Untuk kesekian kalinya SBY dengan partai Demokrat nya kebakaran jenggot saat beberapa hari lalu Presiden Jokowi melakukan peresmikan tanda dimulainya operasional kawasan wisata Mandalika di NTB. Dilansir berita di detik.com, Presiden Jokowi menyatakan bahwa proyek ini telah diinisiasi 29 tahun silam, namun tidak selesai-selesai karena terganjal aturan terkait pembebasan lahan.Barulah setelah beliau turun tangan,terbit Inpres,lalu muluslah pembangunan dan investasi di Mandalika.
Mendengar hal ini, Partai Demokrat melalui juru bicaranya Imelda Sari sontak bereaksi. Melalui Twitter, dia menepis pernyataan Presiden Jokowi dan mengklaim bahwa SBY lah yang meresmikan pertama kali dimulainya proyek ini tahun 2011 yang masuk pada program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Padahal yang dimaksud Jokowi 29 tahun itu adalah penggagas awal, bukan yang meletakkan batu pertama. Jika mengacu dari statemen Presiden Jokowi, kemungkinan bisa saja ide pembangunan kawasan Mandalika ini muncul pada jaman Menteri pariwisata kita dijabat oleh Pak Achmad Tahir atau pak Soesilo Sudarman, Anggota kabinet pembangunan IV era Soeharto. Yang namanya Ide kan sulit juga siapa yang pertama kali mengungkapkan, kecuali ide tersebut tertulis di sebuah prasasti.
Tetapi ya itulah kualitas orang-orang partai Demokrat, enggan mengakui ke-mangkra-kan era Ketua Umumnya itu meski benar adanya dan bahkan semua orang juga tahu.
Memulai sebuah proyek haruslah dipantau pengerjaanya,sampai dimana progress nya, seperti apa kualitas bangunanya, sesuai nggak dengan dana yang digelontorkan, kira-kira bisa ga selesai tepat waktu,kalo meleset dari perkiraan lalu apa plan-B nya dan lain-lain. Itu kalo memang SBY serius dengan apa yang dia kerjakan untuk bangsa ini.Tanpa langkah-langkah supervisi tersebut, program apapun akan sulit terealisasi, yang ada malah seperti yang dibilang pak Jokowi,“Kebanyakan rencana akhirnya tidak fokus,tidak jelas kemana arahnya,karena tidak ada skala prioritas”. Ya, Candi Hambalang itulah saksi konkret ketidakjelasan program SBY.
Maka kalo ingin meninggalkan karya yang dikenang orang, ya contohlah Ahok dengan Simpang susun Semanggi-nya. Dia yang memulai-dia yang mensupervisi-dia pula yang menyelesaikannya. Berdiri Megah, Melingkar memeluk Kota Jakarta. Meski dicibir sebagian orang seperti Habiburokhman dan Fadli zon, toh tetep Ahok yang disanjung. Mereka? Bukannya dapat dukungan malah kena bully iya.ha..ha..ha
Kedepan, para kepala daerah harus sadar betul akan hal ini. Pilkada serentak 2018 di depan mata. Kemungkinan kepemimpinan berganti. Belajar dari kesalahan Mandalika, jika ingin meninggalkan warisan yang dikenang orang, maka tirulah Jokowi-Ahok. Tinggalkanlah karya yang manfaatnya bisa langsung dirasakan masyarakat. Mereka inisiatornya, mereka supervisornya, mereka eksekutornya, pada akhirnya mereka juga “proklamator”nya. Tapi kalo cuma selesai di groung breaking, ya jangan salahkan telur ayam kalo akhirnya itiklah yang mengerami.
Selamat berkarya