Ahh.. Daripada bahas Ketua BEM UI yang ga jelas, mending saya bahas latar belakang Jokowi aja. Soal Asmat, dah pernah saya bahas di sini: Mereka Tidak Hanya Butuh Makanan Bergizi, Tapi Mereka Juga Butuh Infrastruktur, Rakyat Manja Sulit Memahaminya
Tahun 2012 lalu, beberapa hari sebelum Pilkada DKI berlangsung, saat itu agak bingung mau memilih siapa, saya belum mengenal Jokowi-Ahok secara dalam. Saat itu, saya juga tidak terlalu puas dengan kinerja Fauzi Bowo, Calon Gubernur Pertahana saat itu.
Singkat cerita, saya memilih Jokowi-Ahok. Saya tidak terlalu banyak ikut-ikutan politik, politik bagi saya saat itu hanya ke TPS di hari pemilihan, ngantri, setelah itu coblos dan pulang, tidak seperti sekarang ini.
Saya memilih hanya berdasarkan informasi yang beredar kalau kinerja mereka baik. Menurut info, yang satu baik di Solo dan yang satunya lagi baik di Belitung Timur. Info itu benar adanya saat saya melakukan pencarian secara mendalam soal kinerja mereka di sana, tidak terlalu susah dan lama untuk menemukannya. Tentu tidak sempurna, ada kekurangan, namun bukti kinerja mereka terlihat nyata di sana. Hanya orang yang hatinya picek dan penuh dendam yang tidak bisa melihatnya dan hanya melihat sisi negatifnya saja.
Setelah melihat kepemimpinan Jokowi di Jakarta selama beberapa bulan, membuat saya jadi ingin tahu lebih banyak tentang Jokowi.
Ada satu buku komik yang menurut saya sangat menarik, yang isinya tentang masa kecil Jokowi serta kerja keras dan keluarganya Jokowi (saya lupa judulnya).
Singkatnya, Jokowi yang berasal dari keluarga tidak mampu, yang pernah mengalami pengusuran berkali-kali dan hidup berpindah-pindah, orang tuanya pun bukan dari kalangan terpandang, tapi mampu menjadi Presiden. Hmm… Mantap kali lah Jokowi ini.
Luar biasa memang dan terlihat sederhana kalau dipersingkat seperti itu. Namun, itu semua terjadi tidak lepas dari ketulusan doa dia pribadi dan orang tuanya yang terus menerus serta dibarengin dengan kerja keras tanpa nyerah.
Tanpa kerja keras dan hanya mengandalkan doa, jelas Jokowi tidak mungkin bisa seperti itu.
Bahkan dari jauh sebelum menjadi Walikota Solo pun kerja keras Jokowi sudah terlihat dengan menjadi pengusaha mebel yang sukses.
Inilah yang membedakan Jokowi dengan pejabat lainnya. Tanpa perlu latar belakang keluarga yang mapan, Jokowi mampu meraih kesuksesan karena memang mengandalkan kerja keras hingga bisa jadi Presiden. Tanpa ada relasi khusus dengan pemegang kekuasaan manapun.
Selain kerja keras dan ketulusan hingga mampu membuatnya menjadi pengusaha sukses, kita juga bisa melihat ketulusan dan kerja kerasnya dalam membangun kota Solo saat dia menjadi Walikota, membangun Jakarta saat dia menjadi Gubernur dan membangun Indonesia tanpa lelah saat menjadi Presiden semua terlihat nyata dan jelas, hanya perlu merubah sudut pandang dari sisi pembangunan nyata dalam memandangnya.
Bangsa ini memang membutuhkan sosok seperti Jokowi yang punya typical kerja keras, tulus dan mandiri.
Tanpa Presiden yang kerja keras, maka pembangunan Bangsa ini akan stagnan dan gitu-gitu aja tanpa perubahan dan pembangunan yang berarti. Saat bangsa lain sudah mulai membahas bagaimana ke luar angkasa sekaligus melihat bentuk bumi yang sebenarnya, bangsa kita masih berpikir bagaimana membuat becak beroperasi kembali, bagaimana menjadikan jalan untuk PKL.
Tanpa Presiden yang tulus, maka setiap program pembangunan Bangsa ini hanya akan berfokus pada kepentingan pribadi dan kelompoknya. Sedangkan kepentingan Bangsa yang lebih basar, seperti kemandirian SDM, pemerataan pembangunan hingga ke pelosok negeri semua akan terabaikan.
