Selesai sudah masa kerja Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 pada hari ini, 15 Oktober 2017. Gubernur baru akan mulai dilantik besok pada tanggal 16 Oktober 2017 di Istana Negara yang rencananya akan berbarengan dengan Gubernur D.I. Yogyakarta, namun karena satu hal dan lain-lain, sepertinya Gubernur DKI Jakarta akan dilantik sendirian, mungkin, oleh Presiden atau oleh Wakil Presiden Indonesia, jika Presiden berhalangan untuk tiba di Istana tepat waktu. Berhubung beliau memiliki agenda yang sudah direncanakan jauh hari sebelumnya untuk memberikan kuliah umum di Semarang. Katanya.
Lima tahun sudah, dimulai oleh Pak Jokowi, lalu dilanjutkan oleh pak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan kemudian Pak Djarot Saefudin Hidayat, memipin DKI Jakarta, banyak hal-hal baru yang mereka lakukan untuk merubah wajah Jakarta menjadi lebih cantik.
Dan sepanjang sejarah Jakarta, Gubernur DKI Jakarta sampai saat ini yang berhasil melakukan perubahan hanya ada dua, Ali sadikin dan 3 Gubernur dalam 1 periode 2012-2017. Sejarah ini sama dengan sejarah Indonesia, dimana perubahan Indonesia dilakukan juga oleh Presiden pertama dan presiden sekarang.
Memang setiap pemimpin Jakarta atau Indonesia, pasti ada lah yang ditinggalkan sebagai warisan generasi berikutnya. Mari kita tengok, warisan apa saja yang sudah ditinggalkan 3 serangkai Jokowi-Ahok-Djarot untuk warga Jakata :
- RPTRA
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) adalah adalah konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai permainan menarik, pengawasan CCTV, dan ruangan-ruangan yang melayani kepentingan komuniti yang ada di sekitar RPTRA tersebut, seperti ruang perpustakaan, PKK Mart, ruang laktasi, dan lainnya. RPTRA juga dibangun tidak di posisi strategis, namun berada di tengah pemukiman warga, terutama lapisan bawah dan padat penduduk, sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh warga di sekitar.
RPTRA dibangun sebagian besarnya dengan menggunakan sumbangan dana Corporate Social Responsibility. Peran pemprov biasanya dengan menyediakan lahan. Biaya pembangunan biasanya berkisar 400-750 juta dari pihak swasta. Proses pembangunan, pengawasan, dan pemeliharaan RPTRA juga melibatkan masyarakat sekitar. Bahkan perawatan taman juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar RPTRA dan dikoordinir oleh ibu-ibu PKK. Harapannya, RPTRA bisa ikut membantu kota DKI Jakarta untuk bisa meraih status kota layak anak sekaligus menyediakan ruang terbuka hijau bagi publik.
Menurut Ahok, hingga 2017 nanti harus bisa mencapai sebanyak 300 RPTRA. Pemerintah kota (pemkot) harus bisa mengajukan lahan yang akan dibuat RPTRA. “Walikota harus cari aset pemda yang terbengkalai, kalau memang diduduki orang harus direbut kembali,” tegasnya.
Dikatakan Ahok, pengelolaan RPTRA tidak boleh sembarangan dan akan dibuatkan peraturan gubernur (Pergub) pengelolaan tentang pengelolaan ruang publik di lingkungan masyarakat tersebut.
Namun malang tak dapat ditolak, rencana pembangunan 300 RPTRA yang direncanakan Ahok, sampai akhir jabatan Djarot, tidak mencapai target dan sebelum Djarot mengakhiri masa jabatannya, dia meresmikan 100 RPTRA secara bersamaan.
2. Smart City
Jakarta Smart City adalah penerapan konsep kota cerdas yang mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mengetahui, memahami, dan mengendalikan berbagai sumber daya di dalam kota dengan lebih efektif-efisien demi memaksimalkan pelayanan publik, memberikan solusi penyelesaian masalah, dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Sederhananya, Jakarta Smart City bertujuan untuk mewujudkan konsep kota cerdas yang memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan publik. Berbagai perangkat pun sudah diluncurkan Pemda DKI untuk mencapai misi tersebut. Dalam hal informasi publik, Pemda DKI teah meluncurkan portal resmi jakarta.go.id, kanal YouTube resmi Pemprov DKI, serta application programming interface (API) bagi pengembang melalui api.jakarta.go.id.
Pada tanggal 15 Desember 2014, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama meresmikan Jakarta Smart City.
3. Mesjid Fatahillah di Balai Kota
Tujuan dibangunnya masjid di Balai Kota ini, menurut Ahok, juga agar PNS-PNS senantiasa ingat Tuhan. Dengan begitu, tidak akan ada yang akan berani KKN atau tidak bekerja dengan baik. “Bahwa kita di bawah sumpah jabatan, bukan sumpah main-main,” sambungnya.
