“Masbro…. hahahah… so true. Jadi siapa yang benar? bang Fary Francis yang salah ataukah Rachel Maryam memang kepingin makan semen dan aspal“
Begitulah komentar teman saat kami diskusi mengenai keberhasilan Jokowi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Yang anehnya dinyinyirin kaum oposisi yang justru menunjukkan ketololan kebodohannya. Saking banyaknya saya tidak tahu dan tidak bisa menyebutkan siapa saja yang telah mempertontonkan kebodohannya. Dan uniknya mereka-mereka ini sendiri juga tidak satu suara.
Sebut saja Fary Djemy Francis, Ketua Komisi V, dari Partai Gerindra. DPR Fary Djemy Francis mengatakan, pembangunan infrastruktur justru hanya menjadi ajang pencitraan bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menghadapi kontestasi politik pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Saya harus mengkritisi Fary Djemy Francis, yang mana salah seorang senior saya di sebuah pelayanan alumni, soal hal ini. Bang Fary, seandainya Pak Jokowi membangun infrastruktur demi pencitraan, maka tidak perlu bangun Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan daerah-daerah lain. Tidak perlu membangun Nusa Tenggara Timur, kampung halamannya bang Fary Djemy Francis. Pak Jokowi cukup mengikuti kebijakan yang selama ini Jawa-sentris, cukup bangun di wilayah yang penduduknya banyak agar di 2019 nanti tetap terpilih.
Tapi kenapa pak Jokowi tetap ngotot membangun daerah lain? Mungkin bang Fary Djemi Francis masih ingat peristiwa PRRI/PERMESTA. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sila ke-V Pancasila, berlaku bukan hanya untuk wilayah Jawa. Bukan hanya untuk satu golongan Suku, Agama, Ras atau Golongan tertentu.
Berbeda pendapat dengan bang Fary Francis, rekan beliau yang sama-sama duduk di kursi DPR RI dan Partai Gerindra, Rachel Maryam, mengakui keberhasilan pemerintah dalam pembangunan. Rachel mengatakan pemerintah bisa membanggakan pembangunan di mana-mana, tol, LRT dan sebagainnya. Saya jadi terpikir, sesama oposisi dari partai yang sama dan sama-sama anggota DPR kok gak kompak ya.
“Masyarakat menengah ke bawah begitu merasakan kegagalan pemerintahan saat ini. Pemerintah bisa membanggakan pembangunan di mana-mana, tol, LRT dan sebagainnya. Tetapi kurang memperhatikan pembangunan manusiannya. Apakah iya anak-anak masyarakat miskin bisa dikasih makan semen, tol? Apakah bisa dikasih makan Aspal,” kata Rachel saat bertemu relawan Prabowo di Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 15 Agustus 2018.
Pembangunan Infrastruktur di Era Pemerintahan Jokowi
Sayangnya Rachel menunjukkan kebodohannya sendiri karena menunjukkan minimnya pengetahuan dan wawasannya. Rachel menunjukkan ketidakpahamannya akan substansi pembangunan manusia dan pentingnya infrastruktur dalam jalur produksi dan distribusi. Pembangunan infrastruktur menjaga kesinambungan kegiatan produksi, serta mempercepat jalur distribusi produk, yang otomatis akan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan pembangunan ini, harga-harga yang selama ini bisa dipermainkan mafia-mafia seenak udel, bisa lebih cepat sampai dan harga yang lebih murah. Salah satu contoh adalah kebijakan satu harga BBM diseluruh Indonesia. Persoalan pembangunan manusia tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa infrastruktur yang menunjang. Rachel lagi-lagi menunjukkan minimnya pengetahuan dan wawasannya. Pengembangan SDM Menjadi Prioritas Pemerintah. Di RAPBN 2019, pemerintah juga menitikberatkan pembangunan SDM.
Saya jadi heran sebegitu burukkah demokrasi kita ini sehingga hanya bisa menghasilkan oposisi pemerintahan yang bisanya hanya nyinyir dan asal bunyi?