Tanpa Presiden yang mandiri, maka dia tidak akan bisa membuat rakyatnya mandiri. Rakyatnya hanya akan dimanja dengan subsidi supaya menjadi pasif, konsumtif dan tidak kreatif serta tidak mandiri. Rakyat terlena dengan subsidi yang terus-menerus diberikan tanpa diarahkan bagaimana mengproduktifitaskan subsidi hingga lupa kalau hidup itu butuh perjuangan dari dirinya sendiri untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik, untuk mencapai kesuksesan. Bahkan, cenderung gampang menuding dan menyalahkan orang lain atas penderitaan, kesengsaraan dan kesusahan dirinya sendiri.
Tanpa 3 hal itu, rakyat hanya cukup dicokokin dengan subsidi yang konsumtif, manjain hingga terlena dan tidak perduli kalau pembangunan bangsa ini stagnan dan masih jauh tertinggal dengan bangsa lain. Bangsa ini hanya berhenti sebagai negara yang berkembang tanpa maju-maju lagi.
Rakyat tidak akan perduli apakah Presidennya sedang membangun bangsa ini lebih baik atau hanya sekedar foya-foya anggaran dan berkorupsi ria. Tidak perduli rakyat dengan itu, asal disubsidi. haizz.. sungguh menyedihkan ketika bangsa yang besar seperti Indonesia, memiliki rakyat yang manja, pasif akibat subsidi yang tidak tepat sasaran.
Saya pikir melihat 3 hal yang dimiliki Jokowi ini aja sudah cukup menjadi alasan untuk terus mendukung dia, yaitu kerja keras, ketulusan dan mandiri.
Selain itu, selama 3 tahun ini Jokowi pun sudah membuktikan lewat pembangunan Infrastruktur yang merata. Memang belum sempurna karena luasnya bangsa ini serta ketertinggalan yang jauh yang bahkan ada daerah yang tidak tersentuh pembangunan walau bangsa ini sudah 7dekadean merdeka.
Namun, minimal kita bisa melihat jelas bagaimana kerja keras dan ketulusan jokowi dalam membangun demi kemajuan bangsa ini, bagaimana Jokowi ingin memandirikan rakyatnya dengan mencabut subsidi yang konsumtif dan tidak tepat sasaran itu dengan mengalihkan subsidi itu ke subsidi yang lebih produktif seperti pemberian pupuk, kredit usaha yang ringan, dll.
Ada beberapa alasan konyol yang selalu digunakan orang untuk menolak Jokowi, yaitu:
Jokowi tidak tepatin janji kampanye
Kadang kita lupa, bagaimanapun Jokowi itu seorang politikus dan namanya politikus, tidak mungkin bisa memenuhi 100% janji politiknya.
Hingga saat ini, saya belum pernah menemukan politikus yang sanggup menepati 100% janjinya. Kalau tidak ada, apakah saya harus golput, kalau setiap politikus yang tidak menepati janji tidak layak didukung? hmm..
Saya pikir tidak demikian, kalau menepati janji hanya untuk sekedar mendapat suara saat pemilihan atau menyenangkan relawannya yang memenangkannya, jelas itu menjadi tidak tulus.
Itu hanya politikus yang membangun berdasar kepentingan pribadinya dan relawannya, bukan berdasarkan kepentingan bangsa yang lebih besar, yaitu menjadikan Bangsa ini menjadi bangsa yang maju dan yang kompetitif dengan bangsa lain.
Selain itu, menjalankan janji juga harus tergantung prioritas dan manfaat dari janji itu sendiri.
Biasanya saat kampanye, rata-rata para calon tidak mampu melihat keadaan secara detail kecuali sebagai calon pertahana. Saya pikir itu wajar-wajar saja dalam politik demi meyakinkan rakyat dalam pemilihan. Hampir semua politikus melakukan hal seperti itu.
Kita ambil contoh, janji yang sering ditagih pembenci Jokowi yang bahkan tidak memilihnya kemarin, yaitu soal beli kembali Indosat. Entah apa penting dan manfaatnya beli kembali Indosat untuk rakyat banyak?
kalau hanya sekedar telekomunikasi saya pikir masih bisa ditunda. Mengingat dengan keuangan negara yang terbatas, dibanding beli kembali Indosat, masih ada banyak hal lebih penting dari itu yang harus dilakukan negara, seperti pemerataan pembangunan daerah pinggiran yang jauuuhhh tertinggal, pembangunan bendungan, waduk serta embun untuk irigasi pertanian yang membutuhkan anggaran yang besar, dll.
