat negara-negara untuk ekspatriat berdasarkan ketersediaan layanan daring pemerintah, kemudahan mendapatkan nomor telepon seluler setempat, ketersediaan internet berkecepatan tinggi di rumah, pembayaran non-tunai, dan akses internet tanpa hambatan.
Kami kemudian berbincang dengan warga di negara yang posisinya paling tinggi dalam lima kategori tersebut untuk mengetahui apa rasanya tinggal di negara yang sangat terhubung.
Estonia
Menempati peringkat pertama dalam survei InterNations (posisi teratas dalam akses internet tanpa hambatan dan layanan daring pemerintah), Estonia berinvestasi banyak pada infrastruktur digital sejak meraih kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991.
Program e-Estonia yang disponsori pemerintah telah memproduksi pemilu elektronik, sistem kesehatan elektronik, perbankan elektronik, sampai kependudukan elektronik yang membuat seseorang bukan warga negara dapat mengajukan izin kependudukan virtual guna memperoleh kartu identitas, layanan perbankan, layanan pembayaran, dan kemampuan mendirikan perusahaan.
Program yang saat ini digalakkan sengaja dirancang untuk menarik minat kaum melek teknologi dan pebisnis asing yang ingin mendirikan perusahaan di Uni Eropa sehingga mendatangkan peluang bagi ekonomi Estonia.
“Memiliki akses internet dipandang sebagai hak asasi manusia di Estonia. Bahkan pulau terpencil di Estonia, seperti Pulau Saaremaa, punya akses internet,” kata Alexandra Nima, pengusaha asal Austria yang kini menetap di ibu kota Estonia, Tallinn.
“Di sini, segala sesuatu, mulai dari mendaftar sebagai penduduk hinga membuka perusahaan (daring), sangat cepat,” tambahnya.
“Jauh lebih mudah bagi saya menjawab sesuatu dari chat. Ketimbang menelepon sebuah toko untuk menanyakan apakah mereka buka pada hari libur, saya hanya menulis ke mereka melalui (layanan pesan) Viber,” kata Tarmo Annus, warga Kota Tallinn yang bekerja sebagai pengembang pada platform uang kripto, Obyte.
Infrastruktur digital ini bukannya tanpa kekurangan. Estonia adalah negara pertama yang mengalami serangan dalam pertempuran siber pada 2007.
“Serangan itu memblokir situs-situs dan melumpuhkan segenap infrastruktur negara. Kartu bank dan jaringan ponsel lumpuh, menyalakan alarm di mana-mana,” jelas Dave Phillips, yang saat itu menjabat duta besar AS untuk Estonia dan baru-baru ini menulis buku mengenai pengalamannya.
Akibat serangan itu, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menciptakan panduan dalam menangani pertempuran siber internasional dan Estonia mencetuskan ide pembentukan Pusat Kerja Sama Pertahanan Siber NATO guna mencegah kejadian serupa tidak terulang.
Finlandia
Finlandia menempati peringkat kedua dalam kehidupan digital secara keseluruhan dan peringkat pertama pada kategori pembayaran non-tunai.
Peranan internet di negara ini dianggap sedemikian penting, tahun 2010 pemerintah mendeklarasikan bahwa setiap warga negara punya hak sah secara hukum untuk mendapat akses koneksi pita lebar negara pertama di dunia yang melakukannya.
“Akses internet berkecepatan tinggi digabung dengan kebebasan berekspresi membuat ekosistem kami lebih berkesinambungan dan aman,” ujar Heikki Väänänen, warga Finlandia yang merupakan pendiri platform pemberi umpan balik dari pelanggan bernama HappyOrNot.
“Semua orang punya akses informasi dan punya peluang yang sama untuk belajar dan memberi dampak pada masa depan negara,” imbuhnya.
Kemudahan akses daring terhadap layanan pemerintah dan penerjemahan otomatis bagi banyak layanan sangat membantu, khususnya untuk ekspatriat baru.
“Kehidupan digital berarti otomatisasi, seperti pembayaran (otomatis) di supermarket. Ini juga berarti layanan daring dalam bahasa Inggris yang membuat rutinitas sehari-hari lebih mudah dijalani tanpa harus berbicara atau memahami bahasa Finlandia,” kata Peter Seenan, pria asal Skotlandia pendiri blog Finland My Home, yang telah menetap di Helsinki selama delapan tahun.
