Politik belas kasihan kembali dimainkan SBY, menyebut bahwa aparat tidak netral dalam pilkada. Namun sayangnya SBY tidak menyebutkan nama aparat tersebut dan juga tidak menyodorkan bukti ketidaknetralan aparat seperti apa yang dimaksud.
Alih-alih menarik simpati, pernyataan mantan presiden SBY ini malah mendapat reaksi negatif publik yang memang sudah hafal dengan cara-cara SBY berpolitik.
Parahnya , bukan saja menuding TNI, Polri dan BIN tidak netral, SBY malah sekalian meminta dirinya diciduk aparat. Mungkin maksudnya, kalau dia diciduk aparat lalu publik akan iba dan akhirnya memilih AHY. Ha..ha..ha
“MUNGKIN rakyat tidak berani menyampaikan hal-hal yang menurut mereka kok begini, kasar sekali, kok terang-terangan….Biarlah saya SBY, warga negara biasa, penduduk Cikeas, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang bicara. Kalau pernyataan saya ini membuat intelijen dan kepolisian kita tidak nyaman dan ingin menciduk saya, silakan!” ungkap SBY kepada media. Kompas.com
Bukan kali ini saja SBY menuding aparat tidak netral. Pilkada Jakarta lalu dimana anaknya, AHY juga ikut kontestasi dia juga mengungkapkan hal yang sama. lagi-lagi tanpa dasar dan bukti yang jelas.
Dari pernyataannya, mungkin yang dimaksud SBY aparat tidak netral sebenarnya hanyalah oknum dan bukan institusinya. BIN, Polri, dan TNI tegas menyatakan netral hanya saja mungkin ada oknum TNI, Polri maupun BIN yang menyalahi aturan. Ini sebetulnya bukan hal yang baru sehingga tidak perlu di dramatisir. Tinggal laporkan saja siapa dan buktinya apa. Jika cukup bukti pastilah diproses.
Lagipula namanya manusia, meskipun harusnya netral pastilah dalam hatinya ada pilihan. Permasalahannya adalah apalah kemudian oknum aparat tersebut memobilisasi, mengintervensi dan mengintimidasi massa untuk memilih salah satu pasangan calon ataukah tidak. Kalau tidak ya ngga usahlah dibesar-besarkan.
Untunglah Bawaslu tidak reaktif dan terpancing dengan pernyataan SBY ini dan malah menyarankan SBY untuk membuat laporan. Persoalan hukum memang semestinya diselesaikan lewat jalur hukum.
Saya menduga, selain politik belas kasihan untuk menarik rasa simpati publik, tudingan SBY ini juga akan dijadikan bahan untuk menggugat hasil pilkada nanti jika calon yang diusung ternyata kalah. Memalukan!!
Dituding tidak netral oleh SBY, Jokowi pun meradang. Dengan nada tinggi, Jokowi membantah keras pernyataan pak mangkrak tersebut didepan wartawan:
“Netralitas POLRI, BIN, dan TNI itu adalah bersifat mutlak dalam penyelenggaraan pemilu dan ini sudah sampaikan kepada Kabin, Kapolri, Panglima TNI. jadi ga usah ditanyakan lagi” -Jokowi-
Patut disesalkan! Memasuki masa tenang pilkada mustinya elit politik sedikit menahan diri dari pernyataan-pernyataan yang berpotensi memantik kegaduhan, ini malah seperti gerakan terstruktur dari lawan politik Jokowi. Senada dengan SBY, Gatot Nurmantyo juga menuding aparat tidak netral dalam orasinya di Medan beberapa hari lalu, saking ngebetnya berkuasa…
Cara berpolitik lawan yang kampungan seperti inilah yang membuat saya semakin mantap untuk tetap berada di barisan Jokowi dan teman-temannya. Siapakah mereka? Djarot di Sumatra Utara, Ganjar di Jawa Tengah, Kang Dedi di Jawa Barat dan kedua pasang calon di Jawa Timur.
Om, netral Om!