Sebagai negara yang dikaruniakan tanah yang subur, sumber daya alam yang berlimpah, seharusnya bangsa ini makmur dan maju. Namun kenyataannya tidak, negara ini jauh tertinggal dibanding dengan tetangga yang kecil dan tidak ada sumber daya alam.
Oleh karena itu, masih banyak prioritas pembangunan yang harus lebih diutamakan dibanding membeli kembali Indosat, apalagi kalau kalau beli kembali Indosat hanya untuk sekedar menepati janji kampanye atau untuk menghibur rakyat bani micin agar kelak bisa memilihnya di pemilihan.
Bayangkan saat negara membutuhkam anggaran untuk bangun jalan di Asmat supaya lebih mudah diakses, tapi anggarannya malah dipakai untuk beli kembali Indosat hanya untuk menghibur kaum micin. SANGAT TIDAK PENTING KAN?
Justru ini membuat kita melihat ketulusan Jokowi dalam menjalankan pemerintahan. Jokowi tidak akan menghamburkan-hamburkan anggaran demi sekedar menepati janji kampanye untuk mendapat suara saat pemilihan di kemudian hari, padahal sama sekali tidak ada manfaat untuk kemajuan bangsa ini.
Jokowi membuat hutang menumpuk
Pada dasarnya hutang bangsa ini sudah numpuk sebelum Jokowi menjadi Presiden, isu hutang tidak lebih hanya isu murahan untuk menjatuhkan Jokowi.
Yang paling konyol ketika ada rakyat yang mengatakan bahkan zaman SBY walau hutang masih bisa subsidi sedangkan zaman Jokowi sudah hutang numpuk tapi subsidi pada dicabut.
Itu entah memang bodoh atau kebanyakan menengak micin hingga tidak bisa berpikir jernih. Padahal di zaman SBY, anggaran difokuskan untuk mensubsidi hingga banyak pembangunan yang mangkrak dan dikorupsi berjamaah. 10 Tahun pemerintahan SBY, negara ini bisa dibilang stagnan pembangunan. Kalaupun ada, sangat sedikit, tidak sebanding dengan hutang yang dihasilkan. Sedangkan rakyat yang disubsidi? Ya tetap gitu-gitu aja tanpa mampu menaikan status sosial mereka, yang miskin tetap miskin, yang susah tetap susah karena subsidinya hanya berupa subsidi konsumtif dan seringnya tidak tepat sasaran yang justru dinikmati oleh rakyat mampu.
Berbeda dengan Jokowi, yang memfokuskan hutang untuk pembangunan, untuk hal yang produktif sehingga kelak bisa memberikan penerimaan baru bagi bangsa ini yang kelak bisa digunakan untuk membayar hutang. Kalau hanya sekedar habis untuk dijadikan asap knalpot atau asap rumah tangga, kelak emang bisa pakai asap-asap itu untuk bayar hutang? #mikir
Jokowi buat rakyat makin susah
Kalau menurut saya, rakyat memang sudah susah dari dulu, tidak hanya di era Jokowi.
Salahnya pemerintah terdahulu adalah memanjakan rakyat susah dengan subsidi, yang membuat mereka sedemikian bergantung pada subsidi alias subsidinya salah arah. Semestinya subsidi itu berupa subsidi yang produktif yang mampu meningkatkan produktifitas rakyat, yang semakin memacu rakyat untuk berusaha dan berjuang keras untuk hidupnya sendiri, bukan malah semakin bergantung pada subsidi, tanpa subsidi membuat separuh hidupnya pergi.
Jadi, kalau anda rakyat yang hidupnya susah, ya berjuang dan bekerja keraslah untuk mengubah hidup anda. Bukan malah semakin bergantung pada subsidi yang membuat anda semakin tidak produktif, membuat anda semakin manja.
Akhir kata, seburuk-buruknya Jokowi, dia satu-satunya Presiden yang memiliki visi yang tulus untuk membangun Indonesia secara merata. Memang belum sempurna, tapi Jokowi tetap yang terbaik dari yang ada.
Ok lah Sekian..
Hans Steve