Hari ini terbaca berita menarik dimana lima orang yang terlibat dalam pendirian Partai Amanat Nasional (PAN) melayangkan surat terbuka untuk Amien Rais. Kelima orang itu ialah Abdillah Toha, penasihat Wakil Presiden 2009-2014; advokat senior Albert Hasibuan, sastrawan dan jurnalis senior Goenawan Mohamad, penyair dan tokoh budaya Toety Heraty, dan Zumrotin.
Dalam suratnya, kelima pendiri PAN itu menyarankan Amien mundur dari politik praktis dan menyerahkan partai kepada generasi yang ada di bawahnya.
“Barangkali sudah saatnya Saudara mengundurkan diri dari kiprah politik praktis sehari-hari, menyerahkan PAN sepenuhnya ke tangan generasi penerus, dan menempatkan diri Saudara sebagai penjaga moral dan keadaban bangsa serta memberikan arah jangka panjang bagi kesejahteraan dan kemajuan negeri kita,” demikian tertulis dalam surat terbuka yang dirilis pada hari ini, Rabu, 26 Desember 2018.
Kelima orang ini pun menilai Amien tak lagi sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut. “Kami mendapatkan kesan kuat bahwa Saudara Amien Rais, sejak mengundurkan diri sebagai Ketua Umum PAN sampai sekarang, baik secara pribadi maupun mengatasnamakan PAN, seringkali melakukan kiprah manuver politik yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip itu.”
Dan bila kita cermati, apa yang disampaikan oleh ke lima pendiri PAN itu tidak salah, terlalu banyak manuver-manuver yang dilakukan Amien Rais selama ini. Masih bagus bila manuvernya bersifat positif, namun sayangnya manuver yang dia lakukan cenderung negatif. Tindakannya jauh melenceng dari apa yang dia perjuangkan dulu ketika baru mendirikan PAN.
Sebut saja soal kegetolannya untuk menghapus nepotisme saat orde baru tumbang, namun kini dirinya sendiri malah mempraktekkan nepotisme dengan menempatkan anak-anaknya calon legislatif (caleg) dari PAN. Tidak tanggung-tanggung, tidak hanya satu atau dua orang tetapi empat sekaligus. Ironis bukan?
Amien juga kini malah bersimpati, mendukung, dan bergabung dengan politikus yang ingin mengembalikan kekuatan orde baru ke kancah politik. Hal ini terlihat dari koalisi yang dibangunnya, dimana di dalamnya ada Partai Berkarya yang isinya adalah anak-anak Soeharto yang terang-terangan ingin mengembalikan orde baru bila berhasil menang, padahal dulu dirinya menentang mati-matian bangkitnya orde baru ini.
Itu belum termasuk betapa getol dirinya menyerang pemerintahan Jokowi, bahkan sampai menyeret-nyeret agama ke ranah politik dengan istilah Partai Allah dan Partai Setan.
Belum lagi manuvernya dengan Dahnil Simanjuntak saat pemilihan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah yang ditengarai mendukung calon tertentu dengan maksud bila calon yang mereka dukung menang maka dapat diarahkan terjun ke politik praktis mendukung salah satu capres. Padahal selama ini Muhammadiyah berusaha untuk tidak terlibat dalam politik praktis.
Bahkan untuk hal sepele pun dirinya memanfaatkan PAN untuk kepentingannya sendiri. Hal ini terlihat dari pemutaran film Hanum Dan Rangga dimana keluar surat instruksi bagi kader PAN untuk wajib menonton film tersebut. Sungguh konyol kalau menurut saya.
Itu baru beberapa contoh yang saya ingat yang tentu saja masih banyak lagi tindakannya yang memberikan kesan bila dirinya bukanlah Amien Rais yang dulu lagi.
Jadi wajar bula muncul ketidakpuasan di sana-sini. Semua ketidakpuasan itu terakumulasi dan pecah hari ini. Dimana dalam waktu yang hampir bersamaan selain surat terbuka yang mendesak Amien Rais mundur. Juga muncul kabar mundurnya pengurus DPP PAN. Setelah Bendahara Umum Nasrullah mengumumkan pengunduran dirinya, DPP PAN Bidang Cyber dan Multimedia Agung Mozin juga ikut-ikutan mundur.
Sama seperti Nasrullah, Saat dikonfirmasi, Agung Mozin menyebutkan alasan mundurnya karena suasana di partai yang dianggap sudah tidak sesuai.
Di akar rumput sendiri diketahui banyak kader PAN di berbagai daerah yang membelot dengan mengalihkan dukungan kepada Capres Petahana, Jokowi. Sebelumnya Kader Partai Amanat Nasional Provinsi Sumatera Selatan mendeklarasikan diri mendukung pasangan calon Presiden nomor urut 1 Jokowi-Ma’ruf Amin. Deklarasi itu menyusul pengurus DPW Kalsel juga telah bersikap yang sama mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin jauh-jauh hari sebelumnya.
Akibatnya sudah dapat dipastikan kepercayaan masyarakat terhadap PAN menjadi ikut menurun. Jadi dapat dikatakan upaya kelima pendiri PAN tersebut merupakan usaha untuk menyelamatkan PAN, yang sayangnya belum tentu akan dituruti oleh Amien Rais. Di Usianya yang semakin menua menjelang pikun, ambisi politiknya masih menggebu-gebu. Sehingga tidak mustahil permintaan agar dirinya mundur tersebut pun akan ditolak olehnya mentah-mentah.
PAN sendiri selama empat kali mengikuti pemilu, sempat menorehkan perolehan kursi tertinggil di Pemilu 2014 dengan 9.481.621 suara (7.59%). Ironisnya menurut beberapa lembaga survey, di Pilpres 2019 nanti malah terancam tidak lolos parliamentary threshold yang mensyaratkan 4 persen suara.
Dengan berbagai kejadian yang saya sebutkan di atas, akankah partai berlogo matahari yang dulu turut didirikan oleh Amien Rais akan bertahan atau malah tenggelam akibat ulah Amien Rais sendiri? Sungguh menarik menantikan kelanjutannya. Bagaimana menurut Anda?