Sulit melepaskan keterkaitan angka 212 dengan rentetan aksi demo bela islam tahun lalu untuk menuntut dipenjarakannya Ahok akibat ucapannya yang menyinggung ayat Al Maidah di Kepulauan Seribu tahun lalu.
Setiap ingat tiga angka ini, orang akan ingat bagaimana ratusan ribu orang demo dengan penuh caci maki “Gantung dan penjarakan Ahok”.
Dan sudah bukan rahasia lagi, meski menyebut aksi bela Islam, tak sedikit yang kemudian menganggap demo tersebut merupakan sebuah gerakan politik. Pada akhirnya, aksi ini sukses menjungkalkan Ahok dari kursi DKI satu.
Sehingga jujur saja ketika ada sebuah film yang akan segera tayang di bioskop dengan judul 212, sulit kita menampik bahwa film ini ada nuansa politis dan sangat tendensius.
Meski demikian, sang produser mengatakan bahwa film ini tidak ada kaitannya dengan politik :
“Saya senang disini (film) bukan hanya muslim semua, di sini ada Rony, sama-sama membuat kita damai dalam film ini dan juga kemudian Echie yang non muslim. Kita percaya film ini untuk mempersatukan kita bukan untuk mengkotak-kotakan kita”.
“Film ini kita buat untuk kecintaan kita kepada NKRI. Hindari prasangka, tonton dulu filmnya karena kebanyakan orang selalu bilang wah film apa ini. Justru film ini kita buat untuk persatuan NKRI”.
Kata Helvi dalam konferensi pers di XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta, Selasa, 1 Mei 2018. Kompas.com
Terlepas apapun penjelasan sang sutradara, pengambilan judul “212 The Power Of Love” ditengah suasana politik sedang panas-panasnya jelaslah bukan tanpa maksud dan tujuan.
Begitu tajamnya nuansa politis dalam film ini akhirnya membuat mesin detektor kecurigaan saya berbunyi menangkap sinyal keanehan.
Setidaknya ada dua hal mencurigakan yang saya temukan dalam film ini yang menguatkan dugaan saya :
Ada Neno Warisman dalam film ini.
Jika tidak ada tujuan politik, maka pertanyaan terbesarnya adalah mengapa ada nama-nama artis alumni 212 yang dilibatkan.
Ada nama Peggy Melati Sukma, Irfan Hakim, Arie Untung, Dimas Seto, Tomy Kurniawan dalam film ini. Bahkan Neno Warisman, seorang artis yang sudah lewat masa keemasannya dan tidak laku dipasaran pun juga masuk.
Neno sudah tidak usah ditanyakan lagi rekam jejak dan ke partai mana dia berafiliasi. Sangat politis!!
Tayang perdana tepat satu tahun vonis Ahok
Film “212 The Power Of Love” ini tayang perdana pada 9 mei 2018, tepat satu tahun sidang vonis Ahok.
Lha ini ada apa? Apakah untuk membangkitkan memori masyarakat dengan kasus ini untuk mendiskreditkan Jokowi?
Ahok kita tahu meskipun sudah dipenjara sedikitpun pamornya belum reda. Wajar lawan politik masih ketakutan dengan Ahok yang sebentar lagi akan bebas bersyarat ini.
Dan bagi lawan politik Ahok, bodoh saja kalau tidak memanfaatkan film ini karena mendengar angkanya saja semua orang akan teringat ucapan Ahok yang dikatakan penistaan terhadap Agama itu.
Dan curiganya saya, lewat film ini nantinya Jokowi akan dikait-kaitkan lagi dengan Ahok pada pilpres mendatang untuk menjadi materi kampanye hitam.
Suasana politik semakin panas, jangan lagi dipanas-panasi! Buat apa sih buat judul film dengan angka intimidatif itu.
Putihkan bioskop! Ihhh dengernya aja sereeem…saya perkirakan akan sepi penonton, bukan apa-apa, orang udah banyak yang muak dengan nafsu politik memanfaatkan umat, apalagi menjual surga.
Sebentar lagi bulan puasa, saatnya mengendalikan hawa nafsu. Tidak cuma nafsu makan tetapi juga nafsu politik, nafsu ingin berkuasa.
Selamat malam! Selamat kendalikan nafsu…