Karena itu, Presiden menilai lucu banget kalau kita nanti tidak saling omong dengan tetangga gara-gara beda pilihan, enggak saling omong antarkampung gara-gara beda pilihan.
“Ya kalau ada pilkada, Pilihan Bupati (Pilbup), Pilihan Wali Kota (Pilwakot), Pilihan Gubernur (Pilgub), Pilihan Presiden (Pilpres) ya dilihat saja kandidatnya. Misalnya ada 1, 2, 3, 4, dilihat, prestasinya apa dilihat, punya pengalaman enggak memerintah dilihat? Punya prestasi ndak dilihat, programnya apa dilihat, idenya apa dilihat, gagasannya apa dilihat, pilih, sudah begitu saja,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan sambutan pada penyerahan 3.000 sertifikat hak atas tanah di Lapangan Bola Arcici, Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat (Jakpus), Sabtu (26/1) siang.
Tapi kalau beda dengan tetangga, kalau beda dengan tetangganya, menurut Presiden, ya enggak apa-apa, wong beda saja kok. “Mungkin tetangga kita pilih yang ganteng ya enggak apa-apa,” ujar Presiden seraya mengingatkan, kalau untuk mengelola sebuah daerah, mengelola sebuah provinsi, mengelola sebuah negara mestinya dilihat prestasinya, pengalamannya, track record-nya, programnya apa, idenya apa, gagasannya apa.
Berpolitik Santun
Dalam kesempatan itu Presiden Jokowi mengemukakan, kalau sudah masuk ke urusan politik, sering ada gesekan iara-gara mesti urusan politik. Presiden mengaku kadang dirinya meras jengkel melihat kayak begitu itu. Apalagi kalau sudah masuk bulan politik, tahun politik, fitnah di mana-mana, hoaks di mana-mana, kabar bohong di mana-mana, ujaran kebencian di mana-mana.
“Coba dilihat, saya ini sudah empat tahun diam, enggak pernah bicara. Presiden Jokowi itu PKI, di bawah itu isunya kayak begitu. PKI itu dibubarkan tahun ‘65 – tahun ‘66, saya lahir tahun ‘61, umur saya baru empat tahun, masih balita. Masa ada PKI balita? Ada PKI balita?” ungkap Presiden seraya menambahkan, berdasarkan survei yang terakhir ada sembilan juta orang percaya mengenai ini.
Untuk itu, Presiden Jokowi menekankan, dirinya sekarang ngomong karena kalau enggak omong nanti tambah jadi dua belas juta nanti. “Ya saya omong apa adanya. Saya kemarin empat tahun saya diam, ya Allah sabar, sabar, sabar, sabar tapi sekarang omong saya,” ujarnya.
Kepala Negara mengajak semua pihak untuk berpolitik yang santun, berpolitik yang beretika. “Marilah kita berpolitik dengan tata krama yang baik. Wong bangsa kita inikan dilihat dari luar itu budi pekertinya baik, sopan santunnya baik, tata kramanya baik, ramah tamah,” ucap Kepala Negara seraya menambahkan, kita harus junjung tinggi adab, etika, tata krama, sopan santun dalam kita berpolitik.
“Silakan berbeda pilihan, tidak apa-apa kok. Berbeda pilihan enggak apa-apa, tapi cara-caranya jangan dengan fitnah, dengan ujaran kebencian, dengan mencela,” sambung Presiden.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sofyan Jail, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (UN/AGG/ES)