Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah lepas yang namanya mengambil sebuah kebijakan atau keputusan untuk arah menjalankan kehidupan. Setiap individu pasti berbeda apa yang mau dituju dalam kehidupannya. Jika seseorang mau berhasil atau berguna dalam menjalankan kehidupan, pasti dia mengambil keputusan yang dapat mencapai itu, begitu juga dengan orang yang hanya mementingkan pribadinya maka dia akan mengambil kebijakan tanpa melihat dampaknya terhadap orang lain, bahkan ada juga sebagai pengikut saja, dalam arti tidak punya pendirian.
Sebenarnya didalam menjalankan kehidupan sehari-hari kita tidak meyadari bahwa konsep “politik” itu sudah kita lakukan. Konteks politik yang saya maksud disini merupakan cangkupan yang lebih luas lagi. Kata Politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis dan teta. Arti dari kata polis sendiri yaitu kota/negara sedangkan untuk kata teta yaitu urusan. Sehingga hakikat politik itu sendiri merupakan sebuah usaha untuk mengelola dan menata sistem pemerintahan untuk mewujudkan kepentingan atau cita-cita dari suatu negara (hasil pencarian google).
Dari penjelasan diatas maka secara garis besar definisi atau makna dari “POLITIK” ini adalah sebuah perilaku atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan kebijakan-kebijakan dalam tatanan Negara agar dapat merealisasikan cita-cita Negara sesungguhnya, sehingga mampu membangun dan membentuk Negara sesuai rules agar kebahagian bersama dirasakan didalam masyarakat.
Itulah kenapa saya mengatakan “politik” itu pekerjaan mulia. Kita bisa melihat dari penjelasan diatas bahwa berpolitik itu bisa membantu masyarakat banyak yang langsung dirasakan dengan tanpa batas. Dalam hal memperbaiki jalan, memberikan bantuan kesehatan untuk masyarakat, bantuan pendidikan, dan bannyak lagi yang dapat dilakukan untuk masyarakat bannyak. yang jelas, semuanya untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat, itulah tujuan berpolitik.
“Etika Politisi”
Menurut Bung Hatta, kesejahteraan adalah setingkat lebih tinggi dari kebahagiaan. Dimana kebahagiaan itu bagi Bung Hatta merupakan kebutuhan pokok yang sudah terpenuhi, baik berupa pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan untuk anak-anaknya. Itulah kesejatraan yang dicita-citakan Bung Hatta yang harus dirasakan masyarakat indonesia. Begitu juga dengan cita-cita negara kita yang tertuang dalam UUD 1945 dan Pancasila. Untuk mewujudkan cita-cita itu pemerintah dan bangsa harus memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi nilai-nilai bangsa (ideologi bangsa).
Dalam praktek perpolitikan di negara kita, masih banyak hal-hal yang ditemukan tidak tepat dengan arah dan tujuan. Politik ditunjukkan seakan lari dari fungsinya. Saya pernah bertanya pada teman saya, apa dibenakmu tentang politik itu. Dia pun menjawab bahwa politik itu kotor, bejat, korupsi, membangun kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan sekelompoknya dan dia juga mengatakan bahwa waktu masa momen-momen mau pemilu para politisi atau partai politik pada baik-baik dalam mendekati masyarakat, mengadakan acar-acara bersentuhan langsung dengan masyarakat, menannyakan tentang kondisi dan keinginan masyarakat. Tetapi, setelah terpilih hilang sirna seketika bersama semua janji-janji itu. Setiap pernyataan teman saya ini, bagi saya itu merupakan apa yang dirasakan dia bahkan dilihatnya. Inilah mungkin gambaran perpolitikan kita saat ini. Pandangan saya dengan teman saya tidak jauh beda tentang politik di dalam negara kita.
Memang, yang sering dipertontonkan di dalam kancah perpolitikan di tanah air kita yaitu dengan seenaknya didalam menjalankan kekuasaan, mereka terlalu sering berbicara ini untuk kepentingan masyarakat banyak dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun Dimananya kesejahteraan itu? Yang ada malah kesenjangan masih tinggi, jumlah masyarakat miskin pun masih tinggi, pembangunan fisik material yang belom merata, Kongkalikong dimana-mana, politik uang, bahkan perkembangan spiritual mayarakat masih jauh. Masyarakat dibuat sebagai senjata untuk meraup keuntungan, korupsi politik pun dibuat menggurita. Kebohongan yang satu ditutupi dengan kebohongan yang lain, politikpun menjadi kotor. inilah yang terjadi berpuluh-puluh tahun di negara kita. Memang tidak semua politisi itu kotor. Ada juga politisi yang baik, bersih dan hanya bekerja untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat.
Ketika seorang politisi atau partai politik tidak memeliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur dalam mewujudkan cita-cita bangsa. maka, sebenarnya waktu itu juga negara kita telah dijajah, tetapi dijajah bangsanya sendiri. Inilah yang menjadi persoalan. “Bung Karno” pernah mengatakan dalam pidatonya, perjuangan ku lebih mudah karna mengusir penjajah tetapi perjuangan mu lebih sulit karna melawan bangsa mu sendiri. Saat politik hanya menjadi arena pertarungan dengan kapitalisasi modal, kepercayaan masyarakat sulit untuk dibangun.
Ketika politisi baik muncul, yang ada mereka dianggap sebagai penggangu dari ketenangan mereka. Maka para politisi atau partai politik yang merasa mulai digangu ketenangannya dalam menggerogoti pundi-pundi yang bukan haknya akan tersentak dan bangun memberikan perlawanan. Sang pembawa warna baru seakan gampang dihancurkan hanya dengan memainkan polimik dalam masyarakat. Para Politisi dengan enteng melemparkan isu untuk disantap masyarakat. Sekali lagi bahwa untuk mengubah gaya perpolitikan yang sudah berpuluh-puluh tahun seperti ini tidak lah muda.
Karna itu, untuk mengembalikan makna ke awal tujuan berpolitik itu agar meningkatkan kesejahteraan rakyat/masyarakat, maka orang-orang yang memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur dengan cita-cita bangsa haruslah bermunculan dan bersuara atau mengambil bagian dalam melawan rezim yang berpuluh-puluh tahun telah diwarisi politik tidak tepat. Masyarakat juga harus jeli dalam melihat dan mendukung siapa yang memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai luhur cita-cita bangsa itu dan itu harus didukung. Dalam mengemban suksesnya cita-cita bangsa itu, dibutuhkan adanya persatua dan kesatuan yang membangun.
Para politisi dan partai politik harus memiliki landasan idiologi mewujudkan cita-cita bangsa itu. Tanpa didasari yang kuat dengan hal ini, maka semuanya akan melangkah dengan kekuasaan tanpa tujuan yang tidak jelas. Politisi sejati menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi ataupun kelompok. Menjunjung tinggi dalam keutamaan membangun negara kearah cita-cita bangsa. Idealnya , para politisi haruslah berjiwa negarawan dimana kepentingan yang lebih besar adalah kepentingan bangsa bukan kepentingan pemangku kekuasaan. Berpolitik merupak sebuah cara memimpin. Modal utama pemimpin dalam menjalankan fungsinya merupakan ketulusan dimata yang dipimpin.