Nama masjid ini disamakan seperti musala yang ada selama ini ada di Balai Kota, yakni Fatahillah. Masjid yang dibangun oleh PT Ganiko ini diperkirakan dapat menampung 1.513 orang. Masjid Fatahillah itu mulai pembangunan pada 18 September 2015. Anggaran masjid ini mencapai Rp 18, 838 miliar yang diambil dari APBD 2015.
Ahok mengaku sempat disodori dua desain bangunan masjid. Salah satu desainnya, menurut Ahok, bangunan masjid tidak terlihat karena menyatu dengan gedung Blok D Pemprov DKI. Oleh karena itu, dirinya memilih desain bangunan yang dari jauh bangunan tersebut bisa terlihat bahwa gedung tersebut adalah masjid.
Selama 3 bulan pembangunan, PT Ganiko berada di bawah pengawasan Dinas Perumahan dan Gedung Pemda DKI Jakarta. PT Ganiko juga sebelumnya telah berpengalaman membangun masjid di kantor Wali Kota Jakarta Barat dan kantor Wali Kota Jakarta Pusat.
4. Perbaikan Air Mancur di Monas
Setelah delapan tahun tahun tak berfungsi, air mancur menari di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, akhirnya dapat dinikmati kembali sejak Sabtu (12/8/2017) malam. Lagu “Tanah Airku” karya Ibu Sud berkumandang di Monas diikuti gerak-gerik air mancur. Gerakan air mancur itu dikendalikan oleh alat magic piano sehingga terlihat ikut menari seirama dengan alunan musik yang dimainkan.
Lebih dari itu, air mancur juga tampak berwarna-warni karena didukung teknologi screenwater. Warna merah-putih pada air mancur memunculkan semangat nasionalisme saat lagu-lagu kebangsaan dimainkan. Keindahan air mancur menari di Monas atau Jakarta Monas Fountain ini tak terlepas dari kerja sama berbagai pihak.
Ahok memberikan perangkat kelistrikan hingga kabel agar air mancur menari bisa kembali menyala. Ahok sendiri disebut menyumbang sekitar Rp 200 juta. Addie MS menyumbang aransemen lagu untuk mengiringi air gerakan air mancur. Kemudian, Sabdo meminta tolong sahabatnya, Harry Kiss untuk menyumbangnkan sound system.
“Mohon dijaga baik-baik Monas Fountain ini, terutama kebersihan dan ketertibannya. Semoga tidak ada yang kesasar untuk sampai di lokasi fountain,” tulis @timbtp di akun Instagram Ahok.
5. Simpang Susun Semanggi
Proyek ini digagas oleh Ahok dengan menggunakan Peraturan Gubernur DKI Jakarta, yang memberi syarat kepada sebuah perusahaan swasta untuk membiayai proyek Simpang Susun Semanggi sebagai kompensasi kenaikan koefisien luas bangunan (KLB) atas pembangunan konstruksi mereka di Ibu Kota.
Ahok menjelaskan, pemenang tender proyek senilai Rp 360 miliar tersebut adalah perusahaan pelat merah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Wijaya Karya (Tbk). Pengerjaan lanskap jalan layang sepanjang 1,6 km oleh Toyota Corp.
Simpang susun Semanggi bertujuan untuk mengurangi kemacetan di wilayah Semanggi sebanyak 30 persen. Lantaran wilayah tersebut selalu menjadi titik utama pertemuan dari berbagai arah dan menyebabkan kemacetan yang berkepanjangan.
6. Normalisasi Sungai Ciliwung
Sungai Ciliwung adalah sungai yang membelah Jakarta. Tak hanya mengembalikan lahan hijau, Ahok juga berupaya untuk melakukan revitalisasi terhadap sungai Ciliwung. Dengan harapan, agar kawasan Jakarta dapat meminimalisir potensi banjir. Juga menuai protes dan pro-kontra dari warga di bantaran sungai, Ahok tidak bergeming.
Kini Sungai Ciliwung telah berubah total dan mampu mengurangi masalah banjir di Jakarta.
7. Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar
Di awal periode masa jabatannya sebagai Gubernur DKI, Jokowi menggulirkan program jaminan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat yang tidak mampu. Seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang diresmikan pada November 2012, mampu menggratiskan warga yang membutuhkan rawat jalan, rawat inap dan berobat. Jokowi sempat membagi-bagikan KJS ini dengan gayanya yang khas, blusukan. KJS ini mampu memudahkan akses kesehatan ke sejumlah rumah sakit, yang dahulu birokrasinya sangat berbeli-belit.
Tak hanya KJS, Jokowi juga menggulirkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) pada Desember 2012. KJP merupakan program untuk memberikan pendidikan bagi warga yang tidak mampu dengan minimal dibiayai penuh dari dana APBD Pemprov hingga tamat SMA/SMK. Selain itu mereka juga mendapatkan akses naik bis Transjakarta secara gratis.
Namun karena sempat disalahgunakan, KJP akhirnya diterapkan melalui sistem Electronic Data Capture (EDC), agar siswa bisa membeli peralatan sekolah. Sehingga uang dari KJP tidak dicairkan melalui dana tunai.
