Judul di atas semi njiplak d pilem tipi lawas saat arek japanan baru melejit ke permukaan lalu di bantai habis-habisan hingga munculkan sebuah pertanyaan. Film televisi yang eksplorasi talenta akting dan nyanyi si terdakwa pada jamannya, Inul darajapanan. Pembelaan halus dari sutradara & crew film atas perlakuan khusus yang dialami inul. Jadilah sebuah judul kenapa harus Inul?
Ada Gus Dur di sini. Gus Dur, maharesi yang nyaris hadir di setiap lini hidup kita. Spirit Gus Dur tertanam di relung pribadi, palung sosial, juga ceruk kedalaman kita sebagai bangsa negara. NKRI harga mati salah satu mantra, kalimat spirit warisan Gus Dur.
Di jalur vertikal horizontal ada cermin Gus Dur. Seakan menata ulang beragam hubungan kita dengan diri sendiri, dengan sesama. Bahkan dengan iman, keyakinan yang kita yakini, ada wajah Gus Dur di sini. Membahas Gus Dur sungguh tidak layak bagi saya yang awam.
Kini, di pilgub jatim berkompetisi keponakan dan murid Gus Dur. Banyak orang bingung hingga ada yang bersuara, “gimana ini sesama NU kok diadu?” Bu khofifah, insyaallah bila jadi gubernur tuntutan masyarakat jatim makin tinggi di era kepemimpinan ibu nanti. Faktor pertama adalah Ahok effek yang tidak bisa dipungkiri menembus berbagai strata sosial di Jatim. Kedua, di tangan ibu masalah mendasar di Jatim bisa terurai dengan gamblang, terselesaikan dengan baik dan benar.
Saya yakin ibu sanggup menyelesaikan. Jangan seperti sonoh loh mpok,… pemimpinnya ahli menjawab. Tiap ditanya selalu ada aja jawaban. Nenekku sampai bilang “ini orang nyetock alasan berapa gudang ..?” Cok! Sekedar menjawab tanpa tindakan, apalagi kesungguhan. Tidak sadar akhirnya jadi tontonan yang menjemukan. Daerah khusus yang kini bagi saya pribadi tidak lebih jadi sebuah wilayah “kecamatan raya”.
Dua perkara yang nampak dari luar di Jatim adalah kesenjangan sosial dan kesenjangan antar wilayah. Itu aja dari luar. Bila dilihat dan dirasakan dari dalam, masalah yang sesungguhnya adalah kebodohan sosial yang sengaja di pelihara, lalu jadilah semua serba sandiwara seakan baik baik saja.
Ilustrasi dalam rumah tangga, laki bini sama kenceng selingkuh. Dari cem-ceman sampai baceman. Pernikahan tetap bertahan sebagai formalitas belaka. Nasib anak dan anggota keluarga lain -opo jare angin-.
Bu khofifah pasti sudah paham yang saya maksud. Iya. Esensinya adalah obsesi ibu maju lagi kali ini. Saya rasakan yang ibu rasakan. Misi utama ibu kali ini memberantas pembodohan sosial. Saya dukung dengan sepenuh hati, ikhtiar lahir batin bersama masyarakat se-jatim.
Bagi wong djatim,cukup satu alasan kenapa wajib jadikan Khofifah gubernur anyar. hayoo kita mainkan tagar #bosendibodohi.com.
(Prohasanah nonpartisan,27/01/18)