Kaum pro Prabowo selama ini selalu berusaha mengasosiasikan Prabowo sebagai tokoh yang merakyat, Partai Gerindra sendiri melalui kadernya yang dulu sempat nyasar di simpang susun semanggi juga berusaha mengasosiasikan Prabowo sebagai calon pemimpin yang ganteng, merakyat, pintar dan sederhana.
Bahkan saat kampanye 2014 yang lalu, Prabowo pernah mengatakan kalau dirinya adalah orang miskin yang berpura-pura kaya. (Maaf, saya ketawa sejenak, hahahaha…).
Dalam kampanye tersebut, Prabowo yang saat itu berpasangan dengan Hatta Rajasa pun berjanji akan merealisasikan harapan-harapan masyarakat agar Indonesia menjadi lebih sejahtera. Berikut saya lampirkan link-nya.
(https://nasional.sindonews.com/read/875940/113/tampik-tudingan-tidak-merakyat-prabowo-ungkap-pernah-miskin-1403426809)
Benarkah demikian?
Mengenai ganteng dan pintar sudah pernah saya tulis disini, silahkan bagi yang belum membacanya
https://www.Indovoices.com/umum/prabowo-ingin-nyapres-tapi-cuma-bermodal-tampang-dan-iq-superior/
Jadi saya akan langsung membahas soal sederhana dan merakyat.
Saya tidak tahu dari sisi mana seorang Prabowo disebut sederhana, kuda peliharaannya saja seekornya sudah seharga 3 miliar rupiah. Tentu pembaca masih ingat saat Jokowi menerima undangan Prabowo untuk berkunjung ke kediamannya di kampung Bojong Koneng, Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
Mengenakan topi koboi pemberian Prabowo, Jokowi diajak naik ke kuda warna putih yang bernama Salero. Adapun Prabowo naik Principe, sembrani warna coklat kelangenan Prabowo. Salero dan Principe adalah dua dari empat kuda kelangenan Prabowo. Bila keempat kuda tersebut dikalikan 3 miliar saja totalnya sudah 12 miliar.
Prabowo sendiri sejauh ini masih tercatat sebagai calon presiden terkaya walaupun gaji pensiunannya sebagai Letjen cuma Rp3,7 juta per bulan. Namun bila ditotal kekayaan Prabowo mencapai Rp 1,67 triliun dan US$7,5 juta. (https://mojok.co/redaksi/rame/nafkah/menghitung-kekayaan-prabowo-subianto/)
Sebuah nilai yang fantastis bukan?
Bandingkan dengan Jokowi yang kekayaannya “hanya” senilai Rp30,007 miliar dan US$30.000. (https://mojok.co/redaksi/rame/nafkah/menghitung-kekayaan-presiden-jokowi/)
Dari sikap maupun tindakan, sudah bukan merupakan hal yang aneh bila Jokowi dalam blusukannya terlihat duduk bercengkerama bersama rakyatnya, makan di warteg, pegang payung sendiri bahkan tidak ragu naik truk saat menjajal Jalan Tol Bakauheni, Januari 2018 yang lalu.
Sedangkan Prabowo? Saya sama sekali belum pernah melihatnya, mungkin bila pembaca mengetahuinya dapat menuliskannya di kolom komentar. Karena saya tidak mengerti, Prabowo dikatakan sederhana dari sudut mananya?.
Lalu bagaimana dengan sifat merakyat?
Bila kata merakyat itu dimaksudkan sebagai sifat-sifat atau tindakan yang ingin membela kepentingan rakyat, ingin mensejahterakan rakyat, memperhatikan kehidupan dan kemakmuran rakyat. Jujur saja, saya tidak melihat hal tersebut ada dalam diri seorang Prabowo seperti janjinya saat kampanye dulu atau saat digembar-gemborkan kadernya saat sekarang ini.
Jangankan mensejahterakan rakyat, bahkan mensejahterakan karyawannya sendiri pun dia tidak sanggup, tidak mau atau bahkan tidak peduli. Tidak percaya?. Ini buktinya.
Bekas buruh perusahaan PT Kertas Nusantara, Indra Alam mendatangi Gedung DPR, Rabu 21 Maret 2018, untuk mengadukan soal gaji dan uang pesangon yang belum juga dibayar. PT Kertas Nusantara merupakan milik Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto
Para anggota serikat pekerja itu telah menginap di depan pintu masuk DPR selama enam hari. Bahkan aksi yang dilakukan sempat dihalang-halangi oleh kader Partai Gerindra dengan merampas spanduk. Padahal tuntutan yang dilayangkan pihaknya tidak besingungan dengan Partai.
“Kami murni dari unsur karyawan menuntut hak kami empat tahun plus PHK yang belum terbayarkan. Diartikan seperti itu silahkan tapi yang jelas kami menuntut bahwasanya kebetulan miliknya Pak Prabowo. Ayo dong Pak Prabowo turun gunung bagaimana penyelesaian kasus ini. Intinya kami minta keadilan” pungkasnya. (https://www.jpnn.com/news/tuntut-gaji-bekas-buruh-perusahaan-prabowo-geruduk-dpr)
You see?. Bayangkan saja, dari 2014 sampai sekarang TIDAK DIBAYAR. Dan orang yang tidak membayar itu mengaku akan mensejahterakan rakyat?, Apa masih bisa dipercaya?.
Padahal kekayaannya triliunan, bukan hal yang sulit kalau menurut saya, jadi tidak mungkin dirinya tidak mampu. Kalau tidak mau dan tidak peduli, bisa jadi.
Pekerja yang bekerja untuk menghasilkan uang bagi dirinya saja tidak diperdulikan, bagaimana mungkin kita berharap pemimpin seperti itu mau merealisasikan janjinya menyejahterakan rakyatnya kelak?. Masih layakkah model calon pemimpin seperti itu kita pilih?.
Salam dua periode