“Zaman sekarang ada begitu banyak informasi daring dalam bahasa Inggris di Finlandia, mulai dari pemesanan layanan dokter hingga memahami hak sebagai karyawan. Hal ini merupakan perubahan dramatis jika dibandingkan ketika saya pertama tiba di sini sebagai pelajar pada 2004.”
Infrastruktur digital di Finlandia berjalan beriringan dengan penitikberatan pada pendidikan dan komunitas. Alhasil, pemerintah pun berinvestasi pada lokasi-lokasi tempat orang bisa terhubung.
“Perpustakaan yang baru dibangun di pusat Kota Helsinki punya fasilitas digital yang menakjubkan. Pusat komunitas adalah lokasi menyenangkan, tempat semua orang dari berbagai latar belakang datang untuk berolahraga, makan, dan terkoneksi secara daring,” kata Seenan.
Meski punya sambungan internet yang bagus hingga ke daerah terpencil, bukan berarti penduduk di Finlandia terus melekat pada komputer dan ponsel.
“Orang-orang Finlandia menetap di tempat peristirahatan di musim panas, pikiran mereka pada dasarnya ‘terlepas dari sambungan internet’,” ujar Seenan.
Finlandia punya lebih dari 500.000 tempat tetirah di musim panas sehingga para penduduknya bisa mengalami relaksasi.
“Finlandia baru-baru ini mendapat predikat sebagai negara dengan penduduk paling fit di dunia (oleh Organisasi Kesehatan Dunia/WHO). Lebih dari setengah kelompok usia 30-64 tahun mencapai anjuran WHO untuk berolahraga setiap pekan secara moderat selama 150 menit atau berolahraga dengan intensitas tinggi selama 70 menit.”
Israel
Israel menjadi negara terdepan dalam teknologi ketiga di dunia. Kemudahan akses internet dan kemudahan dalam memperoleh nomor lokal di negara ini membuat Israel menjadi negara yang kuat dan inovatif dalam perkembangan teknologinya.
Negara ini juga dikenal dengan sebuat “ Negeri Startup’, di mana banyak warga Israel yang bekerja dan fokus pada dunia sosial dan komunikasi model digital.
Di Israel, tercatat terdapat lebih dari 1000 startup yang didominasi oleh anak muda. Tidak hanya itu saja, akses internet melalui wifi akan mudah didapatkan dan hebatnya lagi, gratis!
“Bahkan kaum manula punya ponsel pintar dan membuka Facebook atau menyampaikan pesan teks melalui WhatsApp atau chat melalui Messenger. Anda dengan mudah bisa melihat (seorang perempuan) dalam usia 70-an tahun menyampaikan pesan atau menggunakan panggilan video ke cucunya di suatu tempat di AS,” kata warga Israel yang juga duta InterNations, Maria Pinelis.
Menurut Rafael Hope, warga pinggiran Tel Aviv selaku CEO dan turut mendirikan bisnis media digital, Amen V’Amen, internet di Israel termasuk cepat, murah, dan dapat diandalkan.
“Saya pribadi kebanyakan bekerja dari rumah dan warung kopi. Itu artinya saya banyak mengandalkan internet umum . Banyak warung kopi menawarkan WiFi gratis, dan penyedia jasa telekomunikasi di Israel menawarkan WiFi umum di banyak lokasi bagi pelanggan untuk dipakai gratis.”
Mereka yang mencari gaya hidup start-up biasanya pergi ke Tel Aviv, yang juga dikenal dengan julukan “kota yang tidak pernah tidur”, kata Hope.
Kanada
Peringkat keempat negara terdepan dalam teknologi dan jaringan internet adalah Kanada. Negara ini memiliki konsistensi yang tinggi dalalm penyediaan layanan pemerintah secara online dan pembayaran tanpa uang tunai.
Kehidupan digital cenderung lebih mudah di kota-kota besar, tempat pemakaian teknologi lebih tinggi dan layanan internet lebih cepat dan banyak diakses.
“Kota-kota besar seperti Toronto lebih bersahabat bagi kehidupan digital,” kata Eric Wychopen, warga Kanada yang membuat blog Penguin and Pia.
