Saat nama Djarot masuk ke dalam bursa saja saya sudah semangat dan mulai mengabarkan prestasi serta rekam jejak Djarot ke seluruh orang yang saya kenal. Djarot harus saya akui memberikan semangat luar biasa. Rasa tidak peduli kepada kondisi Sumatera Utara seketika berubah saat nama Djarot masuk.
Dan rasa itu sekarang telah menjadi semangat membara. Semangat menuju perubahan ke arah lebih baik. Semangat menuju Sumatera Utara yang patennya tak hanya slogan. Oleh karena itu, saya tidak pernah bimbang dan ragu untuk menjatuhkan pilihan pada Pilgubsu mendatang.
Sebelumnya, saya adalah orang yang tidak peduli dengan situasi di Sumatera Utara. Meskipun bermukim di sini, saya tetap saja tidak peduli tentang kinerja pemerintah. Saya berpikir, percuma saja mempedulikan mereka toh mereka saja tidak pernah memperhatikan kita. 2013 lalu saya merekomendasikan orang-orang yang saya kenal untuk golput dan tidak memilih. Karena percuma yang terpilih nanti pun tidak akan merubah Sumut. Eh ternyata benar yang terpilih menjadi tersangka KPK dan divonis penjara empat tahun.
Pada tahun ini pun, saya berencana golput seperti lima tahun sebelumnya. Saat saya melihat nama-nama yang akan mencalonkan diri, saya semakin mantap akan pilihan saya. Namun semuanya berubah saat nama Djarot masuk. Saya langsung semangat dan mengubah keputusan saya.
Bagi saya, Djarot adalah sosok yang bersih serta berpengalaman. Saya yakin dengan pengalamannya dia bisa membawa Sumut menjadi daerah yang lebih baik lagi. Kiprah Djarot selama dua periode di Blitar dan tiga tahun di Jakarta membuat saya semakin yakin akan pilihan saya.
Saya sempat was-was ketika desas-desus berkembang begitu kencang di WhatsApp grup yang saya ikuti. Segala kabar seperti Djarot yang akan menjadi Mensos menggantikan Khofifah yang maju pada Pilgub Jatim, Djarot yang akan menjadi pengganti dari Abdullah Azwar Anas yang mengundurkan diri, hingga PDIP yang akan mengusung Tengku Erry membuat saya pasrah dan nyaris hilang semangat. Saya pun hanya bisa berdoa kepada Tuhan. Berharap yang terbaik bagi Sumatera Utara.
Rupanya Dia menjawab doa saya. Djarot dan Sihar Sitorus tetap maju dan mendapatkan dukungan dari PDIP dan PPP. Semangat saya semakin tinggi saat saya mengetahui bahwa mereka resmi bertarung pada Pilgubsu.
Saya merasa bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk mengubah citra Sumatera Utara yang dikenal sebagai provinsi terkorup di Indonesia. Saya juga berpikir bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk memajukan Sumatera Utara dan memaksimalkan segala potensi yang ada.
Tidak heran, saya meresmikan diri menjadi relawan setelah mereka mendaftarkan diri ke KPU pada 10 Januari lalu. Saya pikir tidak perlu pikir panjang untuk menjatuhkan pilihan kepada Djarot. Kita sebagai masyarakat Sumatera Utara membutuhkan sosoknya yang bersih, santun, berpengalaman, serta berprestasi untuk mempatenkan daerah kita.
Djarot mempunyai poin plus berupa pengalaman dan prestasi yang harus kita sadari. Dia sudah mengubah Blitar menjadi daerah yang luar biasa serta memaksimalkan potensi yang ada di sana. Ditangannya, Blitar mengalami perkembangan pesat dalam bidang pendapatan asli daerah (PAD) dan indeks pembangunan manusia (IPM). Berkat prestasinya membangun Blitar, pada tahun 2008 ia masuk dalam 10 kepala daerah terbaik versi majalah Tempo. Bersama dalam daftar tersebut juga masuk Walikota Solo yang saat ini menjadi Presiden, Joko Widodo.
Berbekal semua itu, jelas kita sebagai masyarakat Sumut yang menginginkan perubahan serta kemajuan membutuhkan sosok Djarot yang sudah terbukti berhasil memajukan daerah yang dipimpinnya. Djarot adalah orang yang bersih, tidak membentak masyarakat kecil, tidak mengajarkan malas dengan membagi-bagikan uang, dan juga tidak akan rangkap jabatan apabila terpilih sebagai Gubernur. Dan yang pasti pengalaman Djarot penuh prestasi bukan penuh kegagalan yang mengakibatkan sorakan dari masyarakat kepada dirinya.
Oleh karena itu saudaraku warga Sumut inilah saat yang tepat bagi kita untuk menentukan masa depan daerah kita. Sudah saatnya kita sebagai masyarakat ikut andil dalam menciptakan daerah kita yang maju, bersih, dan bermartabat. Jangan golput, gunakan hak pilih. Pilihlah orang yang sejak 2008 sudah diakui sebagai salah satu kepala daerah terbaik. Jangan sampai salah pilih seperti DKI Jakarta yang seperti kita lihat sekarang. Ayo gunakan hak pilih!