Tulisan penulis senior Palti West di Indovoices yang berjudul Gerindra Berikan Mandat Capres Di Rakornas, Prabowo Sah Jadi Petugas Partai, seperti link yang saya cantumkan dibawah ini.
https://www.Indovoices.com/politik/gerindra-berikan-mandat-capres-di-rakornas-prabowo-sah-jadi-petugas-partai/
Sepertinya sampai ke Wasekjen Gerindra, Andre Rosiade, yang buru-buru membantah kalau Ketua Umum Gerindra disamakan dengan petugas partai.
“Pak Prabowo itu bukan petugas partai karena Prabowo ketum partai, pimpinan partai, tapi beliau menerima mandat dari kader dan rakyat Indonesia,” kata Wasekjen Gerindra Andre Rosiade kepada wartawan, Kamis 12 April 2018, hari ini.
Andre bahkan menyinggung calon kompetitor Prabowo di Pilpres 2019, yaitu Joko Widodo. Sang petahana itu disebut Andre hanyalah petugas partai, tak seperti Prabowo yang merupakan pimpinan tertinggi Gerindra. Jokowi, untuk diketahui, merupakan kader PDIP.
“Jangan samakan Pak Prabowo dengan Pak Jokowi yang petugas partai,” ucap Andre.
Bagi Andre, kesiapan Prabowo maju Pilpres 2019 bukan hanya karena didorong kader Gerindra. Rakyat, klaim Andre, turut berperan atas sikap Prabowo.
Sungguh pernyataan yang aneh menurut saya karena membawa nama rakyat segala. Apa benar rakyat berperan mendorong Prabowo maju Pilpres?. Coba kita lihat.
Saat pendeklarasian Prabowo sebagai Capres dari Gerindra, satu kata “rakyat” pun tidak terucap. Begini pernyataannya.
Baru saja saya menerima keputusan saudara-saudara sekalian dan sebagai mandataris partai, pemegang mandat saudara sekalian, sekaligus ketua umum. Saya menyatakan diri tunduk dan patuh. Saya menerima keputusan ini sebagai suatu penugasan, suatu amanat, suatu perintah, dan saya menyatakan siap melaksanakannya.
(https://m.detik.com/news/berita/3966704/prabowo-nyatakan-siap-jadi-capres-di-2019)
Tidak ada kata rakyat sama sekali, bahkan dengan jelas Prabowo mengatakan dirinya menerima keputusan tersebut sebagai amanat, perintah, penugasan (petugas partai?).
Lucunya hari ini, demi menghindari sebutan petugas partai, Andre membawa nama rakyat segala.
“Prabowo adalah figur yang mendengarkan aspirasi kader, aspirasi rakyat. Prabowo maju sebagai capres bukan karena ambisi pribadi, tapi sebagai figur yang selalu mendengarkan aspirasi kader dan rakyat Indonesia. Ternyata kader dan rakyat menginginkan Prabowo maju. Beliau menerima mandat,” tegas Andre.
Lantas apa bedanya dengan Jokowi yang mendapat mandat dari partainya untuk nyapres? Jokowi mungkin lebih berhak mengatakan dirinya didukung oleh rakyat karena dukungan tersebut bukan hanya dari partai semata, namun juga para sukarelawan baik yang menjadi anggota partai tertentu ataupun non partai (rakyat).
Sudah terlihat bukan? Bagaimana kader Gerindra, Saat kepepet dan merasa tersudutkan, baru menggunakan nama rakyat sebagai tameng.
Saya tidak tahu kenapa Gerindra begitu jijik dan alergi dengan istilah petugas partai. Karena menurut saya, selama dia merupakan bagian dari sebuah partai, maka dia layak disebut petugas partai, tidak peduli dia hanya anggota biasa maupun ketua umum sebuah partai.
Hanya saja saat terpilih, katakanlah sebagai pimpinan sebuah institusi pemerintahan atau menjadi kepala pemerintahan seperti yang dijalankan Jokowi saat ini. Tentu harus ada skala prioritasnya, dimana kepentingan bangsa dan rakyat harus lebih diutamakan.
Dan selama ini saya melihat Jokowi mampu menjalankannya dengan baik untuk tidak mencampuradukkan urusan negara dengan urusan partai dimana dirinya duduk sebagai kader partai tersebut.
Sepertinya inilah yang gagal dipahami oleh Gerindra sehingga enggan bahkan terkesan alergi dengan sebutan petugas partai yang disematkan kepada Prabowo Subianto sebagai ketua umumnya.
Jadi supaya Gerindra atau Prabowo tidak alergi lagi dengan istilah petugas partai, mungkin kita bisa bantu beramai-ramai mempopulerkan tagar #PrabowoPetugasPartai.