“Lebih banyak metode pembayaran (non-tunai), termasuk pembayaran seluler yang tren di toko kecil dan baru,” jelasnya.
Konektivitas di Kanada cenderung lebih mahal ketimbang di negara lain karena industri telekomunikasi menjadi terkonsolidasi. Daya jangkau sinyal di tempat terpencil pun bisa tidak sepenuhnya bagus.
“Kanada secara reguler menempati jajaran negara-negara dengan akses internet termahal sekaligus internet ‘berkecepatan tinggi’ terlamban,” terang Thomas Jankowski, kepala bagian digital dan perkembangan dari platform perdagangan uang kripto, Coinsquare.
Namun, secara keseluruhan, ketersediaan layanan pemerintah secara daring dan akses daring tanpa batas (masing-masing peringkat kedelapan dan ke-11) memberikan pebisnis manfaat karena mudah untuk memulai dan mengelola bisnis di Kanada dari manapun.
“Mampu memulai dan mengoperasikan perusahaan secara daring, menangani urusan perbankan, operasional, pembukuan, pembayaran tagihan, memperbarui dokumen bisa dilakukan dari rumah, kafe, lokasi kamping, atau tenda.
“Dampaknya luar biasa dari sudut pandang menghemat biaya keekonomian sebuah bisnis dan penghematan waktu,” kata Jankowski.
Korea Selatan
Korea Selatan menjadi negara terdepan dalam teknologi penyediaan internet tercepat di rumah, dan hal ini memungkinkan para warganya memperoleh koneksi internet yang lancar di rumah masing-masing.
“Keseharian di Korea Selatan bergerak cukup cepat. Dari membeli makanan, mengantarkannya, sampai membayarnya dapat dilakukan hampir lima detik,” kata warga Seoul, Choi Ye Eun, yang menyukai layanan Kakao Bank—gabungan perbankan digital dan aplikasi pesan.
Selain menempati peringkat atas dalam kategori internet berkecepatan tinggi di rumah, Korsel punya kecepatan internet tertinggi di dunia. Itu artinya pilihan hiburan, dari game sampai streaming video bvisa diakses di mana-mana.
“Menakjubkan kami tidak bosan di kereta karena bisa menonton YouTube dan mencari berbagai tagar di Instagram,” kata Choi.
Warga Seoul, Lee Namoo (Martin), sepakat.
“Dunia iri dengan kecepatan internet di Korea. Saya sering menganggap biasa kami dapat melakukan streaming video tanpa gangguan, mengunduh game supercepat, dan juga berinteraksi melalui media dan komunikasi lain seperti panggilan video.”
Pemerintah Korsel relatif mengizinkan akses internet secara terbuka (tidak seperti di China dan Korea Utara) sehingga warga bisa berinteraksi secara beradab.
“Kesetaraan digital telah membawa kemajuan demokrasi di Korea Selatan. Akses internet tanpa gangguan telah membantu warga lebih tertarik pada masalah sosial dan membuat mereka mudah mengambil tindakan atas keputusan salah dari seorang politisi,” paparnya.
Media sosial disebut-sebut berpengaruh langsung pada aksi protes 2016-2017, yang berujung pada pengunduran diri mantan Presiden Park Geun-hye atas tuduhan penyalahgunaan kekusaan dan korupsi.
Pengaruh media sosial juga dirasakan pada gerakan #MeToo yang menghasilkan sejumlah penangkapan dan kesadaran publik soal pelecehan seksual.
Akan tetapi, kecepatan internet ada dampak negatifnya.
“Sejumlah layanan digital di sini kurang mumpuni dalam konteks penggunaan dasar dan perangkat lunaknya kadang kala memperlambat gawai saya dan merilis data pribadi,” ujar Lee.
Awal tahun ini, beberapa aplikasi Android di Korsel diketahui membocorkan kata sandi dan data keuangan penggunanya.
Korsel pun baru-baru ini masuk daftar peringkat negara dengan risiko potensi pelanggaran data tertinggi versi Bloomberg.
Sebagai alternatif untuk aplikasi lokal, Lee memilih memakai aplikasi dari AS, seperti Amazon dan PayPal. (bbc)