8. Kampung Deret
Pemukiman kumuh yang menjadi permasalahan ibukota selama bertahun-tahun sempat dibenahi oleh Jokowi dan Ahok saat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur. Pada 3 April 2014, Jokowi meresmikan 4 kampung deret siap huni yang berada di Petogogan, Pasar Minggu, Cilandak dan Gandaria.
Ia menyambangi kampung deret Petogogan untuk melakukan peresmian secara simbolis dan memberikan 5 Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) kepada 5 pemilik rumah.
Ketua RT 12 di Petogogan, Dwi Hayuning menuturkan, “Kami sebagai warga senang sekali dengan renovasi ini, bikin kehidupan kami lebih layak lah. Karena sebelumnya disini kumuh banget,” ujarnya.
Walaupun bangunan-bangunan rumah telah berdiri kokoh dan difasilitasi dengan musholla, penerangan jalan yang memadai, penghijauan taman serta taman bermain anak, namun hingga kini warga masih menunggu janji Jokowi untuk memberikan SHGB kepada mereka. Gubernur Jakarta, Djarot juga belum sempat menyelesaikan permasalahan ini lantaran masa jabatannya yang sudah berakhir.
9. Mass Rapid Transportation (MRT)
Proyek yang dilaksanakan oleh PT. MRT Jakarta ini sudah melaksanakan kemajuan pembangunan yang begitu cepat dalam jangka waktu lima tahun terakhir. Pembangunan MRT ini juga diketahui sudah mencapai 80 persen dan akan beroperasi pada awal tahun 2019.
Pembangunan MRT pertama kali dibuat dengan rute Bundaran HI-Lebak Bulus dan rencananya pada awal tahun 2018 akan memperluas rute pembangunan Fase II ke Bundaran HI-Kampung Bandan. Walaupun dampak pembangunan membuat sejumlah warga mengeluh akibat kemacetan yang ditimbulkan karena penyempitan jalan, tak membuat antusiasme dan dukungan warga pupus untuk menyambut jenis transportasi baru di Jakarta.
10. Kebiasan Ahok Menerima Warga Setiap Pagi Di Balaikota
Entah berapa bapak masalah warga berhasil diselesaikan oleh Ahok selama dia menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Yang pasti rekor tertinggi yang pernah dilakukan Ahok adalah membuat keputusan dan menyelesaikan 30 masalah warganya yang datang ke Balai Kota dalam 17 menit. Ahok menyelesaikan semua masalah warganya tanpa memandang bulu apakah mereka mendukungnya atau tidak.
Sejak Ahok dinon-aktifkan dari jabatannya, Djarot berusaha meneruskan kebiasaan boss-nya itu dengan terus menerima warga di Balai Kota, namun tentu saja tidak seheboh ketika masa Ahok.
Sekarang Ahok dan Djarot sudah selesai menunaikan tugasnya dan warga akan sangat merasa kehilangan mereka yang bisa memecahkan masalah yang mereka bawa setiap pagi ke Balai Kota.
11. Mesjid Raya Jakarta KH Hasyim Asy’ari
Presiden Joko Widodo meresmikan Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari di Daan Mogot, Jakarta Barat, pada Sabtu (15/4/2017). Masjid ini merupakan masjid raya di Jakarta Barat yang akan menjadi ikon wilayah.
Peletakan batu pertama atau ground breaking pembangunan masjid raya tersebut dilakukan Jokowi saat masih menjadi Gubernur DKI Jakarta pada 26 September 2014. Masjid dibangun di atas lahan milik Pemprov DKI seluas 2,4 hektare untuk area masjid dengan 2 lantai.
Masjid yang menelan anggaran pembangunan Rp 164 miliar itu dirancang dengan nuansa ornamen Betawi. Selain ornamen Betawi, masjid ini dibangun dengan konsep lima menara yang melambangkan rukun Islam.
Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari dijadikan nama Masjid Raya Jakarta ini. Sebelumnya ada beberapa nama yang diusulkan kepada Jokowi dan mengerucut hingga dipilihlah KH Hasyim Asy’ari.
12. RPTRA Kalijodo
Saya sengaja memisahkan RPTRA Kalijodo tersendiri karena pembangunan RPTRA sangat penuh perjuangan. Disamping, membebaskan kawasan prostitusi terbesar di Jakarta adalah menjadi prestasi tersendiri untuk Ahok. Berpuluh tahun lokalisasi ini berdiri, tidak ada satu gubernurpun yang berhasil menutup dan menggusurnya.
Jokowi dan Ahok dengan kerjasama yang solid akhirnya berhasil membersihkan kawasan ini dan merubahnya menjadi kawasan terpadu yang ramah pada anak-anak.
Terima kasih Pak Jokowi, Pak Ahok dan Pak Djarot, kami tidak akan pernah lupa apapun yang pernah bapak-bapak lakukan untuk warga Jakarta.
ref. detik, kompas, merdeka, tribun, tempo, dan https://www.rappler.com/indonesia/berita/185356-warisan-ahok-djarot-jakarta