Tidak ada hal yang lebih mengkhawatirkan bagi saya ketimbang santernya kabar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan maju menjadi calon presiden 2019 nanti. Selain saya anggap tidak mampu, tentu akan sia-sia lima tahun pondasi pembangunan yang sudah digarap presiden Jokowi.
Bukan saya pesimis, tetapi kita tahu bahwa lima tahun pertama Jokowi fokus menggenjot infrastruktur untuk mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Dan lima tahun berikutnya barulah Jokowi akan fokus untuk membenahi Sumber Daya Manusia. Apa kita mau visi Jokowi yang sudah sangat terarah ini berbalik atau bahkan harus berhenti ditengah jalan? Tentulah tidak.
Mengapa saya bilang mengkhawatirkan jika Anies menjadi presiden. lha bayangkan saja, jika mengawasi LPJ 33.000 RT RW saja bingung apalagi harus mengurus 34 provinsi yang terdiri dari ratusan ribu RT RW dan lebih dari 17 ribu pulau dari Sabang sampai Merauke. Bagaimana mau mengelola APBN 2000 triliun jika mengawasi 400 miliar dana operasional RT RW se DKI Jakarta saja kesulitan? Lha inilah yang mendasari mengapa saya tidak setuju jika Anies menjadi presiden. Sangatlah riskan jika memaksakannya.
Belum lagi kita ingat rekam jejak salah menyusun APBN-P di kementerian pendidikan senilai 23.3 triliun yang membuatnya “dicukupkan” oleh jokowi. Bisa ditarik kesimpulan bahwa Anies memang tidak mau dan tidak mampu bekerja. Saya bilang Anies tidak mampu dan tidak mau kerja, karena jika seseorang mempunya kemauan dan mencintai pekerjaannya, seberat apapun akan terasa ringan dan pasti akan muncul inovasi. Apalagi hanya mengawasi RT-RW.
Coba saja bandingkan dengan Ahok yang bekerja sampai larut malam untuk menyisir dan mengawasi penyusunan APBD yang jumlahnya mencapai 60 ribu item. Dua kali lipat dari jumlah LPJ RT-RW. Caranya bagaimana, dia bikin E-budgeting dan E- catalog. Itulah hasilnya, inovasi-inovasi akan muncul kalau seseorang mencintai pekerjaanya.
Padahal sebenarnya gampang saja mengawasi LPJ RT-RW ini. Kemajuan teknologi memungkinkan apapun yang sulit menjadi sangat mudah. Mengapa tak memanfaatkan itu? Tinggal delegasikan saja ke bawahannya, lakukan random check atau pemeriksaan secara berkala untuk memastikan dana operasional benar-benar bermanfaat untuk warga. Berikan sanksi tegas jika ditemukan penyelewengan sebagai efek jera. Simpel bukan!
Menghapus LPJ sama halnya dengan mempersilahkan mereka menggunakan dana operasional semau-maunya mereka tanpa pertangungjawaban yang jelas. Wah…kalau begini ya mau lah nanti saya tahun depan nyate, nyalon RT maksudnya.
Daripada kita ketar-ketir maka pilihan terbaik adalah tidak mendukungnya untuk nyapres dan memberinya kesempatan untuk belajar lebih dulu mengawasi LPJ 33.000 RT-RW di Jakarta lima tahun kedepan. Setuju?
Dan inilah tiga hal yang menjadi alasan mengapa saya tidak mendukung Gubernur Anies menjadi capres.
Alasan pertama, Ambisinya.
Ambisi yang berlebihan akan membuat seseorang menjelma menjadi apapun dan siapapun dengan menggunakan segala cara untuk mendapatkan yang dia inginkan meskipun dengan cara-cara yang sebenarnya berlawanan dengan hati nurani dan idealismenya. Anies yang begitu fasih bicara toleransi dan kebhinekaan namun akhirnya harus memenangkan Pilkada DKI dengan cara-cara yang jauh dari apa yang dulu dia perjuangkan.
