Sebagai “pakar Ahok”, sejatinya saya kurang paham dengan Pilkada Jawa Barat. Tetapi saya mau mencoba menganalisa sedikit dan mudah mudahan sukses membuat bingung pembaca. Mengapa, karena analisa saya berbeda dengan Spiderman ndeso…
Bedanya sih sangat tipis gaes…kalau Spiderman ndeso analisanya menggunakan insting laba-laba, maka analisa saya menggunakan insting abal- abal. Beda kan…
Langsung saja yuk mari…
Beberapa hari yang lalu saya chat whats app dengan seorang kawan yang tinggal di Bandung, Jawa Barat. Saya menanyakan bagaimana perkembangan pilkada Jabar, apakah sudah muncul kandidat kuat di akar rumput.
Dan jawaban kawan saya cukup mengagetkan. Aku ora ngikuti berita pilkada bos, Ben tentrem uripku ( saya tidak mengikuti berita pilkada, biar hidupku tenang: Jawa). Alamak…ternyata pilkada membuat hidup kawan saya menjadi tidak tenang.
Masih untung kalau cuma hidup yang ga tenang, lha saya di Jakarta malah jadi ngga waras dan nyaris gila mikirin pilkada…haha.
Sebagian warga ternyata tidak peduli dengan siapa calon gubernurnya. Dan saya yakin banyak warga Jawa Barat yang berpikir seperti itu, terutama mereka yang tinggal di pelosok lembur. Maklum saja, mereka sering hanya menjadi obyek kampanye, tetapi ditinggalkan setelah terpilih. Sehingga naluri abal-abal saya memprediksi pilgub Jabar bakal seru dan sulit ditebak. Tetapi saya memiliki prediksi tersendiri…
Hampir dapat dipastikan ada empat pasangan calon meramaikan Pilkada Jabar. Kepastian ini didapat setelah Bu Mega resmi mengumumkan TB Hasanuddin dan Irjen Pol Anton Charliyan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDI-P menyusul tiga kandidat lain yang juga sudah hampir pasti mendaftar ke KPU.
Keputusan PDI perjuangan ini saya nilai blunder. Jelas tidak jeli karena memaksakan mengusung kadernya sendiri yang “lemah” secara elektoral menurut insting abal-abal saya. Ini sama halnya dengan mengulang kegagalan Rieke-Teten 5 tahun yang lalu.
Awalnya saya mengira PDI-P akan ikut koalisi Golkar dan Demokrat dukung Demiz-Demul untuk mengincar kemenangan di Jabar. Tetapi malah mengusung kader sendiri yang lemah plus wakilnya Anton Charliyan yang adalah musuh 212, komplitlah blunder PDI-P di Jabar. Bukannya memilih calon yang Elektoralnya tinggi, malah calon yang “Elek to”(jelek kan) nya tinggi. Itu mah Band nya kabinet kerja…
Bagaimana peluang Ridwan Kamil? Kang Emil mungkin dilirik pemilih pemula di kota zaman now, tetapi bakal ancur lebur di lembur-lembur. Selain itu wakilnya Uu Rahzanul Ulum mantan Bupati Tasikmalaya, juga tidak terlalu kuat karena partai pengusung lain seperti Nasdem, Hanura dan PKB setengah hati mengingat Uu bukanlah kader mereka. Satu-satunya harapan RK adalah dukungan bu Mega. Tetapi ternyata pilihan bu mega jatuh kepada kader sendiri. Sebagai partai besar jelas tidak mau lah kalau hanya mendapatkan jatah wakil gubernur.
Dan sama seperti Ahok, partai yang pertama kali mengusung RK adalah Nasdem, yang di cap sebagai partai pendukung penista agama. Jangan lupa bahwa yang menghancurkan Ahok adalah pasukan jalan kaki Ciamis-Jakarta. Apa kira-kira RK didukung umat? saya yakin tidak. Loh, kan RK sudah membuat program sholat subuh berjamaah? Betul, lha Ahok malah membangun masjid, menggaji guru ngaji dan umrohkan Marbot, toh kelar juga. Jelang pencoblosan, RK bakal dibombardir isu-isu SARA dan LGBT.
Calon Gerindra dan PKS Sudrajat-Syaiku, dengan segala hormat, saya menduga hanya sebagai penggembira di Pilkada kali ini. Umat islam yang menjadi andalan PKS sudah pasti akan terbelah. Ada yang ke Nagabonar, ada yang ke Ridwan Kamil-Uu karena ada PKB dan PPP disana. Yang islam moderat juga pasti menyebar ke TB-Anton. Praktis, paslon Gerindra sepi peminat.
Peluang terbesar justru dimiliki duet Dedi Mizwar- Dedi Mulyadi. Demiz sudah menunjukkan elektabilitas yang tinggi dibawah RK pada beberapa survei jauh sebelum Kang Dedi mendampinginya. Demiz juga akan mampu meredam isu SARA di Jabar. Kebesaran kang Dedi yang bersedia menjadi wakil gubernur juga akan menarik simpati tersendiri. Jangan lupa bahwa dukungan akar rumput, masyarakat adat sunda sangat kuat untuk bupati Purwakarta ini.
Terakhir, dengan komposisi empat paslon ini, kecil kemungkinan pilgub berlangsung “home-away” alias dua putaran. Mengingat Pilgub Jabar hanya mensyaratkan 30%+ 1, prediksi saya klasemen akhir akan dihuni Dedi Mizwar-Dedi Mulyadi keluar sebagai juara, disusul TB Hasanudin-Anton Charliyan sebagai runner up. Diperingkat tiga tentu saja Ridwan kamil-Uu Rahzanul Ulum dan paslon Gerindra dan PKS Sudrajat-Syaiku sebagai juara harapan 1…
Demikian insting abal-abal saya menandingi insting laba-laba Spiderman ndeso.
Selamat mumet!!