Manusia merupakan makhluk paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain didunia ini, setidaknya manusia dibekali oleh akal pikiran yang dapat membedakan mana yang baik dan buruk. Setiap manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada yang diberikan wajah yang cantik rupawan, ada yang diciptakan “biasa” saja, ada yang cerdas dan ada juga yng lambat dalam berpikir. Uniknya, setiap manusia mempunyai pikiran yang berbeda-beda, meskipun itu adalah anak kembar. Terkadang kita berjumpa dengan orang yang baik, terkadang kita bertemu dengan orang yang tidak baik. Kriteria orang yang baik itu diantaranya, ramah, tidak sombong, suka menolong dan sederhana. Sementara itu, orang dapat dikatakan jelek apabila orang tersebut ,mempunyai sikap sombong, suka mencela, tidak menghargai sesama, tamak dan masih banyak lagi yang lainnya.
Didalam cerita wayang dalam kisah Mahabarata, sosok baik digambarkan sebagai Pandawa dan yang bersebrangan adalah dari kelompok Kurawa. Dalam cerita tersebut Pandawa terdiri dari lima orang yang mempunyai budi luhur sedangkan Kurawa terdiri dari seratus anak yang mempunyai sikap yang buruk, tidak punya sopan santun, suka berjudi, tamak, sombong dan lain sebagainya. Padahal kedua kelompok tersebut masih saudara, akan tetapi demi sebuah tahta, kekuasaan dan harta mereka saling membunuh. Kurawa yang diketuai oleh Duryudhana ingin mengambil hak dari Yudistira yang sebenarnya merupakan pewaris tahta kerajaan Hastinapura. Kerajaan tersebut adalah milik dari Ayahanda Pandawa yang telah meninggal, karena umur anak-anaknya belum cukup maka kekuasaan sementara dilimpahkan kepada adiknya yang merupakan ayah dari Kurawa. Sehingga dalam epos Mahabarata terjadilah perang di Kuru Setra yang dikenal sebagai perang Baratayudha. Didalam kubu Kurawa, terdapat seorang patih yang licik. Patih tersebut bernama Sengkuni.
Sengkuni tidak punya kelebihan berperang akan tetapi ia terkenal dengan kelicikannya, pandai mengadu domba antara Pandawa dan Kurawa. Patih ini mempunyai seribu taktik untuk menjatuhkan kaum pandawa, pandai berkilah dan sering menipu demi kepentingan dirinya sendiri. Berbagai cara dihalalkan untuk mencapai keinginannya. Pada akhir cerita Pandawa yang memenangkan pertarungan tersebut, kisah ini menyiratkan bahwa kebaikan akan selalu menang melawan kejahatan. Terlepas cerita tersebut hanya sebuah cerita dongeng semata ataukah memang benar adanya, kita dapat mengambil hikmah yang terdapat didalamnya. Harta, Tahta, wanita merupakan 3 hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Orang bisa berbuat apa saja demi tiga hal tersebut. Hal yang perlu dikhawatirkan didalam kehidupan bernegara bukan hanya musuh nyata didepan mata. Akan tetapi yang lebih berbahaya adalah musuh yang tidak nyata, atau musuh dalam selimut.
Berbicara kekuasaan, semua orang pasti ingin memilikinya. Dengan kekuasaan apapun bisa dilakukan. Contoh saja seorang Presiden, kemanapun selalu dikawal oleh Paspampres, semua orang akan tunduk didepannya. Dihormati, dihargai dan diakui oleh masyarakat adalah impian siapapun. Dalam pandangan orang awam, menjadi presiden itu enak. Seperti lagu Radja, yang mengatakan enaknya menjadi raja adalah tinggal tunjuk sana tunjuk sini maka akan didapatkan semua kemauannya. Selain dijamin dari sisi materi, keluarga pun akan dipandang dan disegani layaknya raja-raja jaman dulu dan akan tercatat dalam sejarah perjalanan suatu bangsa. Sehingga banyak anak-anak akan menjawab menjadi Presiden apabila ditanyakan cita-citanya. Faktanya menjadi orang nomor satu di sebuah negara itu belum tentu enak seperti yang dibayangkan orang awam. Seorang Presiden merupakan pemimpin, nahkoda negara yang akan membawa mengarungi sebuah samudera.
Seorang Kepala Negara harus mengikuti aturan-aturan yang ketat dalam kesehariannya, misalnya tidak boleh berpergian seorang diri dan harus selalu dikawal dalam hal ini adalah Paspampres. Menjadi Presiden tidak begitu saja mempunyai kebebasan seperti masyarakat awam yang tidak terikat oleh aturan-aturan didalamnya. Hal tersebut baru baru tentang aturan-aturannya, hal yang lebih penting lagi adalah seoarang kepala negara harus mempunyai mental kuat. Lawan-lawan politiknya pasti akan selalu mencari celah untuk mencari kesalahan Presiden. Wajar saja hal tersebut terjadi, karena dalam pertarungan dalam pemilu hanya satu orang yang kan menang dan menjadi Presiden. Syukur apabila lawan tersebut mepunyai jiwa besar, akan tetapi ada yang merasa kecewa akan kekalahannya. Barisan-barisan sakit hati ini aka selalu mencoba segala upaya untuk mengganggu sang pemenang.
