Isu ekonomi selalu saja menjadi barang dagangan menjelang pemilihan presiden.
Bulan-bulan lalu belum ada yang mengatakan ekonomi di era Jokowi berada pada jalan yang salah. Dari legislatif sendiri juga tidak ada kritik menyoal sistem ekonomi negara kita. Barulah menjelang pencalonan presiden, mendadak isu itu muncul ke permukaan.
Setelah beberapa waktu lalu Fadli Zon mengatakan hidup semakin susah, kini giliran Prabowo angkat bicara soal ekonomi. Maklumlah, Selasa besok dengar-dengar Prabowo akan segera mendapat deklarasi dukungan dari Said Iqbal. Dari Said Iqbal lho ya, bukan dari buruh! karena kalau buruh jelas pilih Jokowi.
“Kita tinggalkan UUD 45, Pasal 33, karena itulah kekayaan Indonesia tak ada di Indonesia,” ujar Prabowo saat memberikan pidato di The Kemuning, Menteng, Jakarta Pusat.warta kota.
Padahal jujur saja kenyataan di lapangan mengatakan bahwa ditengah kelesuan ekonomi global, Indonesia termasuk salah satu negara yang mampu bertahan dan tidak begitu signifikan terkena dampaknya.
Pertumbuhan ekonomi Jokowi memang tidak mencapai target 7 persen yang dijanjikan, wajar karena memang ekonomi dunia sedang lesu.
Kalau saya sih tidak usah susah-susah menilai kondisi perekonomian. Lihat saja terminal, stasiun, pelabuhan dan bandara, kalau tempat-tempat itu sepi penumpang, berarti keadaan ekonomi kita lesu atau bahkan bisa dikatakan darurat.
Faktanya, maskapai penerbangan kekurangan pilot dan pesawat untuk memenuhi kebutuhan penerbangan. Stasiun berjubel penumpang, terminal dan pelabuhan pun kondisinya serupa.
Tempat wisata baru di hampir seluruh pelosok daerah terus bermunculan, pun selalu penuh dengan wisatawan domestik, lalu sebelah mananya yang lesu?
Sehingga klaim Prabowo ekonomi kita saat ini ada pada jalan yang salah bisa saya pastikan fiksi dan fiktif. Itu hanya cara dia cari bahan untuk nyerang Jokowi.
Saya yakin soal ekonomi ini akan sangat mudah dijawab oleh Jokowi dan tim ekonominya. Apalagi jika nanti bu Sri Mulyani, menteri keuangan terbaik di dunia ini menjadi wapresnya Jokowi.
Pada akhirnya, pernyataan Prabowo ini akan mentah dan tidak akan ngefek apa-apa. Lha angka kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi saja 73% kok!
Ini malah mengingatkan saya pada pilpres sepuluh tahun lalu dimana pasangan capres dan cawapres Sby-Boediono juga diserang isu ekonomi. Saat itu paslon lawan SBY, Megawati-Prabowo mengatakan bahwa ekonomi SBY Boediono menganut sistem neoliberal sehingga tidak cocok dipakai di Indonesia.
Apakah tuduhan itu ngaruh? Tidak! SBY cukup menjawab lugas bahwa ekonominya adalah ekonomi jalan tengah dan bukan neoliberal, publik mengerti, lalu akhirnya SBY menang telak satu putaran.
Prabowo seharusnya bicara prestasi dan kontribusinya untuk negara ini kalau mau bersaing dengan Jokowi. Tetapi menilai Jokowi berdasarkan rasa tidak suka hanya akan membuat publik semakin antipati.
Dan kalau saya perhatikan tren yang terjadi saat ini, kondisinya hampir sama dengan pilpres 2009 lalu dimana SBY melenggang mulus dua periode. Apa itu artinya Jokowi dua periode akan menjadi kenyataan? Rasa-rasanya iya!
Terakhir, saya ingin mengutip pernyataan Ahok :
“Kamu boleh tidak percaya Jokowi presiden dua periode, yang saya takut kamu ga percaya bahwa negara kita menuju ke arah yang lebih baik”
Selamat menduaperiodekan Jokowi!
Sumber :