Oleh: Budi Setiawan
Konsultan lokal tim Jokowi menunjukkan kedigdayaan dalam mengatur strategi alur debat. Jokowi ditempatkan pada posisi sentral dan Ma’ruf Amin berada diposisi tepat untuk bicara soal terorisme yang terkait dengan Islam.
HAM, korupsi dan terorisme jelas domain dalam negeri yang sangat dikuasai oleh mereka yang lahir dan hidup di Indonesia. Bukan orang asing.
Itulah sebabnya, kisi-kisi tentara bayaran Prabowo jadi mati. Mati angin. Mati gaya. Maksud konsultan asing itu adalah membelokkan setiap isu menjadi isu ekonomi dan penderitaan rakyat kecil. Sambil rebranding Prabowo- Sandi.
Akibatnya jawabannya tidak fokus dan ngambang.
Bisikan tentara bayaran nyaris membuat Prabowo limbung ketika bicara soal partisipasi wanita. Untung saja dia bisa berkelit soal meritokrasi dan kekurangan Gerindra.
SALAH DATA MALAYSIA
Pembisik asing juga salah memberi informasi soal luas Jawa Tengah yang dikatakan Prabowo lebih luas dari Malaysia.
Padahal, luas Malaysia 10 kali lebih besar dari Jawa Tengah. Luas Malaysia adalah 330.323 km persegi. Sementara Jateng hanya sekitar 32500 km persegi saja.
Jelas Prabowo ngaco.
TERORISME
Prabowo tersungkur ketika bicara terorisme. Dia bilang karena ada orang asing. Faktanya sebagian besar teroris adalah warga Indonesia. Orang asing kurang dari 5 orang.
Dia juga salah dalam menjelaskan akar penyebab terorisme. Prabowo bilang sebabnya adalah ekonomi. Persis seperti bisikan konsultan asing itu. Padahal penyebabnya adalah munculnya guru-guru agama dobol yang gemar mengkafir-kafirkan orang.
Hal mana yang dengan baik dijelaskan Ma’ruf Amin mengenai deradikalisasi. Yang secara tidak langsung mengatakan bahwa terorisme di Indonesia adalah adanya idelogi atau ajaran yang mendukungnya.
PENEGAKAN HUKUM
Prabowo juga salah langkah dalam soal penegakan hukum. Dia sangat percaya bahwa gaji besar meniadakan perilaku korup, termasuk para hakim. Padahal seperti yang dikatakan Jokowi, sistemnya yang diperbaiki.
Prabowo mengatakan Presiden adalah Chief of Law Enforcement. Dia kebablasan. Presiden adalah kepala eksekutif yang tidak bisa memasuki wilayah Kehakiman. Berkali-kali dia mengatakan hakim harus digaji besar oleh pemerintah (eksekutif). Tapi tangan eksekutif tidak bisa menjangkau wilayah hukum.
LOKALITAS
Nampak jelas tentara bayaran itu tidak bisa menjangkau konten lokalitas yang sangat Indonesia. Yang tidak ditemui di Amerika, Rusia atau Brasil dimana hoax bisa menyusup dan dipercaya kalangan luas.
Orang asing yang jadi konsultan Prabowo tidak bisa menjangkau citra, rasa dan suasana hati yang sangat Indonesia.
Hanya konsultan lokal yang bisa mengasah suasana kebatinan itu menjadi pisau maha tajam memotong gagasan sumir yang membuat isu kemiskinan dan ekonomi hanya sebagai tempelan dalam debat.
Tax rasio yang berkali-kali diucapkan tidak dipahami oleh orang awam hingga pesan itu tidak masuk dalam benak orang Indonesia yang menyaksikan debat itu.
Itu bahasa bule. Bukan orang Grobogan atau Boyolali.
PANIK DAN JOGET
Konsultan politik Jokowi juga jeli dalam mengangkat topik korupsi. Jokowi langsung menohok Gerindra yang mencalonkan caleg mantan koruptor. Konsultan lokal memotong jalur Sandiaga Uno karena dia tidak relevan membela Gerindra karena secara resmi dia sudah mengundurkan diri.
Prabowo jelas gelagapan diserang demikian. Yang tidak diperkirakan tentara bayaran. Akhirnya dia joget karena benar benar seperti diperas selangkangannya oleh Jokowi.
AKHIR DAN AWAL YANG MANIS
Dan akhir debat Jokowi mengakhiri dengan manis. Singkat padat. Jokowi dan Ma’ruf Amin tidak punya beban sejarah, tidak pernah melakukan kekerasan dan siap melaksanakan amanat rakyat.
Sungguh cerdik para konsultan lokal yang menekuk habis rancangan strategi para tentara bayaran asingnya Prabowo.
Firehose of Falsehood yang coba dimainkan secara nyata dipadamkan oleh tohokan Jokowi soal Ratna Sarumpaet dan tusukan-tusukan tajam yang langsung mengenai Prabowo dan Gerindra.
Ini memberi keyakinan bahwa Jokowi memang tidak tertahankan lagi dalam menarik swing voter dan Undecided voter untuk memilihnya.