Artikel ini saya buat karena terinspirasi oleh salah seorang teman yang ingin menulis, tapi belum tahu bagaimana caranya, mungkin artikel sederhana ini dapat menjadi sedikit pedoman bagi para pembaca yang menghadapi masalah serupa. Saya sendiri adalah penulis pemula yang artikelnya masih bisa dihitung dengan jari, dan masih belajar menulis dari salah seorang master di IV yang saya hormati dan segani yaitu Madame X.
Kepada para penulis senior di IV yaitu Mas Palti, Mbak Emilly Emilly, Bang Suwandi Poerba, serta banyak lagi penulis senior lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, saya minta maaf sebesar-besarnya bahwa tulisan ini tidak dimaksudkan untuk “sok pintar”, hanyalah untuk saling berbagi kepada teman-teman pembaca yang lain, semoga bermanfaat dan bisa melahirkan penulis penulis IV yang handal ke depannya. Bila ada kesalahan atau kekeliruan, mohon koreksinya.
Baiklah, sekilas saya ingin menuliskan ketika awal pertama sebelum menjadi penulis di IV, saya juga komentator alias orang yang rajin berkomentar di artikel artikel opini yang ada, walau awalnya penuh keragu-raguan, namun berkat dorongan, motivasi salah satu penulis IV yang tidak pernah putus asa dan selalu menyemangati saya yaitu Madame X, akhirnya saya mencoba menulis artikel di bawah bimbingannya, yang sialnya mendapatkan murid yang bodoh seperti saya sehingga butuh kesabaran ekstra, terima kasih untuk beliau, saya ucapkan.
Menulis di sebuah media, khususnya media opini itu gampang gampang susah. Banyak yang bingung harus memulainya dari mana?, apakah cara penulisannya sudah benar?, apakah isinya menarik?, apa yang harus ditulis?
Berdasarkan ilmu yang saya dapatkan dari Madame X, pertama kali yang harus kita lakukan adalah mulailah menulis dari hal yang paling mudah terlebih dahulu, seperti makan bubur, mulailah dari pinggirnya, baru kemudian bergerak ke tengah. Banyak yang bisa kita jadikan inspirasi untuk menulis, bisa dari budaya, adat istiadat setempat, masalah lingkungan, bahkan rokok yang dihisap tetangga juga bisa dijadikan tulisan, misalnya mengenai asal mula rokok, kapan pertama kali masuk ke Indonesia, bahaya merokok serta kiat kiat berhenti merokok, itu semua bisa dirangkai menjadi sebuah artikel yang menarik apabila kita mampu menyajikannya dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti.
1. Yang pertama harus kita lakukan adalah menentukan, apa yang ingin kita tulis terlebih dahulu, apa temanya, apa yang ada dibenak Anda saat ini? Ingat, mulai dari yang ringan-ringan saja, misalnya yang terlintas di kepala Anda saat ini adalah “Roda”, tuliskanlah di selembar kertas kata “Roda”, sudah?
2. Langkah berikutnya adalah membuat kerangka tulisan, apa pokok atau point yang ingin kita sampaikan mengenai Roda, tuliskan dibawahnya, misalnya: Asal Mula Roda, Jenis Jenis Roda, Bahan Pembuat Roda, Ukuran Roda, Perkembangan Model Roda Dari Zaman Dahulu Hingga Zaman Now, dan seterusnya.
3. Nah berdasarkan kerangka yang sudah kita buat tersebutlah kita jabarkan lagi, misalnya mengenai Asal Mula Roda, dapat kita tulis kapan asal mula peradaban manusia mengenai roda, sekitar abad ke berapa, bangsa mana saja yang sudah menggunakan roda, ketika itu roda dipergunakan untuk apa saja dan seterusnya, demikian untuk poin poin berikutnya, usahakan untuk mencari referensi di internet dan jangan lupa mencantumkan link atau referensi tersebut dibawah tulisan kita nanti.
4. Abaikan tata cara penulisannya, abaikan titik komanya, bahkan bila anda ingin memakai bahasa pasaran seperti loe, gue, gimane, siape, terserah, pokoknya tulis dulu, untuk ejaan dan tata cara penulisan akan kita koreksi terakhir.
5. Setelah semua kerangka tersebut Anda kembangkan, bacalah sekali lagi, kira kira apa yang masih ingin Anda tambahkan, bila dirasa artikelnya terlalu pendek, coba kembangkan lagi, misalnya Anda bisa menambahkan perbedaan ukuran roda kendaraan roda 4 dengan kendaraan roda 2 serta fungsi ban pada roda tersebut. Usahakan sampai bisa terpenuhi 600 kata, itu standard penulisan di media opini.
Selamat, Anda sudah menyelesaikan separuh perjalanan.
6. Berikutnya, baca kembali tulisan Anda, di tahap ini kita akan melakukan koreksi, gunakanlah Bahasa Indonesia yang benar dan sesuai EYD (ejaan yang disempurnakan), tulisan gue diganti dengan saya atau aku, tulisan loe ganti dengan kamu, anda. Tulisan tulisan yang disingkat juga harus dikoreksi, misalnya dgn menjadi dengan, dst menjadi dan seterusnya, tulisan dikota menjadi di kota (huruf “di” harus dipisah bila menunjukkan tempat, dapat digabung bila menunjukkan kata kerja atau kata sifat). Bila bingung atau ragu-ragu, boleh menyontek dari tulisan tulisan di media mainstream. Untuk istilah istilah daerah atau bahasa pasaran yang mau tidak mau harus kita cantumkan karena merupakan penekanan terhadap artikel yang kita sajikan, tuliskan dalam huruf miring, misalnya: “Etek seatellor, ajem sengerremih” (Itik yang bertelur, ayam yang mengerami, gubernur lama yang bekerja, gubernur baru yang menikmati).
7. Tahap selanjutnya, periksa kembali apakah ada yang ketinggalan, bila dirasa sudah benar, kita lanjut ke referensi. Ingat, biasakanlah untuk mencantumkan referensi, selain untuk menghormati orang yang tulisannya kita jadikan referensi, juga sebagai tanda bahwa artikel yang kita sajikan memiliki dasar, bukan asal karang.
8. Yang terakhir, adalah tahap finishing. Baca kembali artikel Anda, lihatlah apakah ada yang tertinggal, apakah ada yang perlu dikoreksi lagi, bagaimana bahasa yang kita tuliskan, apakah terasa kaku atau sudah enak dibaca? Bila dirasa cukup, silahkan kirim ke admin Indovoices. Bila artikel Anda ditayangkan, saya ucapkan Selamat, Anda telah menjadi salah satu penulis di Indovoices
Sedikit catatan, jangan mudah putus asa bila artikel kita ditolak dan diminta koreksi berkali-kali oleh Admin, dari koreksi itulah kita bisa belajar untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik. Bahkan untuk artikel ini pun mengalami koreksi sebelum bisa ditayangkan.