Saya orang Batak, tapi saya tahu betul makna dari ungkapan ‘Gusti ora sare’ (Allah tidak tidur). Selama berbulan-bulan, Prabowo, melalui mulut busuk Fadli Zon terus menerus membakar semangat umat 212 untuk membela agama (katanya).
Meskipun secara real Prabowo tidak ikut dalam aksi-aksi bernomor togel tersebut, tetapi antek-antek dan cucurutnya, ikut ambil bagian dalam memperkeruh suasana dengan hanya satu tujuan menjatuhkan Ahok, menjungkalkannya sampai ke jurang paling dalam, penjara. Mereka all out menjatuhkan Ahok dari kegemilangannya. Mengerikan.
Sejak Ahok hengkang dari Gerindra, serangan dan halangan selalu bertubi-tubi datang dari cucurutnya Prabowo. Mulai dari demo menolak pemimpin kafir sampai menyandera peraturan daerah di DPRD. Oh iyah masih ada lagi, ribut soal APBD karena adanya duit siluman masuk APBD.
Sampai akhirnya Ahok didemo jutaan orang. Jutaan orang dikerahkan hanya untuk menumbangkan satu orang. Pengecut juga yah… Ahok diancam dibunuh, diteriaki bunuh Ahok, bunuh Ahok, bunuh Ahok. Betapa keji langkah mereka.
Prabowo dihancurkan kadernya sendiri
Ternyata Prabowo tidak kapok mencampakkan dan memojokkan kadernya sendiri yang tidak sesuai dengan keinginannya. Prabowo tidak belajar dari peristiwa ketika Ahok menolak dijadikan sapi perah politik, Ahok menolak dijadikan sandera politik. Memang Prabowo selamat dari peristiwa hengkangnya Ahok, tetapi setidaknya dia seharusnya belajar dari peristiwa itu.
Akhirnya Prabowo harus menelan kehancuran karena mencampakkan kadernya sendiri, La Nyalla, untuk sekali lagi. Tidak tanggung-tanggung, La Nyalla membongkar kebusukan politik Prabowo dengan partai politiknya di depan publik. Kita jadi tahu bahwa Gerindra menjadikan umat 212 sebagai senjata politik dan menjadikan Rizieq Shihab sebagai kuda tunggangan.
Meski umat 212 harus menelan rasa malu karena ternyata hanya dijadikan kuda tunggangan politik serta pion-pion mengenaskan, tetapi tidak menjadi alasan untuk membiarkan Prabowo tetap melenggang dengan santainya. Prabowo harus dihajar habis-habisan karena tidak tahu balas budi. Jadi seperti syair lagu, “Kita hanya bidak-bidak catur, yang dimainkan selagi masih mengasyikkan.”
Dia, yang dahulu menyerang balik Ahok dengan dalih tidak tahu diri karena tidak balas budi, kini dialah pelaku tidak tahu balas budi. Ternyata kontrak politik antara Gerindra dan PKS dengan umat 212 hanya sementara saja, selagi masih dibutuhkan. Dia tidak memperhitungkan bahwa umat 212 itu juga tidak takut malu. Dia tidak paham bahwa umat 212 selalu all out dalam melaksanakan misi sekalipun harus menanggung malu karena kebodohannya sendiri.
Gusti ora sare (Allah tidak tidur)
Prabowo, Allah memang tidak pernah mengekang manusia dalam bertindak. Dia dengan segala kebesaran-Nya selalu memberi kebebasan kepada manusia untuk bertindak sekehendak hatinya jika menurut manusia tindakan itu baik untuknya. Pemberian kebebasan itu adalah bagian dari kemaha-bijaksana-an Allah.
Tetapi Ia tidak tidur. Ia mengawasi, melihat, mendengar dan menimbang. Dia tidak akan membiarkan kejahatan menggerogoti umat-Nya. Dia – pada waktu tertentu yang dibutuhkan – harus bertindak untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Dia tidak mau manusia larut dalam kekelaman.
Mungkin peristiwa ini adalah bagian dari cara Allah untuk menegakkan keadilan dan menampakkan kebenaran. Ia adalah Allah yang menyibakkan yang tersembunyi, membukakan yang tertutup rapat, dan yang baginya tidak ada yang tak mungkin.
Tidak mungkin Allah diam ketika atas nama-Nya, manusia menjatuhkan manusia lainnya. Ia tidak ingin agar ke-Allah-an-Nya dijadikan alat untuk meraih kenikmatan duniawi, kekuasaan politik. Dia ingin agar manusia hidup dalam kedamaian. Dan membenamkan Prabowo mungkin adalah salah satu jalan-Nya.
Allah mendengar doa orang-orang teraniaya
Di demo jutaan orang itu adalah siksaan. Diancam dibunuh itu menyisakan ketakutan yang luar biasa. Hinaan-hinaan itu membekas mengiris hati. Tidak semua orang mampu bertahan menghadapi itu. Bahkan setegap Shoeharto pun tidak mampu tegar dan tetap kuat didemo jutaan orang.
Dituduh menista agama dan Allah itu berarti dianggap manusia paling berdosa sejagat raya. Itu tidak asyik. Itu sakit. Penderitaan paling mengerikan bagi seorang Kristiani bukan dicambuk seribu kali, bukan disiksa setiap hari, bukan dera di atas kayu salib, dan bukan dibunuh dengan pedang, melainkan dianggap sebagai orang yang menghina Allah. Sebab menghina Allah, bagi seorang Kristiani, berarti menyangkal Allah sendiri, berarti pula dosa yang tak terampuni.
Maka orang yang dianggap seperti itu akan mengalami penderitaan yang tiada tara, apalagi dia tidak melakukannya. Ah betapa menderitanya Ahok waktu itu. Dialah sebenarnya orang yang teraniaya, yang doanya selalu didengarkan Allah. Bahkan tanpa berdoa pun, yang teraniaya akan mendapat pahalanya sendiri.
Ahhhh….. sudahhhh…… lah…… semakin lanjut semakin rintihan hati ini semakin pilu.
Apa kabar sekarang kau di sana, Ahok?
Salam indovoices