Peristiwa sumpah pemuda di tahun 1928 bukanlah momen yang kebetulan terjadi. Sumpah pemuda dikonsep dan dimatangkan oleh sekelompok pemuda yang tinggal disebuah gedung, Jl. Kramat Raya 106 yang kini menjadi gedung Sumpah Pemuda. Salah satu pemuda penghuni gedung itu ialah Amir Sjarifoeddin. Selain Amir Sjarifoeddin, penghuni gedung tersebut antara lain A.K. Gani, Asaat, Abu Hanifah, Moh Abbas, Mangaradja Pintor dan Moh. Yamin, tokoh dan perumus sumpah pemuda yang paling terkenal.
Berapa banyak pemuda Indonesia saat ini yang mengenal nama Amir Sjarifoeddin? Saya rasa sangat sedikit. Tetapi saat pergerakan kemerdekaan, nama Amir Sjarifoeddin sangat terkenal diantara pemuda-pemuda Indonesia. Perannya bukan hanya dalam Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda itu. Amir juga adalah orator ulung partai, ahli pengorganisasi massa, pengacara yang handal dan merupakan tokoh pemuda yang paling disegani. Bahkan saat Pemuda ingin segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, nama Amir Sjarifoeddin-lah yang pertama kali diusulkan untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Namun, keberadaan Amir di penjara “mencegah” namanya tertulis pada catatan sejarah sebagai bapak proklamator. Sehingga pilihan kedua pemuda jatuh kepada Sutan Syahrir. Tetapi, Syahrir menganjurkan kepada pemuda untuk menyerahkan kehormatan itu kepada Soekarno-Hatta.
Setelah proklamasi kemerdekaan nama Amir Sjarifoeddin tetap diperhitungkan. Pada tahun 1947, Amir Sjarifoeddin dilantik Soekarno untuk menjadi perdana menteri menggantikan Sutan Syahrir. Saat Amir menjadi perdana menteri, agresi militer pertama Belanda terjadi dan agresi tersebut dilanjutkan dengan perjanjian Renville. Amir Sjarifoeddin merupakan ketua delegasi Indonesia dan penandatangan perjanjian tersebut. Beberapa partai yang tidak setuju dengan perjanjian Renville ini menuntut Amir Sjarifoeddin mundur dari jabatan perdana menteri. Akibat tekanan oposisi tersebut, akhirnya Presiden Soekarno melepaskan jabatan Amir sebagai perdana menteri dan menyerahkannya pada Hatta. Kejadian ini menyebabkan kekecewaan besar pada diri Amir Sjarifoeddin. Untuk mengobati kekecewaannya, ia mendekat pada tokoh-tokoh komunis yang berniat untuk menjatuhkan pemerintahan Soekarno-Hatta.
Begitu banyaknya ideologi juga kepentingan pada masa itu membuat bapak-bapak pejuang kemerdekaan harus saling berhadapan dan bermusuhan satu sama lain. Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 ikut menyeret Amir Sjarifoeddin kedalam pertikaian tersebut. Ia ditangkap oleh tentara dan ditahan. Hingga akhirnya, pada tahun 1948 itu juga Amir Sjarifoeddin ditembak oleh tentara atas perintah Gatot Soebroto-Gubernur Militer saat itu. Pada tahun 1950, pemerintah Indonesia menggali kuburan Amir Sjarifoeddin dan diserahkan kembali kepada keluarganya untuk dimakamkan kembali. Selama acara penguburan dan pemakaman kembali ini, pemerintah melakukan upacara dengan menaikkan bendera ‘merah putih’ setengah tiang dan bendera PKI satu tiang penuh. Upacara ini menunjukkan secara simbolik bahwa Indonesia berduka cita karena kehilangan putra pejuang kemerdekaan ini dan sebaliknya PKI berhasil menyesatkan putra Indonesia ini [1].
Sebelum Kongres pemuda II yang melahirkan sumpah pemuda, Amir Sjarifoeddin bersama-sama Mohammad Yamin, Bahder Djohan, dan Abu Hanifah adalah pemimpin yang terkemuka dari Jong Sumatranen Bond. Amir Sjarifoeddin tidak hanya aktif dalam organisasi kedaerahan, ia juga aktif dalam organisasi yang bersifat nasional. Ini menunjukkan bahwa didalam diri Amir Sjarifoeddin perasaan persatuan sebagai bangsa Indonesia sudahlah matang. Amir Sjarifoeddin merupakan salah satu tokoh dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan atas inisiatif PPPI-lah Kongres Pemuda II diselenggarakan. Didalam Panitia Persiapan Kongres Pemuda II ini Amir Sjarifoeddin ambil bagian dalam panitia dan duduk sebagai bendahara mewakili Jong Batak’s Bond.
Melihat begitu banyaknya peran Amir Sjarifoeddin dalam melahirkan Sumpah Pemuda, perjuangan kemerdekaan, peranan dalam kepemerintahan dan revolusi fisik, tidaklah pantas bangsa ini melupakannya. Hingga saat ini pemerintah Indonesia belum memberi gelar Pahlawan kepada Amir Sjarifoeddin sehingga terkesan sengaja dilupakan. Dalam kesempatan ini, saya ingin mengingatkan masyarakat Indonesia dan khususnya pemuda-pemudi akan peran-peran Amir Sjarifuddin pada persatuan dan kesatuan Republik ini. Dan juga menghimbau kepada Presiden untuk mempertimbangkan dan segera memberikan gelar pahlawan nasional kepada Amir Sjarifoeddin.
Alangkah tidak eloknya melihat begitu banyak jasa-jasa yang telah dilakukan oleh seorang pejuang seperti Amir Sjarifoeddin, namun karena satu kesalahan saja pejuang tersebut dihukum dengan keji tanpa pengadilan untuk kemudian dilupakan. Perlakuan terhadap pejuang seperti ini sungguh contoh yang tidak baik dan akan melemahkan semangat orang-orang yang berniat untuk melakukan hal baik bagi negerinya. Pemerintah sebaiknya memberikan penghargaan kepada Amir Sjarifuddin sama seperti pemerintah memberikan penghargaan kepada Mohammad Yamin, senior Amir semasa kuliah hukum dan teman satu tempat tinggal di Jalan Kramat Raya 106.
Idealnya, Pemerintah memberikan perhargaan yang setimpal kepada setiap orang yang berjasa bagi bangsa dan Negara. Namun, kenyataannya seringkali pemerintah melupakan pahlawan. Tidak hanya pahlawan kemerdekaan, pahlawan dalam bidang lain seperti olahraga—atlet dan mantan atlet—sering tidak mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan perjuangan yang dilakukannya.
Semoga di momen sumpah pemuda ini mengingatkan kita kembali akan pahlawan-pahlawan seperti Amir Sjarifoeddin. Dan semoga momen Sumpah Pemuda Ini mengingatkan kita kembali pada isi Sumpah Pemuda:
“Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia menjungjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”
Sumpah pemuda ini masih dan akan terus kita jalankan. Karena diatas persatuanlah bangsa Indonesia kuat dan mampu menghadapi tantangan apapun. Baik itu tantangan dari luar seperti globalisasi hingga tantangan dari dalam seperti radikal dan separatis. Amir sjarifoeddin dan pemuda-pemudi Indonesia sudah memulai untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Mereka dengan rendah hati menanggalkan semangat organisasi kedaerahan masing-masing dan bersumpah sebagai satu tanah air, satu bangsa dan menjunjung bahasa persatuan. Saat ini tugas pemuda Indonesia hanyalah mempertahankan persatuan tersebut dari segala ideologi yang berniat untuk merusaknya.
Kita Pemuda Indonesia #BeraniBersatuMembelaKeberagaman
Catatan :
[1] Frederick Djara Wellem, Amir Sjarifoeddin, Tempatnya dalam Kekristenan dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (Jakarta: Ut Omnes Unum Sint Institut, 2009) hal 201