Oleh: Gurgur Manurung
Indovoices.com – Bulan April tahun 2019 kita akan Pemilihan Umum ( Pemilu). Dalam Pemilu itu kita memilih Presiden/Wakil Presiden (WAPRES). Juga kita memilih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah Provinsi (DPRD) Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di tingakat Kabupaten/Kota. Kita juga memilih Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Pemilu itu adalah puncak pesta demokrasi. Kita semua warga negara akan berpesta. Lalu, bagaimana sikap kita yang benar untuk menyambut pesta kita itu? Apakah kita menikmati dialog sesama warga negara atau sesama kita ada yang sinis? Heran iya, jika ada sinisme menjelang pesta kita yang akbar. Semua kita pesta. Namanya juga pesta demokrasi.
Di media sosial dan dalam kehidupan sehari-hari ada yang sinis kepada Calon Legislatif (Caleg). Mengapa ada yang sinis? Ada yang bilang, Calegnya tidak mutu. Mereka tidak memahami persoalan rakyat tapi kok jadi Caleg? Apa tidak ada yang lain? Lucunya yang sinis itu, yang merasa pintar itu tidak mau jadi Caleg. Kalau memang paham persoalan rakyat, hebat berpolitik, mengapa tidak Caleg saja?
Apakah kita sadar, jika tidak ada yang mau jadi Caleg pesta kita gagal berpesta? Siapa yang akan kita pestakan jika semua kita sinis? Artinya, mau saja jadi Caleg, kita sudah bersyukur.
Apa tidak ada yang lebih pintar dari mereka? Semua partai politik ingin Calegnya pintar dan keren. Karena keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) maka mereka mendaftarkan kadernya yang terbaik. Sama halnya akan betapa sulitnya beberapa partai politik mencari Caleg Perempuan untuk memenuhi Undang-Undang 30 % setiap Dapil.
Lalu, bagaimana sikap yang benar untuk membangun demokrasi kita agar makin berkualitas? Menurut saya kita dorong para Caleg ini untuk lama kelamaan makin bermutu. Kita awasi dan dorong mereka menjadi Caleg yang berkapasitas mumpuni.
Bagi saudara kita yang merasa memahami politik maka alangkah baiknya mendorong Caleg-Caleg yang serba berkekurangan ini untuk berpolitik dengan baik. Dan, kita terlibat melakukan gerakan agar rakyat memilih orang baik dan partainya konsisten terhadap dasar negara kita Pancasila.
Kalau saya ditanya, bagaimana cara mendorong para Caleg untuk pembangunan demokrasi kita? Jawaban saya adalah dukunglah Caleg yang partainya nasionalis dan mendukung Presiden yang anti Korupsi. Kemudian, dukunglah Caleg yang baik dan partainya terus berubah untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Di Tingkat Provinsi dan Kabupaten kelak memilih Gubernur dan Bupati/Walikota yang cerdas dan berintegritas. Partai yang mendukung Ridwal Kamil di Jawa Barat dan Ahok di DKI Jakarta patut kita apresiasi. Walaupun Ahok kalah, tapi menang dalam pembangunan demokrasi. Demokrasi itu mengajarkan kepada kita agar mendukung orang berintegritas, kapabel dan toleran.
Jadi, berhentilah kita sinis kepada Caleg. Waktunya kita membangun demokrasi di tengah keterbatasan berbagai hal. Dengan demikian, pesta demorasi kita semarak dan semua rakyat bergembira. Jika kita cerdas, Caleg memiliki segudang kekurangan maka kita dampingi yang terbaik menurut kita. Kelak, Caleg kita lama kelamaan menjadi cerdas. Itu yang disebut kaderisasi.
#gurmanpunyacerita