Bagi lawan Jokowi nampaknya memang sudah tidak ada lagi cara lain yang lebih elegan dalam mencari sosok calon presiden yang terbaik dari antara yang terbaik selain hanya dengan meramaikan tagline “gantipresiden2019“.
Tidak begitu penting siapa yang akan menjadi lawan Jokowi nanti yang pasti mereka akan berusaha bagaimana caranya mengganti presiden.
Ibarat kata lawan Jokowi adalah bumbung kosong, maka bumbung kosong lah yang akan mereka menangkan untuk dijadikan presiden, yang penting ganti presiden.
Dan salah satu aktor yang ditugaskan untuk mengkampanyekan bumbung kosong tersebut adalah Sandiaga. Tanpa dasar data dan kajian yang jelas Sandiaga mengatakan bahwa mayoritas masyarakat menginginkan presiden baru.
“Saya diberi tugas kalau weekend untuk membantu pemikiran, sekarang masyarakat melihat memang ekonomi tidak berjalan dengan baik, dan masyarakat menginginkan pemimpin baru,”
Kesimpulan dari mana dan masyarakat yang mana? Sandiaga jelaslah tidak tahu, yang penting sampaikan dulu.
“Nah sekarang kita mengukur pemimpin baru itu seperti apa yang diinginkan karena sudah angkanya sudah mencapai mayoritas dari masyarakat Indonesia menginginkan pemimpin yang baru. Paling enggak yang kita temui,” sambungnya.
Memang benar-benar parah kualitas kader Gerindra si Sandiaga ini. Padahal kalau kita lihat, berdasarkan beberapa lembaga survei, Jokowi masih terlalu tangguh untuk saat ini. Baik elektabilitas maupun kepuasan publik, angkanya sangat tinggi sehingga membuat lawan politik galau atara maju dan tidak.
Dan kalau Sandiaga mau sadar diri, seharusnya dia malu karena warga Jakarta sudah banyak yang mengeluhkan kinerjanya. Menginginkan pemimpin baru, malah mendapatkan yang kerjanya hanya mrono mrene lari sana lari sini tidak jelas…
Ditambah lagi melihat kenyataan Jakarta yang semakin amburadul, pastilah menyesal sudah memilih pemimpin baru. Bukannya tambah maju, malah semakin mundur.
Sehingga sangatlah tepat jika Jakarta kita jadikan pelajaran berharga untuk pilpres nanti bahwa jangan sampai kita asal memilih pemimpin baru. Percuma juga dapat pemimpin baru jika kualitasnya seperti bumbung kosong…
Dan gerakan bawah sadar “gantipresiden2019” ala Mardani Ali Sera dan “masyarakat ingin pemimpin baru” model Sandiaga ini sepertinya akan masuk angin karena Jokowi sudah memberikan sinyal perlawanan dengan mengeluarkan tenaga dalam pada pilpres mendatang untuk menangkalnya.
Hal itu diungkapkan jokowi saat Konvensi Nasional Galang Kemajuan bersama pada relawan di ballroom Puri begawan, Bogor, Jawa Barat.
“Yang paling penting kita semua saya titip, bekerja itu ada militansi. Benar-benar kita bekerja. Kita sebagai bangsa Indonesia kalau sudah militan tenaga dalamnya keluar semua,”
“Dulu kita punya apa sih, waktu di Solo? Nggak punya apa-apa. Pindah ke Jakarta punya apa sih? Orang kenal Jokowi nggak ada. Karena kekuatan tenaga dalam saudara-saudara itu keluar semua,”
Jokowi. Detik.com
Militansi relawanlah yang akan menjadi amunisi tenaga dalam dalam misi memenangkan Jokowi sama seperti saat pilwalkot Solo, pilgub Jakarta, dan pilpres 2014 lalu.
Dan kalau sudah begini, gerakan “gantipresiden2019” tidak akan ngefek apa-apa kecuali hanya menaikkan omset penjualan para pengusaha sablon kaos lantaran banyaknya orderan. Ya lumayanlah untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan.
Terakhir, saya mau ajak kita semua belajar dari kesalahan Jakarta, pertahankan Jokowi dua periode! Jangan sampai kita kehilangan Pakde yang sudah jelas kinerjanya dan malah mendapatkan pemimpin baru yang kwalitetnya sama saja dengan bumbung kosong…
Selamat tidak ganti presiden!!