Kita bisa bertanya dalam diri, apa nikmatnya menjadi penguasa? Kita memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang kekuasaan. Yang pasti dengan berkuasa, segala sesuatu dapat dikompromikan. Ini salah satu pandangan. Kita bisa setuju dengan hal ini, bisa juga tidak setuju.
Tetapi yang beredar di masyarakat adalah pemikiran demikian. Mengapa saya katakan demikian? Jika kita berbicara dengan teman atau orang lain, pasti akan keluar kata-kata “kan dia yang masih berkuasa!”.
Dilihat dari kutipan kata-kata tersebut, perpolitikan yang sedang hangat saat ini yaitu pencalonan Prabowo sebagai capres pada Pilpres 2019. Apakah hal ini merupakan dorongan yang kuat dari elit partai Gerindra agar menjadi partai yang berkuasa di Indonesia? atau menyelamatkan nama besar partai sebagai salah satu partai oposisi saat ini.
Melihat sejarah kebelakang. Pencalonan Prabowo sudah dapat ditebak jauh-jauh hari. Selama masa pemerintahan Jokowi, yang vocal menyuarakan ketidakberpihakan terhadap pemerintah yaitu partai Gerindra melalui wakil mereka di DPR yaitu Fadli Zon. Setiap kalimat yang keluar dari pemikirannya adalah hal yang selalu menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
Memang menjadi hal indah untuk dinikmati setiap pernyataan Fadli Zon. Apakah itu menyuarakan pandangan partai? atau pandangan politik pribadi? kita hanya bisa menduga-duga. Tetapi melalui Fadli Zon kita bisa melihat bagaimana sikap partai terhadap pemerintahan saat ini.
Pencalonan Prabowo sebagai capres memberikan keseimbangan politik . Apakah ini berlaku lama atau hanya sesaat saja? Kita bisa memikirkan dan memberikan pendapat yang berbeda. Kekalahan yang menyakitkan pada Pilpres 2014 silam, bisa menjadi pemicu pencalonan Prabowo.
Tetapi dalam perjalanan politik, nama besar Jokowi menjadi salah satu batu sandungan bagi Prabowo untuk mewujudkan cita-cita menjadi orang nomor satu di Indonesia. Tetapi politik tidak hanya berjalan satu hari, satu minggu, satu bulan saja. Dalam hitungan detik pandangan seseorang dalam berpolitik bisa berubah.
Memang saat ini nama besar Prabowo dapat dijadikan partai sabagai salah satu faktor pendorong pencalonannya. Tetapi masih dibutuhkan dukungan dan dorongan dari partai lain agar Prabowo bisa maju menjadi capres 2019. Kebijakan presiden threshold 20%, menjadi salah satu agenda yang terlebih dahulu dilalui oleh Prabowo dan partai Gerindra.
Mendekati Partai PKS adalah salah satu strategi yang harus diberhasilkan. Apalagi PKS juga merupakan partai yang berada pada posisi oposisi saat ini. Berbagai manuver dilakukan oleh para simpatisan partai PKS maupun para kader partainya di dalam memberikan keseimbangan pemerintahan dan perpolitikan di Indonesia. Tetapi terkadang hal yang diluar nalar dan logika dilakukan untuk menggoyang pemerintahan saat ini.
Menarik untuk kita tunggu dan kita nikmati bersama. Apakah nama besar Prabowo akan menjadi hal yang indah untuk kita saksikan, sebagai sebuah drama politik. Permainan perasaan dan logika akan bercampur aduk di masyarakat dan juga para pemikir negeri ini.
Yang pasti percaturan politik baru akan dimulai. Pion telah digerakkan terlebih dahulu. Menyusul apakah kuda, benteng, dan gajah yang akan bergerak selanjutnya. Kepastian pergerakan raja sudah mulai dapat ditebak. Apakah ikut menyerang pihak lawan, atau hanya menyerahkan serangan kepada anak pion, kuda, dan gajah saja.
Tatapi pihak Jokowi tidak langsung terjebak dalam permainan indah catur pihak lawan. Tetapi telah melakukan strategi jitu untuk menangkal serangan pihak lawan. Salah satu inti dalam permainan catur adalah pihak mana yang akan memakai catur putih dan pihak mana yang akan memakai satur hitam. Hal ini juga akan menjadi sebuah dilema di masyarakat untuk dapat mendukung yang mana.
Sudah dua periode Prabowo kalah dalam pilpres. Kerinduan untuk berkuasa sudah berada di ujung tanduk. Apakah kerinduan berkuasa benar-benar untuk memajukan negeri Indonesia dan NKRI dengan Pancasila sebagai pedoman berbangsa. Kita bisa melihat sejenak dalam beberapa pernyataan Prabowo yang membuka babak baru pemikiran masyarakat dalam menilai pemimpin yang layak untuk memimpin bangsa ini.
Masyarakat sudah selayaknya memasuki level yang baru dalam pemikiran berpolitik. Kecerdasan dan mata terbuka diselaraskan dengan nurani dan logika harus dikedepankan dalam melihat pemimpin yang benar-benar memikirkan kesejahteraan bangsa.
Salam ….