Tak henti-hentinya Gubernur Anies membuat gemas tangan saya untuk berhenti membahasnya. Sebenarnya ingin sekali menulis hal lain yang tidak berkaitan dengan Gubernur dan wakilnya yang unik ini. Tapi apa daya pikiran ini berkecamuk, tidak habis pikir, ingin berteriak, ingin diam, ingin ku maki (diriku sendiri)…hahaha.
Masih belum habis rasa penasaran saya akan konsep RUPIS ( Rumah Lapis ) yang belakangan diakui sama dengan RUSUN, kali ini saya terpaksa dibuat geleng-geleng dengan program terbarunya yang masih hangat yaitu pembangunan RPTRA. Loh bukanya RPTRA adalah programnya Ahok ? Bukan! RPTRA yang saya maksud adalah :
Ruas trotoar Publik Terpadu Ramah Ama sepeda motor.”.
Geram!…ya..saking geramnya, entah mengapa segelas kopi sudah habis, padahal baru saja diseduh, nulis juga baru dua paragraf, tanpa sadar sudah ber kali-kali seruput, tinggallah ampasnya. Ditambah lagi mendengar nyinyiran Fadli Zon dan Fahri Hamzah soal pernikahan putri Presiden Jokowi Kahiyang-Bobby.hichhhh…ingin rasanya ku seruput ampas kopi, kutelan sendoknya, kupecahkan gelasnya. arghhhh…!!
Ok, singkirkan dulu kopinya. Kembali ke Anies, Pakar Retorika. Pemprov DKI Jakarta berencana membenahi trotoar sepanjang Sudirman-Thamrin dengan memperlebarnya. Bagus..mantap !. Trotoar di Jakarta yang amburadul memang menjadi sorotan berbagai pihak sudah selayaknya dibenahi. Trotoar yang masih sering dilalui sepeda motor, tidak ramah bagi pejalan kaki, kotor, sempit dan banyak lubang, memang sudah seharusnya di rancang kembali supaya nyaman dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Teringat akan Ahok yang ingin mengadopsi Singapura dan kota-kota di Eropa untuk penataan trotoar yang sangat nyaman dan memanjakan pejalan kaki. Dipasang kursi-kursi supaya orang dapat berhenti sejenak sambil membaca koran atau buku, diberi lampu-lampu jalan terang dengan bentuk yang elegan, dihiasi tempat sampah beraneka bentuk yang artistik minimalis, dengan pemandangan gedung-gedung bertingkat menjulang ke langit, dipadu dengan pohon-pohon hijau dan pagar hidup perkantoran. Oh..Sudah terbayang betapa nyaman berjalan kaki di Jakarta andaikata trotoar kita seperti itu.
Tapi apa yang terjadi, alih-alih memanjakan pejalan kaki, Gubernur Anies justru berencana ingin trotoar itu dirancang agar nantinya ramah bagi sepeda motor. Bah!! Tak kuasa akupun teriak ampun Tuhannnn…!!
Mendengar rencana itu ikan- ikan di aquariumku meloncat, TV ku meledak, daun jendela copot, bajuku robek, kupingku berdarah, kopiku habis…oh, bukanya sudah habis sejak tadi ya hehehe.
Menyedihkan! Setelah dicanangkan oleh Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, Djarot Saiful Hidayat lewat program Trotoar Kita, Anies Baswedan justru meminta desain pembangunan trotoar tersebut diubah karena ia menganggap tidak mengakomodasi para pengendara roda dua.
Berikut pernyataanya :
“Jadi saya minta desain ulang rancangannya, agar bisa mengakomodasi roda dua. Kalau dirancangnya dengan benar pasti bisa jalan baik,” ujar Anies di Balai Kota, Selasa (7/11).
Sumber : beritasatu.com
Ditambah dengan akan dibolehkannya roda dua kembali melintas di jalan Sudirman-Thamrin yang saat ini dilarang, bukankah motor akan makin menggila? Hak pejalan kaki dirampas. Apalagi jika trotoarnya sudah lebar, pasti akan semakin ganas. Pengendara motor di Jakarta ini memang sudah keterlaluan. Jauh dari disiplin, kelakuannya malah lebih tepat dibilang ndeso! Sudah jelas-jelas salah menyerobot trotoar, masih memaki-maki pejalan kaki pula, apa tidak ndeso?
Menanggapi hal tersebut, Anies berkilah dan menyebut Itu hanya imajinasi saja.
“Itu kan imajinasi Anda. Rancangannya dibuat supaya bisa akomodasi roda dua. Itu kemauan. Gini lho, perintahnya adalah buat desainnya supaya bisa masuk roda dua, bisa nyaman buat pejalan kaki sehingga mereka menyatu nanti,” katanya.
Sumber : beritasatu.com
Bagaimana mungkin Sepeda motor dan pejalan kaki menyatu? Tidak bisa, Bapak! sedangkan polusi bising dari knalpotnya saja buat kuping berdarah, hidung mimisan, mata belekan, gigi jigongan. Arghhhh….ini rancangan siapa..?? Oh ampun Tuhannn..!
Entah mungkin saya terlalu bodoh untuk memahaminya atau Gubernur Anies yang terlalu tinggi ilmu kanuragannya, saya mencoba positif thinking aja dengan ide tersebut. Lantaran penasaran saya teruskan membaca berita dari beritasatu.com. Dan seperti yang sudah- sudah inilah pernyataan yang membuat saya berdecak kagum dengan kesaktian Gubernur Anies :
Dia meminta perancang desain pembenahan trotoar tersebut agar memikirkan caranya. Dia yang bikin ide nyeleneh, orang lain yang disuruh memikirkan gimana caranya. Enggak peduli bagaimana caranya pokoknya buatlah agar semua bisa berlalu lintas dengan baik, simpel dan tepat guna.
Sepertinya ini sudah menjadi “trademark” Gubernur Anies. Bolehlah nanti dipatenkan, Agar supaya tidak ada Kepala Daerah lain yang kemudian melakukan plagiarisme.
Terakhir, Saya ingin mengucapkan selamat tinggal Jakarta Baru, selamat datang Jakarta jaman kolonial Belanda. Jakarta kembali mundur kebelakang. Saya menduga ini terjadi karena Anies merancangkannya sejak jaman kolonial. Masih ingat pidato pertama Gubernur Anies ? Ya..saat itu dia mengatakan menggunakan istilah pribumi dan non pribumi karena menulisnya juga pada jaman kolonial Belanda. Hmm…
Pembatasan motor yang diterapkan Ahok sejak Desember 2014 di sebagian Jalan Sudirman hingga ke Jalan Medan Merdeka Barat tamatlah sudah. Anda pejalan kaki ? Selamat ! Sebentar lagi Anda akan bercengkerama bersama dengan pengendara sepeda motor di trotoar Ibu Kota.
“Maju motornya, Bahagia pejalan kakinya”.
Belum habis pikir saya dengan kebijakan Gubernur Anies, saya dibuat heran dengan gelas kopi yang masih penuh..bukankah tadi sudah habis ( pikirku..). “Ma, kok ini kopi masih ada ? Bukanya udah habis ?” tanyaku. “Ya pa, sudah jangan diminum lagi ya, udah sepuluh gelas, nanti perut kembung loh!”
Aduh..! Sepuluh gelas kopi ternyata belum cukup menghilangkan keherananku akan Gubernur Anies.
Selamat untuk para pejalan kaki !