Abdullah Azwar Anas (3A), bupati Banyuwangi yang sejatinya maju menjadi bakal calon (balon) Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) mendampingi Saifullah Yusuf (Gus Ipul) yang diusung PKB menjadi balon Gubernur Jatim, mendadak mengajukan pengunduran diri yang disampaikan melalui pesan elektronik akibat teror dan penebaran foto seronok yang diduga sebagai 3A, satu rekan pria, dan seorang wanita yang bukan istrinya.
Dengan rumor ini, kemudian muncul rumor baru bila Gus Ipul akan dipasangkan dengan Tri Rismaharini yang saat ini masih menjabat sebagai Walikota Surabaya, padahal sebelumnya Risma sudah menolak pencalonan ini dengan pertimbangan ingin fokus ngurus Surabaya, lalu setelah pensiun ingin meninggalkan hiruk pikuknya gelanggang politik.
Hingga tulisan ini diunggah belum ada keputusan apapun dari PKB dan PDIP, sehingga pasangan ini dianggap belum ada perubahan hingga ada pernyataan resmi dari 3A yang disampaikan kepada Ketum PDIP. Dengan demikian untuk menuju Pilkada Jatim 2018 masih sangat dinamis dan menyimpan sedikit teka teki, terlebih setelah pinangan Gerindra kepada Yenny Wahid ditolak.
Mencermati apa yang terjadi di Indonesia memang semakin mengkhawatirkan. Karena pertarungan politik yang sehat semakin sulit didapat. Bahkan Jatim yang dikenal sebagai wilayah religius-pun tak luput dari taktik licik, bahkan ini dijadikan kampanye hitam yang menjijikkan. Indonesia jadi kehilangan cara hebat dalam beradu gagasan, integritas, dan prestasi.
3A dikenal sebagai bupati yang cemerlang dalam prestasi dengan berbagai program populisnya, hingga membuat kota yang kurang dikenal, menjadi salah satu tujuan wisata mancanegara yang menarik, serta penataan kota yang sangat baik. Dari sisi ekonomi, Banyuwangi dapat meningkatkan pendapatan per kapita warganya hingga 99% atau dari 20,8juta menjadi 41,46juta per orang per tahun, serta kenaikkan PDB hingga 104%, hingga menurunkan angka kemiskinan yang sangat signifikan.
Lalu mengapa ada pihak yang tak menyukainya? Bisa jadi karena kontestasi menjelang Pilkada Jatim 2018, bisa juga karena pihak tertentu yang tak setuju dengan berbagai kebijakan populisnya, dan yang paling menyolok adalah saat 3A melarang adanya Pasar Modern di Banyuwangi, guna melindungi pasar tradisional dan para pedagang kecil.
Manusia tidak ada yang sempurna dan punya masa lalu yang baik atau yang buruk, begitupun 3A. Yang penting seharusnya adalah keberadaan saat ini, terlebih bila sudah bisa membuktikan prestasinya hebat. Jadi integritas lebih dikedepankan ketimbang sesuatu yang sudah berlalu bila itu benar. Toh itu baru dugaan berupa foto yang mirip dengan 3A. Bisa saja itu hanya ‘Sampah Digital’.
Yo opo rek, kon ojo gelem diapusi. Masa karena nila setitik rusak susu sebelanga. Eman rek, saiki susah nggole pejabat sing ciamik.
“Salam NKRI Gemilang”