Setiap keputusan yang diambil oleh Presiden akan mempunyai dampak bagi masyarakat, tentunya tidak semua akan merasa bahagia dengan keputusan tersebut. Hal ini bisa dimengerti karena setiap manusia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda, ingat manusia diciptakan berbeda. Sangat sulit untuk memenuhi semua keinginan banyak orang. Bahkan orang tua saja belum tentu bisa berlaku adil bagi anak-anaknya apalagi Presiden yang harus memimpin ratusan juta jiwa. Sedikit saja senuah keputusan tidak menguntungkan bisa dikritik atau bahkan didemo karenanya. Maka dari itu dalam mengambil keputusan harus dipikirkan dengan sangat hati-hati sebelum dikeluarkan. Seorang Presiden bahkan sering dihina, diejek ditolak dalam kunjungannya hanya karena tidak bisa memuaskan semua pihak. Presiden juga manusia kan? Bisa salah juga, bisa lupa, bisa khilaf.
Akhir-akhir ini seorang Prsiden bahkan dikritik karena dianggap terlalu mewah dalam menyelenggarakan pernikahan anaknya. Sampai segitu dalam perhatian orang terhadap peminpin negara, padahal penulis melihat upacara pernikahan tersebut tidak menggunakan fasilitas negara, tidak merugikan negara seperti koruptor. Jauh-jauh hari sudah dijelaskan bahwa tamu tidak diperkenankan membawa hadiah dalam bentuk apapapun, karena sang Presiden menghargai dan menaati aturan main. Beliau sadar bahwa harus tunduk dan aturan yang berlaku, dan semua dari awal sampai akhir acara semua dikerjakan dengan bantuan dan biaya keluarga. Sang Presiden pun sampai tidak ingin mengambil cuti karena tidak ingin mengabaikan tanggung jawabnya. Memang ada yang mengatakan bahwa seorang pejabat negara hanya boleh mengundang kurang lebih 400 orang, akan tetapi Presiden adalah anomali dalam hal ini. Bisa dibayangkan jika Bapak Presiden hanya mengundang sebagian orang saja maka rakyat lain akan merasa cemburu dan dikatakan tidak adil. Serba salah memang menjadi seorang Presiden, maju kena mundur kena. Bayangkan kalau yang diundang hanya 400 orang, jika yang diundang hanya para menterinya saja sudah penuh kuota tersebut, karena tidak mungkin para menteri itu datang sendiri saja kan?. Apa kata orang kalau para Menteri datang ke pesta pernikahan hanya sendiri saja, masak menterinya jomblo semua. Katakanlah para Menteri tidak diundang, cukup anggota Dewan Perwakilan saja yng diundang, apa kata kepala daerah yang lain?. Untuk ukuran 8000 undangan sebenarnya masih terlalu kecil untuk seorang Kepala negara yang membawahi ratusan juta orang.
Jadi, mewah tidaknya pesta kemarin adalah bagaimana cara kita memandangnya, siapa yang mempunyai gawe, kalau seukuran kepala desa mengundang 8000 orang mungkin itu bisa dikatakan berlebihan. Lah wong pembiayaannya semua memakai uang pribadi kok, kateringnya juga dari keluarga, apa yang mau dipermasalhkan?. Begitulah kalau orang sudah membenci, apapun yang dilakukan lawannya walaupun itu sudah benar dan tidak melanggar aturan tetap dipermasalhkan. Kemudian kita kembali kedalam cerita Mahabarata, apakah mungkin di negeri kita masih ada perwujudan dari Pandawa, perwujudan dari Kurawa atau bahkan ada Sengkuni?. Apabila Pndawa ada, Kurawa ada dan Sengkini ada, maka bersiap-siaplah untuk mewaspadai kehadirannya. Warga negara yang baik tidak akan mencari kesalahan orang lain, akan tetapi memberikan ide-ide masukan yang baik dan membangun adar pemerintahan berjalan dengan baik.
Masyarakat harus lebih cerdas dalam melihat situasi, jangan mudah diadu domba atas nama apapun juga. Kita sudah hidup dengan keberagaman suku, bahasa, dan agama dibawah Pancasila sejak dahulu. Jangan sampai kita dimanfaatkan sekelompok orang demi kepentingan diri sendiri atau kelompoknya. Akhir kata semua terserah bagaimana kita menyikapi persoalan, msyarakat harus lebih sabar dalam menunggu kerja dari pemerintahan sekarang. Hanya hati kita sendiri yang bisa menilainya. Tidak ada yang instan, semua butuh proses, biarkan pemimpin kita bekerja, kita hanya perlu mengawasi dan jangan mencela, sebaliknya bantulah dengan doa agar tercipta kehidupan bangsa yang baik. Dan, diposisi manakah kita apakah masuk dalam golongan Pandawa, Kurawa atau bahkan kita Sengkuni?. Hanya hati kita sendiri yang bisa menilainya, semoga kita dijauhkan dari sifat tercela dan didekatkan dengan orang-orang baik dalam kehidupan kita.