Ini seperti seorang pria yang ngalor ngidul berbusa-busa bicara soal kesetiaan tetapi kemudian malah bangga dan pamer telah sukses punya istri kedua dengan cara menyelingkuhi istri orang. Kan parah! Ha..ha..ha
Ambisi Anies menjadi presiden sudah nampak sejak dia mengikuti konvensi partai Demokrat tahun 2014. Setelah gagal, lalu dia menjadi bagian dari tim kampanye Jokowi. Jokowi berhasil menjadi presiden, dan dia pun diangkat menjadi orang nomor satu di departemen pendidikan. Belum sampai setahun dipecat Jokowi lantaran tak mampu membenahi sektor pendidikan, dia lantas berbalik haluan mendukung Prabowo yang sewaktu pilpres ia serang habis-habisan agar dicalonkan menjadi Gubernur. Luar biasa…
Alasan kedua, pembangunan Indonesia akan melambat.
Baru beberapa hari menjadi Gubernur dia sudah membuat manuver-manuver yang berpotensi menghambat pembangunan di Jakarta. Sebut saja tolak reklamasi, mempertanyakan AMDAL lalin dalam proyek MRT LRT, dan bahkan pembangunan revitalisasi cagar budaya Kota Tua pun terancam gagal lantaran kampung aquarium yang sedianya menjadi bagian dari proyek tersebut malah akan kembali dibangun hunian untuk warga.
Dan sejumlah kemunduran-kemunduran yang lain seperti mengembalikan fungsi Monas seperti lapangan Ikada pada jaman kemerdekaan, mengembalikan kesemrawutan jalan-jalan yang selama ini steril sepeda motor. Dan kabarnya, Anies juga akan mengangkat Elisa sutanudjaja arsitek tata kota yang menolak keras reklamasi dan sejumlah proyek pembangunan jalan di jakarta menjadi staff atau tim TGUPP nya. Alhasil, proyek 6 ruas tol dalam kota pun terancam mandeg.
Berarti lengkap sudah potensi kemunduran pembangunan di Indonesia jika Anies benar-benar menjadi presiden. Sia-sia lah Jokowi peras keringat lima tahun.
Alasan ketiga, ini yang tak kalah menyedihkan. Jika Anies nyapres, mau tak mau warga Jakarta harus menerima Sandiaga menjadi Gubernur Jakarta, wakil gubernur yang mau sumbangkan dana operasionalnya tapi tidak jadi. Ya..Jakarta akan terbengkalai.
Pak Anies masih mending pintar dikit menutupi kekurangan Sandiaga, lha kalau ditinggal pak Anies, Sandiaga bakal kelimpungan. Memikirkan solusi-solusi terus ga tau kapan eksekusinya. Janji-janji terus entah kapan realisasinya.
Semula saya berpikir mengapa Sandi kadang berubah-ubah gaya. Kadang pelari, kadang bangau, terakhir superman. Saya pikir-pikir apa dia ingin menunjukkan bahwa dia hebat di udara seperti Superman, hebat di air seperti bangau, dan hebat di darat seperti pelari? Ternyata nggak juga. Lha ikut rapat sama menteri aja buktinya telat 41 menit…hehe.
Itulah mengapa kita harus terlibat aktif dalam pilpres 2019 mengawal kemenangan Jokowi dua periode. Jokowi tetaplah yang terbaik untuk saat ini. Sangat sayang jika Jokowi harus tergantikan apalagi jika Gubernur Anies yang menjadi gantinya.
Strategi kita adalah: kupas habis kekuatan lawan, gembor-gemborkan prestasi-prestasi dan capaian Jokowi, dan yang tak kalah penting adalah sampaikan kepada masyarakat apa mimpi-mimpi dan harapan Jokowi untuk Indonesia kedepan. Bravo, Jokowi!
Selamat menjual mimpi dan harapan Jokowi!
Lihat juga tulisan saya yang lain disini: