Hongkong yang dulu sangat mengasyikkan kini berubah. Penyebabnya aksi demo yang sudah berjalan berbulan-bulan. Tepatnya sudah memasuki bulan ke-5. Ironinya, belum ada tanda-tanda akan berhenti. Padahal, semua tahu. Sejak lepas dari Inggris pada tanggal 1 Juli 1997, Hongkong terkait erat dengan Cina. Sebuah negara yang saat ini walau sudah menjadi salah satu raksasa perekonomian dunia, tapi tetap tidak berdasarkan azaz demokrasi. Sebaliknya menerapkan kebijakan “Tangan Besi.” Tidak hanya kepada para kriminal atau koruptor. Utamanya kepada para “pembangkang” negara di mana Hongkong termasuk di dalamnya.
Aneh bin jemila! Sampai saat ini aksi demo masih terus melanda Hongkong. Mulai dari aksi demo baik-baik. Sampai mengarah tindakan anarkis. Korban dari 2 pihak, baik aparat maupun rakyat Hongkong pun, semakin banyak yang berjatuhan. Padahal beberapa tuntutan rakyat Hongkong sudah dipenuhi. Salah satunya adalah RUU Ekstradisi. Ironinya, sampai saat ini belum ada tanda-tanda aksi demo akan berhenti.
Kok bisa ya?
Patut menduga, ada Amerika dan Inggris di belakang gerakan demo ini. Maklum, Inggris masih kebelet mendapatkan Hongkong kembali. Bukankah saat melepas Hongkong ke Cina karena terikat perjanjian, Inggris terlihat jelas tidak rela? Amerika? Ya, namanya juga sekutu dengan Inggris. Lagi-lagi kepentingan politik dan ekonomi ada di balik semua ini. Baik untuk Amerika, apalagi Inggris.
Terlepas dari (patut menduga) hal di atas. Satu hal paling utama kenapa demo di Hongkong bisa berlarut-larut adalah SOLIDITAS mayoritas rakyat Hongkong yang pro demokrasi. Simbol akan hal ini terlihat pada hari Jumat, 23 Agustus 2019 yang lalu. Puluhan ribu, bahkan diperkirakan mencapai ± 135.000 orang, pengunjuk rasa saling bergandengan tangan membentuk RANTAI MANUSIA. Guna menyuarakan protes damai terhadap pemerintahan mereka, terhadap Beijing, dan tuntutan untuk melakukan reformasi demokratis.
RANTAI MANUSIA itu membentang dari mulai jalur-jalur kereta bawah tanah Kepulauan Hongkong, di Kowloon melintasi Victorai Harbour dan New Territories dekat perbatasan Cina daratan. Mereka menyebutnya “The Hongkong Way.” —Terinspirasi oleh The Baltic Way yang terjadi di kawasan Baltik pada 23 Agustus 1989 silam. Saat sekitar 2 juta manusia bergandengan tangan melintasi Latvia – Lithuania – Estonia.
Jelang Pelantikan Jokowi
Tidak lama lagi, ya tidak lama lagi. Tepatnya tanggal 20 Oktober 2019 yang akan datang. Jokowi akan kembali dilantik menjadi Presiden. Semua ini tentu tidak lepas dari campur tangan kuasa kasih TUHAN sehingga ± 55% rakyat Indonesia kembali mencobolos muka Jokowi. Sampai-sampai kertas yang ada foto Jokowi jadi bocel-bocel. Walau hal ini bermakna kemenangan ada di tangan Jokowi.
Aneh bin jemila! Mendadak aksi demo kembali melanda. Tidak hanya Jakarta. Beberapa kota di Indonesia, seperti Wamena, Medan, Kendari, dan lain sebagainya, juga dilanda aksi demo. Korban dari pihak aparat maupun rakyat pun berjatuhan. Paling parah di Wamena. Beruntung aparat keamanan siap sedia dan sigap. Bahu membahu, polisi dan tentara mengawal aksi demo. Harapan bisa mengulang Peristiwa 1998 saat Soeharto lengser, pelan tapi pasti menguap.
Dengan cepat beredar “rumor” di kalangan masyarakat yang waras dan bernurani. Konon katanya, ada “kelompok minoritas” tapi punya dana tidak terbatas di balik semua aksi demo ini. Konon lagi katanya, “kelompok” ini tidak mau pelantikan Jokowi menjadi Presiden RI untuk kedua kalinya berjalan lancar bin sukses. Jadi, berapapun dana yang diperlukan. Selalu siap sedia. Terpenting, pelantikan Jokowi pada 20 Oktober 2019 yang akan datang harus bisa dihentikan alias “gagal.”
Selidik punya selidik, ahaaa, ketahuan juga. Ternyata “kelompok minoritas” ini adalah orang-orang yang selama belasan, bahkan puluhan tahun, menikmati kekayaan alam Indonesia. Termasuk uang pajak rakyat Indonesia. Bayangkan, selama bertahun-tahun “kelompok” ini walau ongkang-ongkang kaki tapi tanpa henti tetap menerima gemerincingan dolar dari Petral. Atau komisi rutin dari Freeport. Atau juga dari bunga bank di luar negeri yang jumlahnya asli sadizzz. Dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Baru di era Jokowi keadaan berubah. Ya, gara-gara Jokowi. Petral tutup. Saham Freeport kini menjadi 51% milik Indonesia. Bahkan tabungan di luar negeri hasil “jarahan” yang jumlahnya wow banget. Dengar-dengar akan ditarik kembali ke Indonesia. Seret deh jadinya. Dijamin “kelompok minoritas” ini super dendam dedemit kesumat kesumit jemila sama Jokowi.
Berhentikah Aksi Demo Jelang & Saat Pelantikan?
Pelantikan Jokowi tanggal 20 Oktober 2019 hanya tinggal hitungan hari. Jakarta yang kemarin-kemarin sempat heboh dengan berbagai aksi demo, kini “relatif” adem-ayem. Akankah situasi dan kondisi akan tetap adem-ayem beberapa hari jelang, bahkan saat hari H?
Kebayang gak kalau punya dendam dedemit kesumat kesumit jemila seperti “kelompok minoritas” yang notabene sudah punya kekayaan sadizzz banget. Dijamin pasti TANPA HENTI akan terus berupaya untuk menggagalkan pelantikan Jokowi pada tanggal 20 Oktober 2019 yang akan datang. Baik jelang Hari H ataupun saat Hari H. Jadi patut menduga, di rumah mewah mereka. Atau di private jet mereka. Atau di yacht mereka. Atau bahkan di negara lain. “Kelompok minoritas” ini tanpa henti terus merancang “kudeta” pelantikan Jokowi.
Mari Bergerak!
Samakah aksi demo di Hongkong dengan Indonesia? Jelas beda dong! Kalau di Hongkong, masyarakat pro demokrasi sangat solid mendukung agar iklim demokrasi tetap terjaga lalu berdemo. Di Indonesia justru sebaliknya. Hanya “kelompok minoritas” yang punya duit gede banget yang menggerakkan aksi demo. Bukan seperti mayoritas rakyat Hongkong. Juga bukan mayoritas rakyat Indonesia seperti peristiwa 1998. Melainkan “kelompok minoritas” ini menunggangi “kebodohan” sekelompok kecil masyarakat. Juga sekelompok kecil yang “sakau” agama tanpa henti. Jadi, sama atau beda? Ya pasti beda lah!
Oleh karena itu menjadi pertanyaan kepada yang waras dan bernurani yang memenangkan Jokowi: “Akankah terus membiarkan kelompok pendendam dedemit kesumat kesumit jemila ini seenaknya mengobok-obok NKRI tercinta?” Ingat The Baltic Way? Ingat The Hongkong Way? Inilah saatnya, tepatnya di tanggal 20 Oktober 2019, yang waras dan bernurani BERGERAK. Mari, ya mari, pada tanggal 20 Oktober 2019 melakukan The Jokowi Way. Mari bikin RANTAI MANUSIA mengelilingi gedung DPR/MPR yang akan menjadi saksi bisu pelantikan Jokowi menjadi Presiden RI untuk yang kedua kalinya. Guna menjadi saksi hidup atas pelantikan Jokowi dengan situasi dan kondisi yang damai, aman, dan tenteram. Sambil tidak lupa mengucap syukur dan terima kasih kepada TUHAN Yang Maha Esa.
Ever Onward No Retreat! Carpe Diem!