Oleh: Gurgur Manurung
Indovoices.com – Dalam perjalanan kehidupan, saya yang senang bergaul dan berdialog dari satu tempat ke tempat lain. Dari diskusi formal dan non formal, dari satu tempat ke tempat lain, sering menemukan orang yang mengumbar jabatan dan kekayaannya. Senang menceritakan apa yang dimilikinya. Tapi, orang sering menghindar untuk mendengarnya. Itulah sebabnya orang seperti itu disebut banyak cerita.
Dia menceritakan jabatan dan kekayaanya tetapi tidak menarik ceritanya. Ketika dia bicara di muka umum, jarang orang tertarik dengan apa yang dibicarakan. Bosan orang mendengar ceritanya. Dia bicara karena jabatan dan kekayaanya. Dan, sialnya dia marah kepada pendengar ketika tidak mendegar bicaranya.
Mengapa orang tidak mendengar orang yang memiliki jabatan penting? Mengapa pula orang mendengar orang-orang yang tidak memiliki jabatan?.
Saya melihat, orang yang masih senang mengumbar jabatan tanpa makna, merupakan bagian dari sikap kumuh manusia.
Di era digital ini yang dibutuhkan adalah orang yang pemikirannya cerdas, tulus, dan bermafaat bagi orang lain. Sebab, jejak kita direkam tanpa kita sadari. Alat perekam sekarang tidak bisa kita hindari. Karena itu, era digital ini mempertontonkan kepada publik bahwa yang dibutuhkan orang dan bermanfaat adalah ucapan dan tindakan. Ucapan dan tindakan terekam secara digital.
Menceritakan rentetan jabatan tanpa perbuatan sama saja mempermalukan diri. Sebaliknya, perbuatan tanpa jabatan merupakan tindakan terpuji. Era digital bisa melakukan perubahan dengan menggunakan jejaring dan kekuatan digital.
Walaupun demikian, kita butuh regulasi yang dihasilkan oleh pemimpin yang cerdas dan memiliki jaringan dan mampu memanfaatkan digital untuk kepentingan masyarakat.
Karena itu pulalah, kita memberikan hak suara kita 17 Apri 2019 kepada Jokowi dan Calon Legislatif yang mampu mengejawantahkan aspirasi rakyat.
#gurmanpunyacerita