Pernah muncul wacana, bagaimana kalau Prabowo disandingkan dengan Jokowi pada pilpres mendatang, saya mencoba menganalisa hal ini dengan dasar pengetahuan yang rendah serta sudut pandang awam.
Seseorang memilih Jokowi karena tidak menyukai Prabowo begitu pula sebaliknya. Mungkinkah Jokowi memilih Prabowo sebagai pasangannya ?, jawabnya adalah “manakah mungkin terjadi” karena pada saat ini Prabowo sudah merasa kapasitasnya sebagai presiden RI meski itu belum pernah terjadi, tentu beliau enggan menjadi wakil. Sedangkan bagi Jokowi bila berpasangan dengan Prabowo bisa di pastikan elektabilitasnya akan turun, karena 2 kandidat ini bisa di persepsikan sebagai nahkoda. Jika kapal di jalankan oleh 2 nahkoda maka kapal tersebut tidak akan berjalan normal hanya maju mundur tak tentu arah dan lama lama bisa di tenggelamkan Bu Susi.
Bagi Jokowi akanlah sulit jika memilih Prabowo sebagai pasangan, karena akan muncul anggapan asal jadi presiden nggak perduli dengan siapa berpasangan yang penting bisa menang. Seringkali survey survey elektabilitas yang di buat masih menempatkan Jokowi di peringkat atas. Bagi Jokowi sekarang hanya menjalankan sisa waktu masa jabatan serta menyelesaikan agenda yang sudah terjadwal.
Pembubaran HTI oleh pemerintah sudah barang tentu akan mengurangi sedikit pemilih Jokowi, pada skala kecil di pedesaan yang masyarakatnya rata rata berprofesi sebagai petani serta simpatisan HTI, pernah saya tanyakan kepada mereka tentang pilpres ke depan mereka semua menjawab asal bukan Jokowi padahal mereka sebelumnya memilih Jokowi.
Sungguh mengherankan karena mereka menganggap pemerintah Jokowi ini aneh dan semena-mena, dimana kesemenaan itu adalah karena pemerintah membubarkan organisasi dakwah, padahal ketika saya jelaskan bahwa dibelasan negara lain HTI juga dilarang mereka tidak percaya, hanya kepada ustadznyalah mereka percaya.
Sungguh suatu doktrin yang sesat bahwa HTI itu hanya organisasi dakwah, kalau cuma organisasi dakwah kenapa mesti dilarang pemerintah ?, dan saya masih mencari jawaban bagaimana anggota HTI di akar rumput menganggap HTI itu hanya dakwah semata jika demikian halnya apa bahayanya mereka bagi pemerintah, ini sunguh sunguh sebuah pemahaman yang luar biasa sesat.
Pada pilpres mendatang mungkin akan muncul kejutan-kejutan yang dasyat karena sampai saat ini orang masih belum bisa memprediksi siapa-siapa yang ingin menjadi capres dan cawapres selain Jokowi dan Prabowo tentunya. Saya pribadi beranggapan bahwa Jokowi masih bisa terpilih untuk yang ke dua kali dengan alasan awam dan sederhana, saya memilih Jokowi karena saya anggap beliau tidak rakus jabatan serta merakyat, penjelasan tidak rakus jabatan adalah sampai saat ini beliau tidak memasukkan salah satu anaknya pada kepengurusan partai karena partai adalah kendaraan yang bisa dipakai untuk menuju puncak kuasa. Beliau merakyat karena sangat dekat dengan rakyat ini 2 alasan sederhana yang saya jadikan dasar untuk memilih Jokowi. Sekarang ada 1 tambahan alasan lagi, ternyata beliau bekerja sangat bagus.
Hanya dalam waktu 3 tahun Jokowi telah membangun jalan trans Papua. Membuat ribuan desa di Maluku dan Papua yang tadinya gulita menjadi benderang, karena selama Republik ini merdeka belum pernah merasakan layanan PLN. Membangun pos-pos di perbatasan menjadi lebih keren. Membangun jalan di perbatasan di Kalimantan Barat sampai Kalimantan Utara sepanjang 1.900 km. Membangun waduk di NTT, membangun bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia. Membangun jembatan Holltekamp di Jayapura, dan masih banyak yang lainnya. Ini pencapaian pembangunan dalam waktu 3 tahun, saya membayangkan bagaimana pencapaian yang dicapai bila Jokowi memimpin selama 10 tahun.
Memang tidak ada manusia yang sempurna bagi pembenci Jokowi mereka pasti punya nurani juga dan ada kemungkinan malu mengakui kelebihan Jokowi. Saya tidak bermaksud mempengaruhi pembaca untuk memilih lagi Jokowi, tapi mudah mudahan tulisan ini membawa manfaat bagi pembaca.
Salam 2 periode